web analytics
header

Guna Penggarapan Buku Putih Pengaderan, BEM FH-UH Adakan Pra Lokakarya

Suasana Pra Lokakarya Pengaderan yang diadakan BEM FH_UH di aula Manggau, Rabu (18/6).

Suasana Pra Lokakarya Pengaderan yang diadakan BEM FH-UH di aula Manggau, Rabu (18/6).
Suasana Pra Lokakarya Pengaderan yang diadakan BEM FH_UH di aula Manggau, Rabu (18/6).

Makassar, Eksepsi Online-Setelah kegagalan pengarapan buku putih pengaderan pada periode kepengurusan sebelumnya,Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Unhas (BEM FH-UH) berencana merealisasikannya di periode kepengurusan tahun 2014-2015. Untuk itu, BEM FH-UH mengadakan  Pra Lokakarya Pengaderan, Rabu (18/6), di aula manggau FH-UH. Sejumlah perwakilan angkatan, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Dewan Perwakilan Mahasiswa, dan Mahkamah Keluarga Mahasiswa lingkup FH-UH hadir memberikan kritik dan saran terkait konsep pengaderan. Kegiatan ini bertujuan menyerap aspirasi mengenai konsep pengaderan yang ideal untuk dirumuskan dalam buku putih pengaderan FH-UH.

Dalam dialog pra lokakarya tersebut, sejumlah peserta menganggap bahwa proses pengaderan di FH-UH belum mampu menghasilkan kader yang solid untuk mengaktualisasikan fungsi mahasiswa, khususnya pengabdian kepada masyarakat. Hal itu karena kalangan mahasiswa masih terfragmensi atas dasar kepentingan dan organisasi yang berbeda. Untuk itu, peserta dialog memberikan saran agar kompetensi pengader dan materi pengaderan diperbaiki dalam upaya mewujudkan solidaritas mahasiswa. “Memang telah terjadi degradasi nilai mahasiswa pada kader di fakultas hukum. Kader saat ini bersikap  pragmatis. Itu yang menjadi alasan kami untuk mengubah paradigma mahasiswa fakultas hukum untuk menjadi solid sebagai patron pergerakan.”ungkap Dhian Fadlhan Hidayat.  

Selain itu, peserta dialog juga menilai sikap hedonis di kalangan mahasiswa perlu ditepis melalui pengaderan, agar tercipta mahasiswa yang peduli terhadap sesama. Penanaman etika pada kader juga disarankan peserta dialog agar kader mampu menerapkan nilai sopan santun dan saling menghargai. Untuk itu, peserta memberikan saran agar proses pengaderan ke depannya lebih mengutamakan pendekatan emosional dari pada kekerasan. “Kekerasan sudah tidak relevan lagi. Kita hanya perlu mendekati kader secara emosional dan membentuknya menjadi sosok intelektual yang kritis,” ungkap Jamsir Yusuf, perwakilan angkatan 2008 FH-UH.

Wiwin Suwandi, aktivis mahasiswa angkatan 2003 hadir memberikan pertimbangan. Ia menilai bahwa konflik di tataran birokrasi selama ini memberikan dampak negatif terhadap solidaritas mahasiswa. Sebab itu, ia menyarankan mahasiswa agar kritis terhadap intervensi dan pengaruh birokrasi. Penyebab lain adalah adanya ego organisasi yang lebih dikedepankan dibanding kepentingan keluarga mahasiswa. “Mahasiswa saat ini labih ego sebagai kader UKM atau organisasi tertentu, ketimbang sebagai keluarga mahasiswa,” ungkapnya.

Setelah kegiatan ini, besok BEM FH-UH akan mengadakan rapat koordinasi. Tujuannya adalah untuk meminta setiap UKM mengirimkan perwakilannya sebagai tim perumus buku putih pengaderan. Selanjutnya, bulan depan rencananya BEM FH-UH akan mengadakan lokakarya untuk membicarakan konsep pengaderan dengan birokrasi kampus. (RAP)

Related posts: