web analytics
header

Catatan Atas Keberadaan

BEM FH-UH/Pribadi


Oleh: Muhammad Syahrul Rahmat
(Divisi Dana dan Usaha LPMH-UH Periode 2013-2014) 
Pemilu Raya telah tiba. Pagi saat aku bergegas menuju tempat menimbah ilmu, aku melihat keramaian pelajar yang berjalan didepan kelas dan depan halaman yang dihiasi oleh berbagai macam gazebo Fakultas Hukum Unhas. Gazebo-gazebo itu nampak diduduki oleh beragam tingkat mahasiswa dari berbagai strata.
Ada satu hal yang menarik perhatian ketika aku memulai menginjakkan kaki di halaman Fakultas Hukum Unhas. Sebuah kotak almunium yang tertata rapi di atas meja kayu dengan tempelan stiker panitia pemilu. Meja itu kerap dihampiri oleh mahasiswa-mahasiswa dari berbagai angkatan. Berbagai organisasi yang berkerumun di kantin lama, yang kini berubah menjadi pelataran untuk kegiatan kajian-kajian rutin mahasiswa, juga jadi pelengkap pemandangan pagi itu.
Suatu pemandangan yang berbeda dari sebelumnya. Para mahasiswa Fakultas Hukum Unhas sebagian besar tetap disibukkan dengan aktivitas perkuliahan, seperti sebelumnya. Akan tetapi, pada hari Pemilu Raya, sebagian dari mereka berbondong-bondong menuju ketempat pemilihan. Memilih calon-calon yang akan menampung aspirasi Keluarga Mahasiswa ke depannya. Dipenuhi rasa sesak sedikit olehku. Tapi aku harus sedikit menunggu untuk memilih calon-calon yang akan menduduki lembaga pemerintahan dalam lingkup mahasiswa.
Sebuah penantian panjang menantikan hadirnya pemimpin baru di Lembaga Kemahasiswaan  Fakultas Hukum Unhas. Tentu mereka akan membawa atmosfer baru di lembaga kemahasiswaan, setelah beberapa bulan lalu telah mengadakan kongres KEMA.
Pergantian atau jabatan-serah terima jabatan bukanlah hal mudah untuk dicapai, untuk dimiliki, dan untuk diduduki. Apalagi jika semua itu tanpa melalui proses perjuangan yang keras dan pengorbanan. Karenanya, berbagai  calon yang akan menduduki jabatan tertinggi di lembaga kemahasiswaan melakukan upaya pengenalan diri pada orang lain dengan berbagai cara seperti layaknya seorang birokrat sesungguhnya.
Pada umunya, calon-calon tersebut menyosialisasikan atau mengampanyekan diri mereka dengan berbagai macam sarana atau wadah. Di antaranya melalui baliho, pamflet, bahkan situs jejaring sosial. Karena aku sendiri adalah mahasiswa hukum  dan merupakan keluarga mahasiswa, tentunya adalah sebuah keharusan juga bagiku untuk menentukan nasib dari pemimpin lembaga kemahasiswaan selanjutnya.
Detik demi detik, tanpa terasa waktu pemilihan telah berada di ujung penghabisan. Para panitia pelaksana pemilu mengumpulkan kotak-kotak suara di pelataran untuk persiapan perhitungan suara. Demikian pula dengan mahasiswa lainnya, mereka berkerumun di pelataran untuk menyaksikan siapa yang akan menduduki panggung miniatur pemerintahan tersebut. Dengan sabar, mereka menunggu dan bahkan rela terlambat masuk kuliah demi menyaksikan hasil perhitungan suara tersebut.
Perhitungan suara dimulai. Para panitia membuka penutup kotak suara yang dibalut dengan plester berwarana hitam. Kotak itu berisi beberapa lipatan kertas suara dalam jumlah yang banyak. Panitia pun mulai menghitung suara.
Ketegangan muncul menjelang akhir perhitungan. Para mahasiswa sontak  bersama-sama berdiri melihat hasil perhitungan yang diragukan ada kesalahan sedikit. Tapi untungnya jumlah suara yang terhitung sudah tepat. Akhirnya para mahasiswa kembali bernapas lega dan tidak meragukan hasil perhitungan panitia Pemilu.
Setelah itu, diumumkanlah calon-calon yang terpilih. Para Calon Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) serta Presiden dan Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) akhirnya mendengar hasil perolehan suara. Adapun jumlah Anggota DPM yang lolos adalah sebanyak 11 orang. Sedangkan pada BEM sendiri, telah terpilih pasangan calon nomor urut 2, yakni Dhian Fadhlan Hidayat dan Ainil Ma’sura.
Semoga dengan terpilihnya mereka, akan membawa dampak yang sangat besar bagi perubahan kondisi lembaga mahasiswa serta pergerakan–pergerakan yang intelek. Selain itu, semoga juga bisa memperkuat tali persaudaraan antarlembaga, khususnya mahasiswa.

Related posts:

Manis Gula Tebu yang Tidak Menyejahterakan

Oleh: Aunistri Rahima MR (Pengurus LPMH Periode 2022-2023) Lagi-lagi perampasan lahan milik warga kembalidirasakan warga polongbangkeng. Lahan yang seharusnyabisa menghidupi mereka kini harus dipindahtangankan denganpaksa dari genggaman. Tak ada iming-iming yang sepadan, sekali pun itu kesejahteraan, selain dikembalikannya lahanyang direbut. Mewujudkan kesejahteraan dengan merenggutsumber kehidupan, mendirikan pabrik-pabrik gula yang hasilmanisnya sama sekali tidak dirasakan warga polongbangkeng, itu kah yang disebut kesejahteraan? ​Menjadi mimpi buruk bagi para petani penggarap polongbangkeng saat sawah yang telah dikelola dan dirawatdengan susah payah hingga mendekati masa panen, dirusaktanpa belas kasih dan tanpa memikirkan dengan cara apa lagipara petani memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kesejahteraanyang diharapkan hanya berwujud kesulitan dan penderitaan. ​Skema kerjasama yang sempat dijalin pun sama sekalitidak menghasilkan buah manis, petani yang dipekerjakanhanya menerima serangkaian intimidasi dan kekerasan hinggapengrusakan kebun dan lahan sawah siap panen, itu kahbentuk sejahtera yang dijanjikan? ​Kini setelah bertahun-tahun merasakan dampak pahitpabrik gula PT. PN XIV Takalar, tentu saja, dan memangsudah seharusnya mereka menolak, jika lagi-lagi lahan yang tinggal sepijak untuk hidup itu, dirusak secara sewenang-wenang sebagai tanda bahwa mereka sekali lagi inginmerampas dan menjadikannya lahan tambahan untukmendirikan pabrik gula. ​Sudah sewajarnya warga polongbangkeng tidak lagihanya tinggal diam melihat lahan mereka diporak-porandakan. Sudah sewajarnya meraka meminta ganti rugiatas tanaman yang dirusak, serta meminta pengembalian lahanyang telah dirampas sejak lama. Dan dalam hal ini, Kementerian BUMN, Gubernur Sulawesi Selatan, maupunBupati Takalar harus ikut turun tangan mengambil tindakansebagai bentuk dorongan penyelesaian konflik antara wargapolongbangkeng dan