web analytics
header

Gurrumul: Penyanyi Kulit Hitam Pujaan Dunia

huhu

“Tutup mata kalian, dengar suaranya dan biarkan suara itu menyentuh hati kalian. Gurrumul menyanyikan tentang dirinya dan tanahnya pada dunia,”-  Susan Dhangal Gurruwiwi tante Gurrumul.

Film Gurrumul merupakan film dokumenter yang disutradarai oleh Paul Damien Williams. Film ini pernah dinobatkan menjadi Best Documentary Feature Film pada Asia Pacific Screen Award 2018,  Best Sound for a Documentary pada Australian Cinema Screen Sound Guild 2018 dan beberapa kali menjadi nominasi pada ajang penghargaan film dunia. Film ini menceritakan tentang kisah perjalanan hidup maestro musik dunia Geoffrey Gurrumul Yunupingu. 

Pada flim ini sosok Gurrumul digambarkan sebagai lelaki tuna netra yang pemalu dan irit bicara, bahkan tidak pernah ada media yang berhasil mewawancarainya. Namun Gurrumul memilik suara merdu, kepolosan dan lagu yang menyentuh hati. Hal itu yang menjadikannya pujaan dunia.

Gurrumul merupakan lelaki Aborigin bersuku Yolngu yang terlahir sebagai tuna netra. Gummurul lahir dan tumbuh di Perkampungan Elcho, Arnhem Land, Australia Utara. Elcho merupakan tempat yang sarat nilai budaya dan sejarah di Australia. Menurut penduduk asli setempat, nilai-nilai budaya akan selalu membawa kebaikan jika dilakukan dan juga sebaliknya. Gumurrul percaya bahwa nilai pada tanah kelahirannya tersebut harus selalu dipatuhi dan dilestarikan, salah satunya dengan cara bernyanyi. Menyanyikan lagu-lagu berbahasa Yolngu tentang kehidupan mereka dibarengi tarian menjadi sajian yang selalu ada pada setiap kegiatan kebudayaan di sana.

Dikisahkan pada film ini, sejak kecil Gurrumul sudah memilik ketertarikan terhadap musik. Ia pernah meminta sebuah gitar untuk digunakan pada kegiatan pelayanan di gereja setempat.  Gurrumul menghabiskan banyak waktunya di gereja tersebut. Diawal kariernya, Gurrumul pernah bergabung dengan grup musik Youhu Yindi dan Saltwater Band. Pada group musik tersebut, Gumurrul banyak mempelajari berbagai alat musik. Sehingga saat ini ia telah banyak menguasai alat musik seperti gitar, keyboard, piano dan drum. Bersama groupnya tersebut, Gurummul banyak melakukan pementasan. Sebelum ia memutuskan untuk bersolo karier pada tahun 2008.

Perjalanan karier Gurrumul tidak terlepas dari sosok Michael Hohnen. Lelaki berkulit putih yang merupakan produser sekaligus sahabat Gumurrul. Pada film ini kita dapat melihat bagaimana perbedaan RAS tidak menjadi penghalang dalam berkarya dan kehidupan. Komunitas Gumurrul di Elcho menganggap bahwa keluarga tidak hanya berdasar pada garis pertalian darah semata. Bahkan mahluk, benda dan alam pun merupakan bagian hidup mereka. Sehingga Michael dikisahkan sebagai saudara laki-laki Gumurrul, yang dalam bahasa Gumatj disebut Wawa. Sedangkan Gurrumul dengan kemampuannya berinteraksi dengan alam, dijadikan sosok titisan para leluhur Elcho.

Bersama Mark Grose, Michael membentuk label rekaman Skinnyfish yang bertujuan untuk memproduseri Gumurrul. Mereka tertarik untuk membuat Gurrumul terkenal di seluruh dunia dengan suara merdu dan syair lagunya yang menyetuh. Dengan berjalannya waktu, Skinnyfish dibantu media Australia berhasil membuat Gurrumul menjadi penyanyi internasional yang terkenal di Australia juga beberapa negara di Eropa, seperti Prancis, Inggris, dan Swiss.

huhuu

Klimaks pada film ini dimulai saat Gurrumul mulai merasa selalu rindu dengan kampung halamannya. Selama hidupnya Gumurrul tidak pernah pergi jauh dan lama dari sana. Namun karena pekerjaannya sebagai penyanyi internasional, Gurrumul dihadapkan dengan berbagai tour di berbagai tempat. Terlebih saat tour, Gurrumul mendapat kabar bahwa ibunya, Daisy Gurruwiwi, telah meninggal dunia di Elcho. Disusul dengan ayahnya beberapa tahun setelahnya.

Gurrumul pada flim ini digambarkan menjadi seniman yang tidak memikirkan uang dan harta. Ia bernyanyi dengan keiklasan, kejujuran dan penuh rasa. Gurrumul tidak mengingikan kehidupan gemerlap dan popularitas ala top singer dunia. Gurrumul lebih memilih hidup sederhana dan seperti biasa di kampung halamannya. Kampung halaman menjadi suntikan semangat bagi Gurrumul, bait-bait lagu yang ia nyanyikan juga merupakan cerita kisah komunitasnya di Elcho.   

Puncak klimaks pada film terjadi saat Gurrumul pada akhirnya harus mengemban tugas berat sebagai penyanyi yang terkenal di industri musik dunia sekaligus sebagai tokoh masyarakat Yolngu. Intrik pun sering kali terjadi karena budaya Yolngu tidak familiar bagi masyarakat barat. Sebagai tokoh masyarakat pada komunitasnya, Gurrumul dituntut untuk selalu berada di Elcho untuk membantu beberapa kegiatan kebudayaan.

Kesederhanaan dan keteguhannya terhadap nilai kebudayaan seorang Gurrumul juga tergambar jelas di film. Gurrumul lebih memilih kembali ke kampung halaman untuk membantu kegiatan kebudayaan komunitasnya dan meninggalkan konser tunggalnya di Amerikat Serikat. Keputusan itu membuat label rekamannya harus kehilangan uang sangat banyak. Namun Michael dan Mark Grose tetap menghargai keputusannya tersebut. 

Setelahempat tahun pasca peristiwa tersebut, akhirnya Gurrumul bersama Skinnyfish kembali menyuarakan kisah-kisah komunitasnya kepada dunia melalui lagu-lagunya.

Film ini merupakan film dokumeter yang sangat baik. Berdurasi 96 menit, film ini mengajak kita berkelana ke perkampuangan Elcho di Arnhem Land. Menyuguhkan keindahan alam dan nilai kebudayaan membuat flim ini menjadi lebih dramatis.

Pada film ini juga tersirat pesan kesetaraan RAS kulit hitam dan putih di beberapa tempat di Australia. Selain itu, terdapat hal yang juga perlu diapresiasi dari film ini, sosok Gurrumul tidak pernah digambarkan sebagai sosok berkebutuhan khusus yang selalu harus dikasihani. Tanpa indra pengelihatannya Gurrumul tetap dapat menjalankan hidupnya dengan caramya sendiri. Flim ini sangat direkomendasikan untuk para penggemar lagu aliran musik folk dan jazz . (Sme)

Related posts:

Manis Gula Tebu yang Tidak Menyejahterakan

Oleh: Aunistri Rahima MR (Pengurus LPMH Periode 2022-2023) Lagi-lagi perampasan lahan milik warga kembalidirasakan warga polongbangkeng. Lahan yang seharusnyabisa menghidupi mereka kini harus dipindahtangankan denganpaksa dari genggaman. Tak ada iming-iming yang sepadan, sekali pun itu kesejahteraan, selain dikembalikannya lahanyang direbut. Mewujudkan kesejahteraan dengan merenggutsumber kehidupan, mendirikan pabrik-pabrik gula yang hasilmanisnya sama sekali tidak dirasakan warga polongbangkeng, itu kah yang disebut kesejahteraan? ​Menjadi mimpi buruk bagi para petani penggarap polongbangkeng saat sawah yang telah dikelola dan dirawatdengan susah payah hingga mendekati masa panen, dirusaktanpa belas kasih dan tanpa memikirkan dengan cara apa lagipara petani memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kesejahteraanyang diharapkan hanya berwujud kesulitan dan penderitaan. ​Skema kerjasama yang sempat dijalin pun sama sekalitidak menghasilkan buah manis, petani yang dipekerjakanhanya menerima serangkaian intimidasi dan kekerasan hinggapengrusakan kebun dan lahan sawah siap panen, itu kahbentuk sejahtera yang dijanjikan? ​Kini setelah bertahun-tahun merasakan dampak pahitpabrik gula PT. PN XIV Takalar, tentu saja, dan memangsudah seharusnya mereka menolak, jika lagi-lagi lahan yang tinggal sepijak untuk hidup itu, dirusak secara sewenang-wenang sebagai tanda bahwa mereka sekali lagi inginmerampas dan menjadikannya lahan tambahan untukmendirikan pabrik gula. ​Sudah sewajarnya warga polongbangkeng tidak lagihanya tinggal diam melihat lahan mereka diporak-porandakan. Sudah sewajarnya meraka meminta ganti rugiatas tanaman yang dirusak, serta meminta pengembalian lahanyang telah dirampas sejak lama. Dan dalam hal ini, Kementerian BUMN, Gubernur Sulawesi Selatan, maupunBupati Takalar harus ikut turun tangan mengambil tindakansebagai bentuk dorongan penyelesaian konflik antara wargapolongbangkeng dan