web analytics
header

Berhijab; Kesungguhan Lahir dan Batin

Acara bedah buku Wanita dan Hijab di Aula Harifin A. Tumpa, Rabu (17/4)
Makassar, Eksepsi Online – Korps HMI-Wati (Kohati) Komisariat Hukum Unhas bekerjasama dengan Kohati Cabang Makassar Timur menggelar bedah buku berjudul “Wanita dan Hijab” karya Murthada  Muthahari. Acara tersebut berlangsung di Aula Harifin A. Tumpa, Fakultas Hukum Unhas (FH-UH), Rabu, (17/4). Acara yang dimulai pada pukul 14.30 WITA ini, menghadirkan Andi Nur Fitri (penulis) dan Hasnawati (Ketua Umum Kohati Badan Kordinasi Sulselbar) sebagai pemateri.
Menurut Hasnawati, buku tersebut sangat baik bagi setiap orang yang ingin memahami hijab secara mendalam, utamanya bagi anggota Kohati sendiri. Hasnawati juga menyatakan bahwa berhijab merupakan salah satu hal yang disarankan kepada kader Kohati, sebagaimana tujuan Kohati adalah terbinanya muslimah berkualitas insan cita. Meskipun demikian, ia menyatakan bahwa berhijab tidak bisa dipaksakan.

Senada dengan pendapat Hasnawati, Nur Fitri menganggap buku ini sangat menarik karena tidak hanya membahas hijab bagi kaum perempuan, tetapi juga bagi laki-kaki, meskipun judulnya Wanita dan Hijab. Selain itu, buku ini juga memandang perempuan dan laki-laki dalam perspektif yang seimbang, antara feminis dan maskulin. “Buku ini sangat berimbang dalam pembahasannya, yaitu bagaimana laki-laki dan perempuan berpenampilan,” ucapnya.

Menanggapi buku tersebut, Nur Fitri membahasnya dalam sudut kajian Hijab Lahir dan Batin (Personal Choice). Pokok pembahasan yang ia bawakan di antaranya,  apakah hijab merupakan perintah khusus dalam islam? Juga tentang tujuan mengenakan hijab dan  filsafat hijab dalam islam. Ia menyatakan bahwa sebelum islam, masalah berhijab sudah menjadi budaya dalam beberapa bangsa di dunia, seperti Yahudi, Iran, dan Romawi. Menurutnya, latar belakang  munculnya budaya berhijab di antaranya; adanya budaya menutup diri atau bersemedi, tidak adanya jaminan keamanan bagi  perempuan, egoisme dan dominasi laki-laki, serta adanya rutinitas haid bagi perempuan.
Mengenai pilihan untuk berhijab atau tidak, menurut Nur Fitri adalah pilihan pribadi dan tidak bisa dipaksakan. Terlebih berhijab membutuhkan kesadaran untuk melakukannya secara sungguh-sungguh, yaitu mencakup hijab lahir dan batin.
Dalam sesi tanya-jawab, ditanya mengenai munculnya komunitas hijaber, Nur Fitri menyatakan bahwa fenomena tersebut tidak bisa dihindari, namun yang harus dihindari adalah modernisasi bentuk hijab, yang melupakan esensinya. (RTW)

Related posts: