web analytics
header

Srikandi-Srikandi di Pilkada Serentak

Oleh : Indah Sari Harris (Redaktur Pelaksana LPMH-UH)

Akhirnya, pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak tahap pertama telah digulirkan. Pada 9 Desember kemarin, masyarakat di beberapa daerah telah melaksanakan hak pilihnya di masing-masing tempat pemilihan suara (TPS). Setelah pencoblosan, hasil hitung cepat pun diumumkan oleh beberapa lembaga survei.

Keterlibatan beberapa perempuan, baik menjadi calon kepala daerah maupun hanya sebagai pendamping selalu menjadi daya tarik sendiri dalam pesta demokrasi. Dari data yang diperoleh hanya 123 atau 7,32 persen (dikutip dari BBC.com) perempuan yang ikut bertarung dalam pesta demokrasi kali ini. Hampir semua calon kepala daerah bertarung di tingkat kabupaten/kota. Hanya satu perempuan yang maju di tingkat provinsi, yakni Maya Rumantir yang mencalonkan diri sebagai calon gubernur di Sulawesi Utara.

Dari hasil hitung cepat, ada beberapa calon perempuan yang unggul. Di Surabaya misalnya, Tri Rismaharini unggul sebagai calon walikota. Tak tanggung-tanggung Tri Risma unggul sebesar 86,3 persen dari hasil hitung cepat versi Surabaya Consulting Group (SCG). Selain Risma, Rita widyasri  juga unggul telak dalam pemilihan Bupati Kukar. Sekitar 85 persen warga Kukar memilihnya. Rita satu-satunya calon perempuan yang bertarung dalam pemilihan Bupati Kukar.

Di Tangerang Selatan (Tangsel), Airin Rachmi Diany unggul. Dari hasil hitung cepat charta politika Airin dan wakilnya meraih sekitar 59,93 persen suara.  Bahkan dengan penuh keyakinan, Airin dan wakilnya telah menyampaikan pidato kemenangan. Meskipun, suami dan iparnya yakni, Ratu Atut sedang menjadi pesakitan karena kasus korupsi, Airin tetap disayang warga Tangsel. Buktinya, masih banyak yang memilihnya. Tentu kita berharap Airin berbeda dari kepala keluarganya, berbeda pula dari iparnya yang doyan barang-barang mewah. Bayangkan saja sehelai kerudung Atut berharga Rp 3,8 juta sampai 6,5 juta.

Sementara itu, Cellica Nurrachadiana unggul sementara dalam pemilihan Bupati Karawang. Petahana yang berprofesi sebagai dokter tersebut, meraih suara sekitar 50,65 persen berdasarkan hitung cepat Cyrus Network. Keunggulan Cellica tersebut cukup menarik. Ia mengalahkan figur terkenal, seperti Saan Mustopa dan Dedi miing “Bagito” yang maju mendampingi Ahmad Marzuki.

Di kampung saya sendiri, di Luwu Utara (Lutra)  hasil hitung cepat menunjukkan Indah Putri Indriani  unggul sementara dari mantan pasangannya di pilkada sebelumnya. Indah yang merupakan wakil bupati periode sebelumnya, memilih maju sebagai calon bupati pada Pilkada serentak. Keberanian Indah tentu harus diacungi jempol. Penulis sebagai bagian dari Lutra berharap, pegabdian Indah kepada warga Lutra secantik parasnya. Semoga Ia bisa memajukan pendidikan dan membuka akses sebesar-besarnya kepada pemuda-pemuda Lutra untuk melanjutkan pendidikan tinggi.

Tugas berat telah menanti Indah Putri Indriani. Dari data yang ada, dari tahun 2008-2012, tidak ada satu pun rumah bersalin. Sepanjang pengamatan penulis, pada tahun 2015 belum ada rumah bersalin dan jumlah rumah sakit hanya ada dua. Kita menunggu kerja nyata dari Indah untuk menolong ibu-ibu kita terhindar dari kematian pada saat kehamilan atau 42 hari setelahnya. Semoga saja, di masa pemerintahannya, ada rumah bersalin di setiap kecamatan. Rumah bersalin tersebut dibutuhkan oleh calon ibu.

Indah harus melindungi dan meningkatkan kualitas hidup  149.287 jiwa penduduk perempuan Lutra (Data BPS tahun 2014). Dari data BPS Lutra juga diketahui bahwa sebanyak 235 perempuan usia 7-12 tahun tidak/belum pernah sekolah. Angka tersebut hampir dua kali lipat darijumlah laki-laki yang hanya 137 jiwa yang tidak/beluum sekolah. Hal tersebut harus dituntaskan oleh Indah. Satu hal lagi, presentase perkawinan usia muda di Lutra masih tinggi. Usia kurang dari 17 tahun, tercatat sebesar  22.27 persen pernah kawin, usia 17-18 sebesar 25.49 persen dan pada usia 19-24 sebesar 39.96 persen, sedangkan pada usia dewasa yakni 25 tahun ke atas hanya sebesar 12,27 persen. Perlu diketahui bahwa nikah muda salah satu pemicu kanker serviks. Dari data yang tercatat di RSUD  andi Djemma Masamba, pada tahun 2014, sebanyak 10 perempuan Lutra terdeteksi mengidap kanker leher rahim.

Kedepannya, tentu kita berharap banyak terhadap perempuan-perempuan yang kelak ditetapkan menjadi kepala daerah, semoga mereka bisa mengemban amanah. Sebagai perempuan, kita berharap mereka menuntaskan masalah-masalah yang dihadapi perempuan Indonesia. Mulai dari kesetaraan dan keadilan gender, kesempatan dalam memperoleh akses pendidikan, tingginya kematian ibu dan anak, serta persamaan hak dalam kesehatan reproduksi. Srikandi-srikandi yang menjadi kepala daerah harus menuntas masalah-masalah kaumnya.

Terpilihnya beberapa perempuan menjadi kepala daerah diharapkan bisa meningkakan partisipasi politik perempuan. Jika pada Pilkada serentak kali ini hanya ada 7,32 persen, kelak semoga bisa menyamai keterwakilan kaum lelaki. Semoga saja Partai Politik (Parpol) tak lagi pragmatis melihat keterwakilan perempuan. Perempuan hendaknya tak hanya direkrut  untuk jadi pajangan semata untuk meraih suara, tetapi benar-benar dijadikan calon pemimpin setara dengan lelaki.

Semoga tak ada lagi Ratu Atut dan Miranda Goeltom lainnya. Jika srikandi-srikandi tersebut amanah, bukan tidak mungkin kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin perempuan semakin meningkat. Maju terus srikandi-srikandi. Buktikan bahwa perempuan tak hanya pandai di dapur tapi pandai juga memimpin. Buktikan bahwa memimpin bukan domain kaum pria saja. Buktikan bahwa gincu tak lebih merah dari perjuangan kaum perempuan.

Related posts:

Manis Gula Tebu yang Tidak Menyejahterakan

Oleh: Aunistri Rahima MR (Pengurus LPMH Periode 2022-2023) Lagi-lagi perampasan lahan milik warga kembalidirasakan warga polongbangkeng. Lahan yang seharusnyabisa menghidupi mereka kini harus dipindahtangankan denganpaksa dari genggaman. Tak ada iming-iming yang sepadan, sekali pun itu kesejahteraan, selain dikembalikannya lahanyang direbut. Mewujudkan kesejahteraan dengan merenggutsumber kehidupan, mendirikan pabrik-pabrik gula yang hasilmanisnya sama sekali tidak dirasakan warga polongbangkeng, itu kah yang disebut kesejahteraan? ​Menjadi mimpi buruk bagi para petani penggarap polongbangkeng saat sawah yang telah dikelola dan dirawatdengan susah payah hingga mendekati masa panen, dirusaktanpa belas kasih dan tanpa memikirkan dengan cara apa lagipara petani memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kesejahteraanyang diharapkan hanya berwujud kesulitan dan penderitaan. ​Skema kerjasama yang sempat dijalin pun sama sekalitidak menghasilkan buah manis, petani yang dipekerjakanhanya menerima serangkaian intimidasi dan kekerasan hinggapengrusakan kebun dan lahan sawah siap panen, itu kahbentuk sejahtera yang dijanjikan? ​Kini setelah bertahun-tahun merasakan dampak pahitpabrik gula PT. PN XIV Takalar, tentu saja, dan memangsudah seharusnya mereka menolak, jika lagi-lagi lahan yang tinggal sepijak untuk hidup itu, dirusak secara sewenang-wenang sebagai tanda bahwa mereka sekali lagi inginmerampas dan menjadikannya lahan tambahan untukmendirikan pabrik gula. ​Sudah sewajarnya warga polongbangkeng tidak lagihanya tinggal diam melihat lahan mereka diporak-porandakan. Sudah sewajarnya meraka meminta ganti rugiatas tanaman yang dirusak, serta meminta pengembalian lahanyang telah dirampas sejak lama. Dan dalam hal ini, Kementerian BUMN, Gubernur Sulawesi Selatan, maupunBupati Takalar harus ikut turun tangan mengambil tindakansebagai bentuk dorongan penyelesaian konflik antara wargapolongbangkeng dan