web analytics
header

Semangat Merah Putih

Sumber : Google

Sumber : Google
Sumber : Google

Oleh : Muhammad Ikram

(Wakil Kordinator Litbang dan Advokasi Media LPMH-UH Periode 2018-2019)

 

Sejak diproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, maka berakhir pula penjajahan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Perjuangan yang dilakukan bangsa Indonesia untuk membebaskan diri  dari penjajahan sangat luar biasa. Mereka berjuang dengan gagah berani tanpa mengenal lelah memperjuangkan tanah air. Dengan menggunakan alat sederhana, para pahlawan tanah air berhasil mengalahkan para penjajah yang menggunakan senjata tajam.

Namun, dari perjuangan melawan para penjajah itu banyak pahlawan kita yang telah gugur di medan perang. Mereka ditangkap dan disiksa sebelum mereka dibunuh. Adapun para wanita banyak dijadikan pemuas nafsu oleh para penjajah. Begitu biadapnya para penjajah tersebut.

Semangat perjuangan para pahlawan, tidak lepas dari filosofi bendera merah putih yang dikibarkan. Warna merah melambangkan keberanian bangsa Indonesia melawan para penjajah. Warna putih melambangkan kesucian niat untuk memerdekakan bangsa Indonesia. Bendera merah putih tersebut merupakan lambang dari perjuangan bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, setiap tanggal 17 Agustus selalu diperingati sebagai hari kemerdekan Republik Indonesia. Peringatan tersebut bertujuan untuk mengingatkan kita kembali pada perjuangan para pahlawan. Begitu besar perjuangan mereka demi kemerdekaan Indonesia. Maka, sudah seharusnya kita sebagai generasi muda menghargai jasa para pahlawan. Dirgahayu Republik Indonesia.

 

Related posts:

Manis Gula Tebu yang Tidak Menyejahterakan

Oleh: Aunistri Rahima MR (Pengurus LPMH Periode 2022-2023) Lagi-lagi perampasan lahan milik warga kembalidirasakan warga polongbangkeng. Lahan yang seharusnyabisa menghidupi mereka kini harus dipindahtangankan denganpaksa dari genggaman. Tak ada iming-iming yang sepadan, sekali pun itu kesejahteraan, selain dikembalikannya lahanyang direbut. Mewujudkan kesejahteraan dengan merenggutsumber kehidupan, mendirikan pabrik-pabrik gula yang hasilmanisnya sama sekali tidak dirasakan warga polongbangkeng, itu kah yang disebut kesejahteraan? ​Menjadi mimpi buruk bagi para petani penggarap polongbangkeng saat sawah yang telah dikelola dan dirawatdengan susah payah hingga mendekati masa panen, dirusaktanpa belas kasih dan tanpa memikirkan dengan cara apa lagipara petani memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kesejahteraanyang diharapkan hanya berwujud kesulitan dan penderitaan. ​Skema kerjasama yang sempat dijalin pun sama sekalitidak menghasilkan buah manis, petani yang dipekerjakanhanya menerima serangkaian intimidasi dan kekerasan hinggapengrusakan kebun dan lahan sawah siap panen, itu kahbentuk sejahtera yang dijanjikan? ​Kini setelah bertahun-tahun merasakan dampak pahitpabrik gula PT. PN XIV Takalar, tentu saja, dan memangsudah seharusnya mereka menolak, jika lagi-lagi lahan yang tinggal sepijak untuk hidup itu, dirusak secara sewenang-wenang sebagai tanda bahwa mereka sekali lagi inginmerampas dan menjadikannya lahan tambahan untukmendirikan pabrik gula. ​Sudah sewajarnya warga polongbangkeng tidak lagihanya tinggal diam melihat lahan mereka diporak-porandakan. Sudah sewajarnya meraka meminta ganti rugiatas tanaman yang dirusak, serta meminta pengembalian lahanyang telah dirampas sejak lama. Dan dalam hal ini, Kementerian BUMN, Gubernur Sulawesi Selatan, maupunBupati Takalar harus ikut turun tangan mengambil tindakansebagai bentuk dorongan penyelesaian konflik antara wargapolongbangkeng dan