web analytics
header

Bergesernya Nilai-Nilai Organisasi Kemahasiswaan

Oleh: Andi Sunarto NS.
Menteri Kaderisasi BEM FH-UH Periode 2012-2013 dan Pengurus LPMH-UH

Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok sama satu sama lain, dan ada pula yang berbeda. Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya, sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.  

Organisasi menurut saya adalah “wadah (tempat) dimana di dalamnya terdapat dua atau lebih orang yang saling bekerja sama demi sebuah tujuan bersama.” Sementara Mahasiswa merupakan sekelompok minoritas tertinggi, dari masyarakat yang terdidik dengan kualifikasi tertinggi dari pendidikan formal lainnya. Mahasiswa biasa dianggap serba bisa dan serba mengetahui tentang segala sesuatu oleh masyarakat. Oleh karena itu, seorang mahasiswa dituntut untuk lebih peka dalam memandang suatu masalah, dan menanggapi masalah tersebut dengan analisis dan cara pandang yang ilmiah.

Jadi, organisasi kemahasiswaan adalah sebuah wadah berkumpulnya mahasiswa demi mencapai tujuan bersama, namun harus tetap sesuai dengan koridor Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang disetujui oleh semua anggota dan pengurus organisasi tersebut. Organisasi kemahasiswaan tidak boleh keluar dari rambu-rambu utama tugas dan fungsi perguruan tinggi, yaitu tri dharma perguruan tinggi, tanpa kehilangan daya kritis dan tetap berjuang atas nama mahasiswa, bukan pribadi atau golongan.

Selanjutnya landasan penggerak dari sebuah organisasi kemahasiswaanadalah kepentingan mahasiswa dan berkoridor pada nilai-nilai kemahasiswaan, nilai-nilai intelektualitas, integrasi, kebangsaan, independensi pengabdian masyarakat, dan nilai perjuangan lainnya merupakan nilai yang telah diyakini sejak dulu dan beradaptasi dengan tuntutan zaman.

Dinamika organisasi kemahasiswaan menarik untuk kita analisis dan penjelasan mengenai organisasi mahasiswa tersebut di atas, dapat kita jadikan alat sederhana dalam menganalisis tentang bagaimana kondisi organisasi mahasiswa. Nilai-nilai luhur organisasi kemahasiswaan hari ini telah mengalami mengalami pergeseran.

Daya Kritis Melemah

Menurut pengamatan saya, hari ini organisasi kemahasiswaan telah melemah dalam menjalankan fungsinya. Lemah yang dimaksud di sini adalah daya kritis dari organisasi kemahasiswaan. Penyebabnya adalah, pertama, Organisasi kemahasiswaan cenderung  disibukkan dengan hal-hal yang sifatnya kejuaraan (trophy). Meskipun tidak dapat dinafikan bahwa kejuaraan (trophy) itu perlu untuk menunjukkan eksisetensi dari sebuah organisasi mahasiswa. Namun disini perlu digarisbawahi bahwa esensi dari organisasi mahasiswa itu bukan seberapa banyak piala yang didapatkan, akan tetapi adalah sejauh mana organisasi tersebut dalam penerapan nilai-nilai tri dharma perguruan tinggi.

Kedua, bahwa organisasi mahasiswa hari ini cenderung disibukkan dengan hal-hal yang sifatnya seremonial.Beberapa organisasi cenderung merasa sukses ketika berhasil menyelenggarakan kegiatan yang sifatnya ceremonial (kegiatan yang sifatnya mewah). Parahnya lagi, perayaan hari lahir sebuah organisasi pun dilaksanakan dengan ceremony yang berlebihan yang berimbas pada tidak efektifnya organisasi tersebut, dalam menjalankan tugas dan fungsi layaknya organisasi mahasiswa.

Mengedepankan Ego Sektoral

Selanjutnya, bergesernya nilai-nilai organisasi kemahasiswaan disebabkan oleh seringnya mengedepankan ego sektoral dalam berbagai kegiatannya. Pemicunya adalah perasaan yang selalu ingin lebih ‘wow’ dibanding dengan organisasi mahasiswa yang lain. Hal ini kemudian mengakibatkan persaingan antara organisasi satu dengan yang lainnya. Persaingan ini dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari saling rebut kader hingga cara yang paling ‘hina’ yaitu menjelekkan organisasi lain demi kuantitas kader.

Akibat dari ego sektoral dari organisasi mahasiswa, menyebabkan pergerakan dari organ tersebut tidak tersruktur / terpola dengan baik. Ini yang kemudian dimanfaatkan oleh birokrasi untuk seenaknya membuat kebijakan yang tidak berpihak kepada mahasiswa pada umumnya, tanpa ada perlawanan yang signifikan dari organisasi mahasiswa, karena lebih disibukkan dengan persaingan antar organisasi.

Organisasi-organisasi mahasiswa yang semestinya bersatu dan bahu membahu dalam melawan “ketidakadilan”, malah saling sikut menyikut. Ego sektoral sebenarnya tidak hanya terjadi dalam organisasi mahasiswa, tapi juga sering terjadi di instansi-instansi pemerintahan.

Oleh karena itu, dengan tulisan ini, besar harapan penulis agar kiranya organisasi mahasiswa tetap mempertahankan nilai-nilai suci dari organisasi mahasiswa, dengan tetap mempertahankan bahkan meningkatkan daya kritisnya dan juga tetap menjaga hubungan baik antara organisasi satu dengan organisasi lainnya. Kita sebagai mahasiswa yang acapkali disebut sebagai agen perubahan mengemban tugas mulia untuk mengontrol kebijakan dan juga diharapkan mampu menjadi insan yang mampu mengubah bangsa ini dari keterpurukan.

Hidup Mahasiswa !!!

Related posts:

Manis Gula Tebu yang Tidak Menyejahterakan

Oleh: Aunistri Rahima MR (Pengurus LPMH Periode 2022-2023) Lagi-lagi perampasan lahan milik warga kembalidirasakan warga polongbangkeng. Lahan yang seharusnyabisa menghidupi mereka kini harus dipindahtangankan denganpaksa dari genggaman. Tak ada iming-iming yang sepadan, sekali pun itu kesejahteraan, selain dikembalikannya lahanyang direbut. Mewujudkan kesejahteraan dengan merenggutsumber kehidupan, mendirikan pabrik-pabrik gula yang hasilmanisnya sama sekali tidak dirasakan warga polongbangkeng, itu kah yang disebut kesejahteraan? ​Menjadi mimpi buruk bagi para petani penggarap polongbangkeng saat sawah yang telah dikelola dan dirawatdengan susah payah hingga mendekati masa panen, dirusaktanpa belas kasih dan tanpa memikirkan dengan cara apa lagipara petani memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kesejahteraanyang diharapkan hanya berwujud kesulitan dan penderitaan. ​Skema kerjasama yang sempat dijalin pun sama sekalitidak menghasilkan buah manis, petani yang dipekerjakanhanya menerima serangkaian intimidasi dan kekerasan hinggapengrusakan kebun dan lahan sawah siap panen, itu kahbentuk sejahtera yang dijanjikan? ​Kini setelah bertahun-tahun merasakan dampak pahitpabrik gula PT. PN XIV Takalar, tentu saja, dan memangsudah seharusnya mereka menolak, jika lagi-lagi lahan yang tinggal sepijak untuk hidup itu, dirusak secara sewenang-wenang sebagai tanda bahwa mereka sekali lagi inginmerampas dan menjadikannya lahan tambahan untukmendirikan pabrik gula. ​Sudah sewajarnya warga polongbangkeng tidak lagihanya tinggal diam melihat lahan mereka diporak-porandakan. Sudah sewajarnya meraka meminta ganti rugiatas tanaman yang dirusak, serta meminta pengembalian lahanyang telah dirampas sejak lama. Dan dalam hal ini, Kementerian BUMN, Gubernur Sulawesi Selatan, maupunBupati Takalar harus ikut turun tangan mengambil tindakansebagai bentuk dorongan penyelesaian konflik antara wargapolongbangkeng dan