web analytics
header

Komunitas 1000 Guru Untuk Jutaan Mimpi Anak Sekolah Pedalaman

Oleh: Rio Atma Putra
(Pengurus LPMH-UH Periode 2014-2015)

Persoalan pendidikan di Indonesia yang masih jauh panggang dari api, sungguh mengusik nurani. Upaya pemerintah untuk menetapkan standar yang sama bagi peserta pendidikan di seluruh nusantara tidak sama besar dengan langkah penyetaraan kualitas pendidikan itu sendiri. Kondisi demikian dengan nyata terlihat pada sekolah-sekolah yang letaknya di pelosok-pelosok negeri. Di samping infrastruktur yang memprihatinkan dan sulitnya akses, kualitas pendidikan yang diperoleh anak-anak di sekolah pedalaman pun masih jauh tertinggal dari sekolah perkotaan.

Berangkat dari hal itu lahirlah kelompok pemuda-pemudi yang bertekad memberi sumbangsih  dalam membenahi ketimpangan dalam dunia pendidikan tersebut. Bermodal kepedulian dan hobi travelling, mereka yang tergabung dalam Komunitas 1000 Guru melawat ke daerah  yang sulit dijangkau untuk membagi ilmu dan kebahagian pada anak-anak di sekolah pedalaman. 

Dengan latar belakang anggota yang beragam, mulai dari pegawai, arsitek, jurnalis, hingga mahasiswa, komunitas ini nyatanya menuai antusiasme yang cukup tinggi dari masyarakat. Sejak terbentuk pada 22 Agustus 2012 lalu, Komunitas 1000 Guru kini telah tersebar ke berbagai wilayah di Indonesia. Berpusat di Jakarta, Komunitas ini  juga telah terbentuk di beberapa kota yakni Surabaya, Bandung, Semarang, Lampung, Makassar, dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Di samping mengajar, komunitas ini pun memberi bantuan pendidikan kepada anak-anak dan guru-guru di sekolah yang mereka datangi.

“Kami ingin turut berpartisipasi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai tujuan negara, sehingga terbentuklah komunitas ini,” ungkap Muhammad Ansyar selaku anggota Komunitas 1000 Guru regional Makassar. Komunitas 1000 guru regional Makassar sendiri resmi berdiri pada tangga 17 Agustus 2014. Meski tergolong amat belia, terlihat jelas kobaran semangat kepedulian mereka pada dunia pendidikan. Ini terbukti dari pencapaiannya yang telah sukses mengadakan TNT (Traveling and Teaching) yang kedua di SD INP Barang Caddi 2 di Pulau Bone Tambu. 

Koordinator Komunitas  1000 Guru Regional Makassar Andi Appi menekankan, komunitas ini merupakan gerakan sosial peduli pendidikan khususnya daerah pedalaman yang kualitas dan fasilitas pendidikannya sangat memprihatinkan. Untuk pemilihan lokasi pelaksanaan TNT pun melalui survei terlebih dahulu, “Kami biasanya memilih lokasi dari berbagai aspek di antaranya, kehidupan warga di sana, infrastruktur sekolah yang minim, kekurangan guru, dan tempat yang baik untuk dikunjungi,” jelasnya.

Agar menyenangkan bagi anak-anak, metode mengajar dari Komunitas 1000 Guru pun berbeda dengan yang ditemui di bangku sekolah formal. “Prosesnya menekankan peningkatan kreativitas dan mengenalkan wawasan baru yang dikemas dengan cara yang menarik dan lebih kreatif,” jelas Appi. Untuk memungkinkan semua pihak terlibat dalam kegiatan sosial ini, Komunitas 1000 Guru membuka pendaftaran volunter setiap akan melakukan TNT. Pengalaman sebagai volunter dan pandangan terhadap dunia pendidikan Indonesia lewat tulisan yang dikirimkan menjadi pertimbangan penilaian. Appi pun berharap semakin banyak anak muda  yang peduli terhadap dunia pendidikan saat ini. “Setidaknya kita bisa turut berpartisipasi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa,” tutupnya.

 

(Tulisan pernah dimuat dalam Buletin Eksepsi Edisi I/XIX/LPMH-UH/IX/2014)

Related posts: