web analytics
header

Fanatisme Bukanlah Loyalitas


S
Oleh : M. N. Faisal R. Lahay



epak bola merupakan olahraga paling populer di dunia. Orang-orang di belahan bumi satu hingga di belahan bumi lainnya pasti paham betul dengan olahraga ini. Dari masyarakat kecil hingga kalangan orang-orang menengah ke atas tidak ada yang tidak mengenal olahraga ini. Para atlet yang menekuni bidang olahraga ini pun selalu beragam asalnya. Variasi yang mewarnai setiap unsur yang ada dalam olahraga ini juga selalu menjadi nilai tambah bagi penikmat sepak bola di berbagai penjuru dunia.
Berbicara mengenai nilai tambah dalam olahraga ini, pendukung atau supporter dari tim- tim sepak bola kerap kali menjadi sorotan utama di setiap pagelaran turnamen ini. Hiruk-pikuk suasana tribun penonton tidak pernah sepi dari suara gemuruh para p supporter. Terlebih lagi jika tim yang dijagokan merupakan tim kelas atas, tak pelak hal ini menyebabkan kecenderungan banyaknya jumlah supporternya.
Berdasarkan fenomena di atas, peluang terjadinya konflik di tribun penonton selalu menjadi ancaman utama bagi para supporter. Kefanatikan yang berkedok loyalitas kemudian menjadi landasan utama terjadinya berbagai kerusuhan di arena sepak bola. Oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab juga sering kali menjadi corong utama dalam memanaskan suasana di bagian tribun penonton. Sehingga konflik-konflik kecil seperti cemoohan-cemoohan terhadap lawan, sampai perkelahian fisik antar supporter tidak dapat terelakkan lagi.
Tak dapat disangkali, realitas miris seperti di atas juga sering terjadi di Indonesia. Ratusan hingga ribuan supporter tidak jarang menodai hasil akhir pertandingan dengan kerusuhan yang mereka lakukan. Sifat tidak sportifnya para supporter dalam menerima hasil akhir kerap kali berbuah bencana bagi hubungan baik yang terjalin antar tim yang bertanding. Alhasil korban pun banyak yang tidak terselamatkan.
Sebagai contoh, di Indonesia kita kenal ada dua klub yang menjadi rival sejati dalam persepakbolaan nasional, yaitu Persija Jakarta dan Persib Bandung. Ratusan hingga ribuan penonton hampir selalu memenuhi stadion jika kedua klub ini bertemu. Suara dukungan terhadap klub kesayangan hingga ejekan terhadap klub lawan bergema di mana-mana. Pro dan kontra terhadap keputusan wasit selama jalannya pertandingan juga seakan menjadi bumbu tersendiri dalam meracik konflik yang kerap terjadi antar penonton.
Supporter Persija yang dikenal dengan nama Jack Mania tak pernah absen tatkala klub asal ibu kota tersebut bertanding. Begitupun juga dengan Viking, sebutan bagi supporter Persib Bandung, yang selalu memenuhi tribun penonton jika tim asal tanah Sunda itu berlaga. Dalam pertemuan terakhir antara kedua klub ini, kerusuhan juga terjadi ketika wasit meniup peluit panjang tanda pertandingan usai. Hasil akhir yang memberikan skor imbang bagi kedua klub ini dinilai tidak adil oleh para supporter fanatik kedua tim. Sehingga perkelahian antar supporter pun terjadi. Tidak tanggung-tanggung, dalam konflik ini puluhan hingga ratusan supporter menjadi korban jiwa dari luka ringan sampai meninggal dunia.
Kenyataan yang sangatmemiriskan bila kita melihat prestasi pesepakbolaan nasional  kita. Peringkat di bawah 150 yang diberikan FIFA kepada timnas Indonesia seakan tidak bisa menyadarkan diri kita akan kebobrokan kualitas pesepakbolaan kita di mata dunia. Belum bisa memperbaiki kualitas permainan sepak bola kita, justru para pendukung yang selalu ingin mengumbar-umbar keloyalitasannya menambah citra negatif dengan berbuat ricuh di setiap pertandingan yang ada.
Loyalitas bukan sekadar datang untuk berteriak memberi dukungan pada tim kesayangan. Loyalitas bukan sekadar saling menghina tim lawan agar tim kesayangan seakan terlihat sempurna. Dan loyalitas bukan sekadar rela mati demi tim kebanggaan. Tapi loyalitas adalah kesetiaan mendukung tim kesayangan baik sedang berjaya maupun sedang terpuruk. Loyalitas adalah cara bagaimana kita mencintai tim kesayangan apa adanya. Dan loyalitas adalah dukungan murni terhadap tim kesayangan tanpa melupakan respect terhadap tim lain.
Terlepas dari itu semua, pesepakbolaan nasional merupakan salah satu alat pemersatu bangsa. Dengan adanya sepak bola, beragam suku, ras, bahasa, dan kebudayaan dipersatukan dengan olahraga ini. Terlebih jika timnas Indonesia bertanding dengan mengenakan kostum kebanggaan merah-putih. Perbedaan klub kesayangan menjadi tersamarkan saat warna merah-putih bergelora di dalam stadion. Namun semangat nasionalisme timnas Indonesia tidak akan berarti apa-apa jika masih ada oknum fanatik dari sebagian klub yang tidak bisa memahami arti dari keloyalitasan.

Related posts:

Manis Gula Tebu yang Tidak Menyejahterakan

Oleh: Aunistri Rahima MR (Pengurus LPMH Periode 2022-2023) Lagi-lagi perampasan lahan milik warga kembalidirasakan warga polongbangkeng. Lahan yang seharusnyabisa menghidupi mereka kini harus dipindahtangankan denganpaksa dari genggaman. Tak ada iming-iming yang sepadan, sekali pun itu kesejahteraan, selain dikembalikannya lahanyang direbut. Mewujudkan kesejahteraan dengan merenggutsumber kehidupan, mendirikan pabrik-pabrik gula yang hasilmanisnya sama sekali tidak dirasakan warga polongbangkeng, itu kah yang disebut kesejahteraan? ​Menjadi mimpi buruk bagi para petani penggarap polongbangkeng saat sawah yang telah dikelola dan dirawatdengan susah payah hingga mendekati masa panen, dirusaktanpa belas kasih dan tanpa memikirkan dengan cara apa lagipara petani memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kesejahteraanyang diharapkan hanya berwujud kesulitan dan penderitaan. ​Skema kerjasama yang sempat dijalin pun sama sekalitidak menghasilkan buah manis, petani yang dipekerjakanhanya menerima serangkaian intimidasi dan kekerasan hinggapengrusakan kebun dan lahan sawah siap panen, itu kahbentuk sejahtera yang dijanjikan? ​Kini setelah bertahun-tahun merasakan dampak pahitpabrik gula PT. PN XIV Takalar, tentu saja, dan memangsudah seharusnya mereka menolak, jika lagi-lagi lahan yang tinggal sepijak untuk hidup itu, dirusak secara sewenang-wenang sebagai tanda bahwa mereka sekali lagi inginmerampas dan menjadikannya lahan tambahan untukmendirikan pabrik gula. ​Sudah sewajarnya warga polongbangkeng tidak lagihanya tinggal diam melihat lahan mereka diporak-porandakan. Sudah sewajarnya meraka meminta ganti rugiatas tanaman yang dirusak, serta meminta pengembalian lahanyang telah dirampas sejak lama. Dan dalam hal ini, Kementerian BUMN, Gubernur Sulawesi Selatan, maupunBupati Takalar harus ikut turun tangan mengambil tindakansebagai bentuk dorongan penyelesaian konflik antara wargapolongbangkeng dan