![]() |
Raha, Eksepsi Online – Rasanya masih sangat segar di ingatan kita tentang banjir bandang yang melumpuhkan Kota Kendari, ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara. Banjir yang merendam 12 Kecamatan itu merupakan kode bahwa seyogyanya manusia sebagai salah satu dari bagian ekosistem bumi ini harus lebih menjaga kesalarasan dengan alam, mengedepankan keberlanjutan dan mengutamakan prinsip ekologis yang kini mulai tergerus akibat pola pikir pragmatis. Melihat kondisi kekinian hutan lindung di Kabupaten Muna yang realitanya telah di rambah oleh masyarakat, maka sekumpulan pemuda yang tergabung dalam Ikatan Alumni (IKA) SMA Negeri 2 Raha Tahun 2010 mengadakan seminar lingkungan hidup yang bertemakan “Dampak Kerusakan Hutan Lindung Terhadap Masyarakat Kabupaten Muna”. Bertempat di aula Galampano Kantolalo Bypass Raha acara ini berlangsung alot, diawali dari pemaparan Kepala Dinas (Kadis) Kehutanan, kemudian lanjutkan oleh beberapa pemateri dari POLRES Muna, legeslatif, akademisi dan kalangan Aktivis Lingkungan(13/08).
“Apresiasi yang sebesar-besarnya saya ucapkan, karena masih ada kepedulian pemuda terhadap kondisi hutan lindung kabupaten yang sebenarnya sudah kronis ini.” Ujar Kadis Badan Lingkungan Hidup Kab. Muna dalam sambutannya. Bapak yang biasa disapa La Untu ini menambahkan bahwa kerusakan hutan lindung yang terjadi di Muna khususnya di daerah Kontu dan Warangga bukanlah tanggung jawab pemerintah daerah saja, tetapi masyarakat dan lembaga masyarakat mempunyai andil besar dalam pengawasannya.
Acara ini dihadiri oleh beberapa komunitas seperti Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Wuna, Oramas Pecinta Lingkugan, Pemerhati Mata Air Jompi, Grup Lestarikan Budaya Muna, dan siswa-siswi SMA se-kota Raha. “ Acara ini sebenarnya adalah wadah untuk masyarakat menyalurkan aspirasinya, mengeluarkan segala unek-unek tentang kondisi Hutan Lindung di Kabupaten Muna” Ujar Laode Ridwan selaku Ketua panitia. Mahasiswa fakultas Teknik Universitas Hasanuddin ini pun berharap agar apa yang di bahas dalam seminar ini tidak bersifat seremonial belaka, tetapi bisa menghasilkan solusi dan pengawasan yang berkelanjutan. (Fok)