web analytics
header

Putra Rektor Lulusan Terbaik Unhas

www.google.com

Makassar, Eksepsi Online–Putra Rektor Unhas, Profesor Idrus A Paturusi, Sultan Hasanuddin berhasil menjadi lulusan terbaik pada wisuda periode kedua Program Pascasarjana (PPs) dan profesi di Baruga A P Pettarani, Jumat, (27/12). Sultan Hasanuddin meraih predikat cumlaude dengan IPK 3,98. Sebanyak 496 alumnus PPs dan profesi Unhas dikukuhkan, pada wisuda Tahun Ajaran 2013-2014.

Alumni yang diwisuda yakni 34 doktor dengan rata-rata IPK 3,74 dan masa studi 4 tahun 4 bulan, 269 Magister dengan rata-rata IPK 3,69 dan masa studi 2 tahun 5 bulan, 28 dokter spesialis dengan rata-rata IPK 3,67 dan masa studi 4 tahun 8 bulan, 4 dokter gigi spesialis dengan rata-rata IPK 3,72 dan masa studi 2 tahun 2 bulan. Kemudian 106 dokter dengan rata-rata IPK 3,72 dan masa studi 2 tahun 4 bulan, 50 Akuntan dengan rata-rata IPK 3,68 dan masa studi 1 tahun, 5 Dokter Gigi dengan rata-rata IPK 3,70 dan masa studi 2 tahun 3 bulan.
Yang berbeda dalam wisuda kali ini, Rektor Unhas, Prof Dr dr Idrus A Paturusi saat pembukaan Rapat Senat Terbuka Luar Biasa Unhas, menampilkan video mengenang 9 tahun Tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004 lalu. Melalui video tersebut ia mengajak kepada seluruh hadirin untuk berdoa bersama. Dalam wisuda tersebut, selain memberikan sambutan Rektor Unhas juga memberikan kuliah wisuda mengenai Budaya Global. Ia mengungkapkan berdasarkan Visi Universitas Hasanuddin “Menjadi pusat unggulan dalam pengembangan insani, ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya berbasis Benua Maritim Indonesia.”
Menyangkut budaya global, ia menambahkan perkembangan zaman, nilai-nilai yang berasal dari budaya lokal sekarang mendapat tantangan sekaligus ancaman dari perkembangan budaya global. Budaya global siap mengasingkan orang dari budayanya sendiri. Di antaranya dengan perkembangan teknologi informasi, orang di mana pun terhubung oleh sajian iklan kesenangan menuju budaya instan dan konsumtif, peran-peran imitatif, model-model baru, dan maraknya budaya komentar melalui Facebook, Whatapps, Line, Kakao-Talk, dan lain-lain. Banyak waktu habis untuk membuat komentar demi pertemanan, sementara pembelajaran yang mendalam semakin tidak mendapat porsi waktu yang seharusnya.
“Banyak orang berpapasan harus disapa akhirnya dilewatkan begitu saja, karena diri sibuk dengan telepon genggam. Hidup semakin terasing, karena banyak kebutuhan terpenuhi lewat media digital, “ ucap Idrus.  (Arm/diolah dari berbagai sumber)

Related posts: