web analytics
header

Dunia Permainan

Sumber : Indogamers

Sumber : Indogamers
Sumber : Indogamers

Muh. Wildan
(Reporter LPMH-UH Periode 2017-2018)

​“Sejatinya manusia adalah makhluk yang bermain (homo ludens)”

-John Huizunga

Permainan bagi sebagian orang itu adalah sesuatu yang mendatangkan kesenangan, kegembiraan bahkan dapat menghasilkan uang. Permainan yang dilakukan oleh sebagian orang bermacam-macam, mulai dari permainan tradisional maupun permainan digital.

Bila melihat perkembangan zaman sekarang, permainan bukan hanya sebagai hasrat untuk mencari kesenangan tapi permainan zaman sekarang dilihat dari segi kemanfaatannya bahwa dengan bermain kita dapat menghasilkan uang. Dengan begitu peluang kerja, dalam hal ini gamers telah terbuka.

​Pada proses perkembangan dari permainan tradisional ke permainan era digital, masyarakat awalnya melihat permainan ini hanya ajang untuk menjadi hiburan namun karena daya ikat dari permainan ini semakin luas, maka orang yang melakukan suatu permainan tidak hanya melihat dari segi itu. Mereka melihat bahwa permainan adalah suatu ajang kompetisi dimana kita bersaing untuk mendapatkan reward dan mencari eksistensi.

Dengan seiring perkembangan zaman, terkadang permainan tradisional semakin terkikis dengan adanya permainan digital. Masyarakat dalam proses meluapkan hasratnya pada permainan, bukan lagi sekedar hobi atau mengisi waktu luang, tetapi permainan dalam hal ini permainan digital (video game) telah masuk ke dalam kehidupan manusia.

Ada sebagian orang yang meluapkan segala emosi dan ekspresinya dalam video game. Terkadang, sebagian orang jika tidak bermain maka dia akan merasa gelisah. Hal ini menjadi bukti bahwa video game bukan lagi sekedar cara untuk mengisi waktu luang, tetapi video game telah masuk ke dalam kehidupan manusia.

Semakin meluasnya budaya video game ini membuat manusia semakin lama meninggalkan realitas (dunia nyata) menuju realitas semu (video game). Sebagian orang yang bermain video game terkadang melupakan dunianya sendiri, mereka kadang bermain video game hingga berjam-jam bahkan berhari-hari tanpa henti. Mereka sulit untuk memisahkan batas antara realitas nyata dan realitas semu.

Dalam video game manusia ditawarkan sesuatu yang tidak dapat ia temui di dunia nyata, seperti dalam salah satu video game yang dapat menjadikan diri kita sebagai gangster. Dalam game tersebut membunuh adalah suatu keharusan jika ingin menjadi gangster sejati. Kita dapat melakukan apapun dalam permainan tersebut.

Berbeda bila kita berada di dunia nyata, ketika membunuh maka kita akan ditangkap polisi atau sebagainya. Inilah yang menjadi daya tarik dari video game bahwa apa yang tidak bisa kita lakukan di dunia nyata, dapat kita lakukan di dalam video game.

Dengan banyaknya masyarakat mengkonsumsi video game, maka dibentuklah suatu perusahaan yang berbasis video game, dimana video game ini dijadikan suatu lahan bisnis bagi sebagian orang. Ketika kita bermain game sepak bola, kita pasti melihat berbagai macam merek di dalamnya, berbagai macam sponsor dan logo-logo terkenal itu semua menandakan bahwa video game saat ini dijadikan suatu lahan untuk melancarkan suatu bisnis.

Dengan pesatnya budaya game ini, masyarakat diharapkan dapat memosisikan dirinya dalam melihat budaya ini. Jangan sampai video game ini dapat merusak diri kita. Dari sisi positifnya, video game dapat mendatangkan keuntungan bagi perekonomian kita dan sebagainya. Dari sisi negatifnya, video game dapat membuat kita lupa akan tanggung jawab kita di dunia nyata ini. Oleh karena itu, kita harus jeli dalam memosisikan diri kita terhadap budaya video game ini.

Related posts:

Manis Gula Tebu yang Tidak Menyejahterakan

Oleh: Aunistri Rahima MR (Pengurus LPMH Periode 2022-2023) Lagi-lagi perampasan lahan milik warga kembalidirasakan warga polongbangkeng. Lahan yang seharusnyabisa menghidupi mereka kini harus dipindahtangankan denganpaksa dari genggaman. Tak ada iming-iming yang sepadan, sekali pun itu kesejahteraan, selain dikembalikannya lahanyang direbut. Mewujudkan kesejahteraan dengan merenggutsumber kehidupan, mendirikan pabrik-pabrik gula yang hasilmanisnya sama sekali tidak dirasakan warga polongbangkeng, itu kah yang disebut kesejahteraan? ​Menjadi mimpi buruk bagi para petani penggarap polongbangkeng saat sawah yang telah dikelola dan dirawatdengan susah payah hingga mendekati masa panen, dirusaktanpa belas kasih dan tanpa memikirkan dengan cara apa lagipara petani memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kesejahteraanyang diharapkan hanya berwujud kesulitan dan penderitaan. ​Skema kerjasama yang sempat dijalin pun sama sekalitidak menghasilkan buah manis, petani yang dipekerjakanhanya menerima serangkaian intimidasi dan kekerasan hinggapengrusakan kebun dan lahan sawah siap panen, itu kahbentuk sejahtera yang dijanjikan? ​Kini setelah bertahun-tahun merasakan dampak pahitpabrik gula PT. PN XIV Takalar, tentu saja, dan memangsudah seharusnya mereka menolak, jika lagi-lagi lahan yang tinggal sepijak untuk hidup itu, dirusak secara sewenang-wenang sebagai tanda bahwa mereka sekali lagi inginmerampas dan menjadikannya lahan tambahan untukmendirikan pabrik gula. ​Sudah sewajarnya warga polongbangkeng tidak lagihanya tinggal diam melihat lahan mereka diporak-porandakan. Sudah sewajarnya meraka meminta ganti rugiatas tanaman yang dirusak, serta meminta pengembalian lahanyang telah dirampas sejak lama. Dan dalam hal ini, Kementerian BUMN, Gubernur Sulawesi Selatan, maupunBupati Takalar harus ikut turun tangan mengambil tindakansebagai bentuk dorongan penyelesaian konflik antara wargapolongbangkeng dan