web analytics
header

Gunung Bawakaraeng Mengalami Kerusakan

Suasana Seminar Apa Kabar Bulu' Gunung Bawakaraeng di Aula FIS B FEB Unhas yang dilaksanakan SEMA FEB Unhas dan BEM Kehutanan Unhas, Senin (8/9). Sumber: Akun Official line BEM Kehutanan.

Suasana Seminar Apa Kabar Bulu' Gunung Bawakaraeng di Aula FIS B FEB Unhas yang dilaksanakan SEMA FEB Unhas dan BEM Kehutanan Unhas, Senin (8/9). Sumber: Akun Official line BEM Kehutanan.
Suasana Seminar Apa Kabar Bulu’ Gunung Bawakaraeng di Aula FIS B FEB Unhas yang dilaksanakan SEMA FEB Unhas dan BEM Kehutanan Unhas, Senin (8/9). Sumber: Akun Official line BEM Kehutanan.

Makassar, Eksepsi Online – Gunung Bawakaraeng merupakan gunung yang berada di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel). Gunung ini berada di ketinggian 2830 MDPL, tak heran banyak pendaki dari Makassar maupun dari kota lainnya di Sulsel mengunjugi tempat ini. Namun seiring berjalannya waktu, kondisi Gunung Bawakareng mengalami kerusakan. Hal ini diungkapkan oleh Nevy Jamest saat menjadi pembicara pada Seminar Apa Kabar Gunung’ Bulu Bawakaraeng yang diselenggarakan oleh Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unhas dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Kehutanan Unhas di Aula FIS B FEB, Senin (8/5).

Faktor penyebab kerusakan Gunung Bawakareng menurut Nevy Jamest adalah ulah pendaki yang tidak bertanggung jawab dengan meninggalkan sampah di gunung. “Saat ini kondisi dari Gunung Bawakaraeng dipenuhi sampah terbukti di beberapa pos pendakian terbentuk bukit-bukit sampah bahkan ada pula pendaki yang mengantung sampah-sampah di antara pohon-pohon,” ungkapnya.

Tak hanya sampah, faktor lain penyebab kerusakan Gunung Bawakaraeng yaitu pohon yang tumbang atau kemungkinan ditebang hanya untuk membuka jalan setapak bagi pendaki. Hal ini bisa dilihat kata Nevy Jamest, di pos delapan Gunung Bawakaraeng. “Kondisi pepohonan yang dulunya rindang saat ini tipis jika dilihat dari kejauhan, pos delapan salah satu pos pendakian di Gunung Bawakaraeng kelihatan baik baik saja, namun jika melihat kondisi lokasi pos delapan dari kejauhan dapat dilihat bahwa pepohonan di daerah tersebut tipis jika dibandingkan dengan lokasi sekitar pos delapan,” ujarnya.

Adi Tonggiroh dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unhas memaparkan kondisi gunung dipengaruhi oleh faktor alamiah dan faktor manusia sendiri. Menururtnya, faktor manusia lebih rentan menyebabkan kerusakan dibandingkan faktor alamiah karena pijakan manusia di batuan gunung akan mengubah struktur bebatuan sementara batuan gunung peka terhadap temperatur.  

Kondisi rusaknya Gunung Bawakaraeng ditandai dengan patahnya Gunung Sorongan yang merupakan salah satu anak gunung yang berada di kawasan Pegunungan Bawakaraeng. Akibat patahan tersebut, kata Prof. Dorothes Agnes Rampesela daerah aliran sungai (DAS) mengalami sedimentasi. “Patahnya gunung tersebut membuat adanya sedimen yang jatuh ke sungai dengan kedalaman berkisar 50-250 meter. Sungai yang dengan kedalaman tertentu akhirnya dasarnya tertutupi pasir. Hal ini akhirnya membentuk kekhawatiran bahwa akan ada aliran air yang membawa material seperti batu, lumpur dan sebagainya, yang akan menghantam lurus apa yang di depannya,” tutur dosen Fakultas Pertanian Unhas ini.

Prof. Agnes mengatakan untuk mengantisipasi bencana yang terjadi di sekitar Gunung Bawakaraeng, dibentuk komunitas SABO. Diharapkan komunitas ini mengajarkan masyarakat tata cara mengungsi ketika terjadi bencana. (Ftr)

Related posts: