Makassar, Eksepsi Online – Kamis(8/8) bertempat di Lapangan sekitar Gedung Olahraga (GOR) Unhas sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Federasi Mahasiswa Unhas secara damai berupaya melakukan pembagian selebaran kepada 6.137 mahasiswa baru 2019 namun diakhir dengan pemukulan oleh oknum satpam.
Selebaran tersebut berisi penjelasan tentang keadaan unhas akibat status PTN-BH yang disandang beberapa tahun terakhir yang berimbas pada kenaikan ukt, pembatasan lembaga kemahasiswaan melalui PR-ORMAWA dan pembentukan BEM-U yang dinilai sarat akan kepentingan politis.
Rahmat, selaku sekjen Federasi Mahasiswa Unhas menjelaskan bahwa selebaran tersebut dibentuk sedemikian rupa untuk mahasiswa baru dengan tujuan sebagai titik awal pemberian edukasi dan pengenalan keadaan kampus serta ajakan untuk menolak PTN-BH, PR-ORMAWA, BEM-U dan komersialisasi pendidikan yang sedang berjalan di Unhas.
Adapun persiapan pembagian selebaran tersebut disebutkan Rahmat dilakukan seminggu sebelum kampanye, mulai dari konsolidasi, pembagian tugas, publikasi hingga hari kampanye tiba. “Mengenai persiapan ini sudah dibicarakan seminggu sebelumnya.” Jawabnya saat diwawancarai via pesan
Kronologi kampanye
Kampanye ini dimulai sekitar pukul 08:15 wita, diawali dengan pembagian selebaran di sekitar GOR Unhas. Belum lama setelah pembagian berlangsung, satpam datang mencegat dengan asumsi bahwa mengganggu jalannya acara. Kemudian massa kampanye dibubarkan dan dijanji akan diberi ruang untuk melakukan kampanye pada saat acara pembukaan Penerimaan dan Pembinaan Kesadaran Bela Negara (P2KBN) selesai.
Sekitar pukul 12:30 wita massa kampanye memanfaatkan waktu istirahat untuk melakukan pembagian selebaran kembali, namun kembali dilakukan pembubaran oleh satpam. Saat pembubaran dilakukan, terjadi saling dorong antar mahasiswa dan satpam yang berusaha membubarkan massa kampanye. Akhirnya massa kampanye memutuskan untuk menunggu hingga selesainya acara tersebut.
Tetap pukul 15:00 setelah acara pembukaan P2KBN selesai, mahasiswa baru keluar dari GOR unhas menuju ke lapangan basket, bertepatan dengan itu massa kampanye berusaha menghampiri mahasiswa baru untuk kembali melakukan pembagian selebaran, toa juga digunakan sebagai pengeras suara untuk menarik perhatian mahasiswa baru agar mendapatkan selebaran.
Namun lagi-lagi dilakukan pembubaran, segerombolan satpam datang merebut selebaran dan toa yang dimiliki oleh massa kampanye. Kampanye pembagian selebaran baru diketahui ternyata dilarang oleh pihak birokrat, padahal sebelumnya massa kampanye telah dijanji untuk dapat membagikan selebaran setelah acara selesai. Dari sini tindakan represif kampus melalui satpam dimulai dan berakhir pada pemukulan kepada beberapa massa kampanye.
Tidak hanya pemukulan, pelecehan seksual juga dilakukan oknum satpam kepada perempuan yang merupakan salah satu massa kampanye yaitu Sasa. Ia mendapatkan pelecehan seksual saat melakukan dokumentasi kampanye, yakni ditengah tindak represif oknum satpam terhadap sejumlah massa kampanye.
“Tadi saya kebetulan dokumentasi. Terus saya di dorong meski sudah disampaikan saya cuman dokumentasi. Setelah di dorong lagi, saya bilang jangan pegang-pegang. Tetapi, satpam langsung kelilingi saya dan ada yang rangkul” Jelasnya saat diwawancarai. Tindakan yang didapatkan oleh Sasa ini terekam dalam video yang ia posting dalam laman instagramnya beberapa saat setelah kekerasan tersebut ia dapatkan.
Rahmat merasa menyayangkan sikap repsesif kampus tersebut, terlebih tak ada bentuk tanggung jawab WR3 sebab tak ada komentar yang ia keluarkan. “Sangat disayangkan setelah kejadian tersebut tak ada tanggung jawab kampus, bahkan WR3 menolak untuk berkomentar”. Keluhnya diakhir wawancara. (bru)