web analytics
header

Sejarah Perlawanan Mahasiswa Terhadap Pemerintah Tangan Besi

BukuJudul               : Demonstran dari lorong kambing

Penulis             : Amran Razak

Penerbit           : Kaki Langit Kencana

Tebal               : 291 Halaman

Warna gerakan mahasiswa sebelum reformasi sering kali dikaitkan dengan pergolakan pemerintahan orde baru. Tak heran, aktivis mahasiswa sekarang selalu menjadikan sejarah pergerakan mahasiswa terdahulu sebagai acuan dalam menggelar aksi. Bahkan dijadikan juga pedoman dalam mencetak generasi pelanjut dari kalangan mahasiswa baru.

Gerakan mahasiswa identik dengan warna perlawanan atas sifat besar kepala dan kecongkakan penguasa ataupun pemerintahan yang sewenang-wenang. Lahirnya gerakan mahasiswa tak lepas dari kebijakan yang mengekang kebebasan dan peran mahasiswa, terutama dalam mengawal isu yang menyangkut kepentingan masyarakat. Tak dimungkiri, perlawanan balik pun muncul jika telah mengusik kebiasaan penguasa mengisi perutnya yang haus kekuasaan.

Kenyataannya, mahasiswa dahaga akan sosok pemimpin amanah dan bertanggung jawab. Mereka pun piawai memberikan kritik pedas dan menghimpun kekuatan massa untuk sebuah aksi demonstrasi. Itu sebgai bentuk kritikan terhadap pemimpin yang tidak menjalankan fungsi secara bertanggung jawab. Gerakan Mahasiswa itu tak hanya monoton sebatas aksi jalanan. Banyak bentuk gerakan lainnya, seperti aksi teater, maupun perjuangan dalam bentuk tulisan bernada kritik, seperti melalui media pers mahasiswa. Cara ini dinilai sebagai langkah strategis dalam menebar gema suara mahasiswa di lingkungan kampus maupun di luar kampus. Pers mahasiswa juga merupakan langkah jitu dalam menyiasati kebijakan penguasa orde baru dalam mematikan sel-sel gerakan perlawanan terhadap rezimnya. Apalagi kekuasaannya represif dalam memadamkan api perlawanan. Penerbitan dan pemberitaan pers mahasiswa dinilai tepat sasaran dan memberikan pengaruh signifikan. 

Buku Demonstran dari Lorong Kambing bercerita mengenai kehidupan Penulis, Amran Razak sebagai aktivis mahasiswa Universitas Hasanuddin. Sesuai judulnya, buku ini berkisah mengenai sejarah perlawanan sejumlah mahasiswa yang bermarkas di Baraya, Jalan Masjid Raya, Lorong 108, yang juga dinamai Lorong Kambing. Penulis menguraikan pertualangan bersama teman seperjuangannya dalam memberontak, terutama menyikapi ketidakadilan dan perbedaan kelas masyarakat yang mencolok di wilayah tempanya tumbuh dan berkembang, lorong kambing.

Disajikan dengan gaya bahasa yang apik, tidak kaku, humoris, juga perumpamaan bernuansa kedaerahan, membuat buku ini berhasil membawa pembaca menyelami getir perjuangan penulis. Meski kehidupan kemahasiswaannya di tengah beringasnya penguasa dan antek-anteknya, namun penulis berlawan menghancurkan setiap upaya pengekangan. Kisah perjuangan penulis kebanyakan bercerita mengenai pengalamannya dalam mengawal isu-isu kampus melalui gerakan jalanan dan media pers mahasiswa. Pers mahasiswa memang identik dengan pemberitaan kritis dan nakal dalam melakukan kritik. Tak jarang penulis, mengalami tekanan fisik dan mental saat menyalurkan aspirasinya. Meski begitu, penulis teguh membangun lembaga pers mahasiswanya, yang dikenal dengan nama Balance.

Lahirnya NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaa) sebagai upaya pengekangan dan pembunuhan benih-benih gerakan perlawanan mahasiswa, tak membuat nyali penulis. Walau akhirnya, beberapa teman seperjuangannya ciut dalam melancarkan aksi-aksi kritiknya. Beberapa pernyataan kritis dalam buku ini pun mampu membuat pembaca menyadari begitu keras dan terbatasnya ruang dalam menyalurkan aspirasi pada masa itu.

Terasa pilu… Sejarah hampir melupakan kami. Generasi transisi, penangkal awal penerapan NKK/BKK, Inilah alasan utama terbitnya buku ini. Itulah sepenggalan curhatan yang dituangkan penulis dalam buku ini, menyadari sejarah telah dilupakan mahasiswa generasi sekarang. Meski telah menjadi sejarah, betapa kebijakan NKK/BKK telah mengakar di kehidupan kampus. Wujudnya lahir kembali dengan kebijakan yang membatasi kreativitas mahasiswa dan memaksa untuk berkutat pada penyelesaian studi secara cepat. Rel bagi mahasiswa untuk berkonsentrasi di bidang akademik dan berprestasi pun diteguhkan sebagai jalur mahasiswa harus berlalu.

Buku ini sangat cocok untuk dijadikan referensi maupun sekadar bahan bacaan bagi aktivis pergerakan, mahasiswa, maupun masyarakat umum. Buku ini juga dapat dijadikan referensi historis terkait gerakan aktivis masa lalu. Selain itu, juga sebagai cermin kebudayaan dan kebiasaan hidup masyarakat Makassar yang diuraikan secara kronologis.

 

Related posts: