Makassar, Eksepsi Online – Seminar kebangsaan bertema “Implementasi Ajaran Islam yang Rahmatan Lil Alamin di Kalangan Generasi Muda Guna Membendung Berkembangnya Paham Radikal yang Mengarah Pada Tindakan Terorisme” yang diadakan oleh Hasanuddin Law Student Center (HLSC) pada Kamis (28/9) membahas tentang maraknya isu-isu sektarian di Indonesia yang merupakan faktor pemecah belah suatu bangsa.
Hal tersebut dinilai menimbulkan keresahan dan kecemasan dari berbagai kalangan, baik itu agamawan, akademisi maupun mahasiswa karena bila hal itu terus menyebar dan berkembang di Indonesia, kedepannya diprediksi akan terjadi chaos seperti yang terjadi di negara-negara timur tengah yang berakibat hancurnya suatu negara.
Dalam seminar tersebut, salah satu pemateri yaitu Syaikh Sayyid Abdul Rahim Asegaf menekankan pentingnya penguatan serta pengawalan isu dan wacana yang ada di masyarakat. “Permasalahan yang utama yaitu kurangnya pemahaman dan pengawalan terhadap masyarakat mengenai isu dan wacana sehingga mudah tergiring cara berpikirnya, bukan karna kemandirian berpikirnya, masyarakat harus bisa mengimbangi itu semua dengan perilaku yang insani seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW,” ujarnya saat diwawancarai kru Eksepsi.
Beliau menambahkan bahwa mengapa Islam selalu menjadi sasaran empuk paham radikalisme karna pengawalan isu dan wacana kurang mendapat perhatian di kalangan masyarakat, akhirnya membawa kepada pemahaman yang salah terhadap Islam, namun tak sampai di situ, masyarakat harus pula menyeimbangkan dengan perilakunya yang membawa kepada suasana yang indah, nyaman sebagai identitas Islam yang rahmatan lil alamin.
Beliau pun menuturkan bahwa cara berpikir yang dapat membawa kepada radikalisme serta terorisme ialah cara berfikir yang ingin mengubah segala sesuatu dengan cepat, dengan “bim salabim” seperti mudahnya membalikkan telapak tangan, termasuk orang-orang yang berbicara secara frontal, tidak dengan baik-baik. Padahal Nabi Muhammad SAW tidak pernah mencontohkan itu semua.
Selanjutnya, beliau juga menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah dilempari batu, pernah dikalungkan usus unta yang busuk tapi selalu mebalas dengan perilaku yang sejuk, sabar dan juga senyuman bahkan dengan sujud kepada Tuhan. “Siapa lagi yang kita contoh selain Nabi Muhammad SAW ?,” jelasnya.
Dalam menangkal itu semua dapat dilakukan dengan kerjasama yang kokoh antar kalangan dalam hal pembinaan, pengawalan dan penguatan isu dan wacana serta dapat terimplementasikan dalam tindakan yang sesuai ajaran Islam. “Tanggung jawab semua kalangan bahwa kita harus saling menguatkan dalam hal pengawalan pemahaman isu dan wacana yang ada di masyarakat agar bisa disesuaikan dengan perilaku yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW,” ucap beliau.
Lebih lanjut, beliau berharap kepada semua kalangan agar hidup dengan melaksanakan kewajibannya masing-masing, fokus terhadap apa yang menjadi bidangnya. Tidak usah mengurusi sesuatu yang bukan urusaannya. Beliau berpendapat bahwa barat bisa maju karna mereka fokus pada tanggung jawabnya masing-masing. “Indonesia adalah milik kita, jangan sampai ada orang lain di luar yang ingin mengganggu republik kita, bangsa kita, generasi kita. Jangan sampai kita bangga dengan produk luar, kasihan republik kita,” harapnya.
Salah satu peserta yaitu Fajan Paski mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin angkatan 2017, mengatakan bahwa Islam itu di masa sekarang dianggap pusat radikalisme, dan yang tadi dibahas terkait sebab akibat dari adanya radikalisme. Menurut saya sudah lengkap semua bahwa Islam itu bukan berlatar belakang radikal, tapi negara-negara baratlah yang melatarbelakanginya. “Telah diketahui semua bahwa Islam itu bukan agama yang radikal,” tegasnya. Ada pun harapannya bahwa semoga semua pemuda di Indonesia paham bahwa Islam itu bukan agama yang radikal.
Selain itu apresiasi disampaikan pula oleh Rosmia mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin angkatan 2017. Dia mengatakan bahwa seminar ini dapat memberikan pengalaman baik dalam istilah Rahmatan Lil Alamin dalam Islam dan pendapat para pemateri tentang radikalisme. “Menurut saya, materi yang disampaikan sudah sesuai dengan tema yang dibawakan,” ungkapnya. Terakhir, dia berharap semoga seminar seperti ini bisa jauh lebih baik kedepannya dan lebih sering diadakan agar bisa menambah pengalamannya selaku mahasiswa baru. (Roy)