Namanya Haidir Ali, bocah yang saat ini baru berusia 14 tahun harus menanggung peliknya kehidupan dengan bekerja sebagai cleaning service dan merawat taman yang ada sekitar Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.
Bocah kelahiran Jeneponto ini mengaku bekerja sebagai tukang bersih-bersih dikarenakan tuntutan keluarga yang memaksa dia untuk bekerja setelah diberhentikan dari sekolah karena sering tidak mengikuti pembelajaran di kelas karena lebih asyik bermain game play station 3 pada waktu itu.
Akhirnya karena lebih asyik bermain game dia pun memutuskan untuk berhenti bersekolah. Berkat dorongan dari orang tua yang melihat bahwa pendidikan Haidir tiada guna dan lebih baik langsung bekerja membantu perekonomian keluarga, ia pun rela menjadi tukang bersih-bersih.
Pekerjaan sebagai tukang bersih-bersih digeluti Haidir tiada lain karena pekerjaan ini telah digeluti oleh keluarganya secara turun-temurun, mulai dari kakeknya yang juga staf di bagian kebersihan di fakultas yang sama, ibunya juga berprofesi sama dengan yang digeluti oleh kakeknya.
Bocah yang bercita-cita menjadi Polisi ini mengaku memiliki penghasilan sebesar 1,5 juta yang sebagian besar dari penghasilannya yakni satu juta diberikan kepada ibunya dengan maksud membantu perekonomian keluarga, ia pun mengaku membelanjakan selebihnya untuk kebutuhan sehari-hari.
Namun, sebagai seorang manusia biasa yang sama seperti kita, menurutnya ia mulai merasakan dampak dari terhentinya proses pendidikannya, menyesal akan perbuatannya di masa lalu yg tidak memperhatikan pendidikannya.
Sehari-harinya di taman ia sering ditemani oleh adiknya yang juga masih belia berusia dua tahun yang melalui hari-hari dengan relatif agak lebih berat dibanding anak-anak seusianya untuk melanjutkan kehidupannya. (H2a)