web analytics
header

Peserta Penerimaan Anggota FDC: Menurutku Tidak Ada Kekerasan

Salah satu peserta penerimaan anggota Klub Selam Perikanan atau Fisheries Diving Club (FDC) mengaku tidak ada kekerasan dalam penerimaan anggota tersebut. Muhammad Asri, mahasiswa angkatan 2014 menuturkan bahwa pemanasan sebelum turun ke laut berlangsung dengan fun. “Menurutku tidak ada kekerasan fun-fun ji, pemanasan sebelum turun ke laut. Ketawa-ketawa ji,” tutur Asri saat ditemui, Selasa (22/3).

Hal senada juga diungkapkan oleh peserta lainnya, Syamsuddin Alif. “Pada saat itukan pagi, kita pemanasan sebelum turun ke laut,” tutur mahasiswa yang akrab disapa Sam itu.

Salah satu peserta perempuan yakni Fhyfi Lamuna juga menolak jika penginjakan perut dianggap sebagai kekerasan. “Karenakan konteksnya bukan kekerasan seperti itu. Karena have fun ji teman-teman juga. Melucu ji karena tidak langsung diinjak, cuma seakan-akan ji, kalau mau dilihat,” ungkapnya.

Ketiga peserta mengaku tidak ada satu pun peserta penerimaan anggota yang meringis kesakitan dan mengeluh.

Apa yang diungkapkan ketiga peserta itu diaminkan oleh Adi Muliadi selaku Kordinator Steering (Koster) dalam penerimaan anggota tersebut. Ia mengungkapkan tidak ada kontak fisik antara senior dengan peserta. “Tidak ada kekerasan, karena kita diawasai orang-orang yang lebih tua (Senior, Red). Tidak ada perploncoan di dalam dan tidak ada kontak fisik antara senior dan peserta,” ungkap mahasiswa angkatan 2011 tersebut.

Ia pun mengungkapkan bahwa sudah ada kesepakatan antara panitia dan peserta saat kegiatan pemanasan. “Pukul 05.00 WITA pagi itu seharusnya mereka bangun pemanasan. Setelah pemanasan, Steering memberikan ide pemanasan. Biar fun. Itupun kesepakatan antara panitia dan peserta,” ungkap Muliadi.

Ia juga menuturkan, “Pada saat itu, cowok dalam posisi perahu, perut dikencangkan memang, karena kita dalam penyelaman, kita menghindari keram perut. Jika keram perut, salah satu yang bisa tolong adalah hanya tenggelam.”

Sebelumnya, saat ditemui, Dekan FIKP-UH menganggap bahwa telah terjadi kontak fisik dalam penerimaan anggota klub selam tersebut. “Mengenai kegiatan diklat dalam penerimaan anggota baru UKM Klub Selam, saya menganggap bahwa itu telah terjadi kekerasan yang dilakukan dengan cara menginjak perut peserta diklat yang sedang berbaring. Saya telah menanyakan ke pihak Fakultas Kedokteran dan ternyata hal itu berbahaya bagi kesehatan apabila korban salah mengatur nafas dalam menjalaninya,” jelas Jompa.

Jompa juga telah mewanti-wanti agar dalam kegiatan kemahasiswaan tak ada lagi kontak fisik yang membahayakan. “Mahasiswa yang masuk di Unhas harus tetap mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan termasuk juga mahasiswa FIKP-UH, jangan mengatakan bahwa itu intervensi. Saya sebagai pengggung jawab di FIKP-UH sudah mewanti-wanti agar tidak terjadi kontak fisik yang bisa membahayakan,” tuturnya saat ditemui, Jumat (18/3).

Sebelumnya Sudah Berusaha untuk Klarifikasi

Muliadi mengaku, sebelumnya, ia dan FDC sudah berusaha untuk klarifikasi kepada pihak dekanat.

“Awal masalah, jangan sampai memang menimbulkan maksud lain. langsung saja naik ke atas ke pihak pimpinan. Jangan sampai dia tidak paham dan kita tidak jelaskan. Tapi HMJ mem-back-up sementara,” ungkapnya.

Muliadi juga menuturkan bahwa sebelumnya pihak dekanat telah sepakat menyerahkan masalah tersebut ke Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ). “Awal prosesnya itu, pihak birokrasi menyerahkan masalah ke pihak lembaga Himpunan Mahasiswa Jurusan Perikanan. HMJ mengambil alih dengan kesepakatan dengan WD III, jadi saat itu kita sudah dapat sanksi,” ujarnya.

Ia pun sedikit menyesalkan tindakan dekanat yang tidak menghargai sanksi yang telah diberikan oleh HMJ.”Ada haknya sendiri pihak lembaga untuk menentukan hukuman dan itu harus dihargai oleh pihak pimpinan karena sebelumnya sudah koordinasi,” tuturnya.

Muliadi juga, sedikit dipusingkan dengan sanksi skors yang diterimanya, karena sanksi tersebut ia tak bisa mengajukan rekomendasi permintaan dana terkait kegiatan berskala nasional Forum Mahasiswa Penyelam Indonesia (FOPMI). “Ada event-ku juga, dan saya harus wakili karena saya sebagai Ketua Umum. Klub kan dibawahi universitas, saya bawa nama baiknya universitas kalau misalnya terkendala masalah dana, karena tidak bisa ajukan rekomendasi permintaan dana. Jangan sampai nama baik  universitas kena imbasnya lagi,” tutur mahasiswa yang juga Ketua Umum FOPMI tersebut. (Ish/Nhs)

Related posts: