Penyebaran Coronavirus Disease-19 (Covid-19) di Indonesia memberikan dampak besar bagi dunia pendidikan khususnya di perguruan tinggi. Menteri pendidikan melalui Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Covid-19 menghendaki agar seluruh peserta didik bisa mendapatkan layanan pendidikan yang optimal, namun tetap mengutamakan protokol kesehatan guna memutus rantai Covid-19 semaksimal mungkin. Kondisi ini membuat perguruan tinggi khususnya Universitas Hasanuddin (Unhas) menerapkan kebijakan kuliah daring atau kuliah online. Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Ir. Muh. Restu, MP. menyampaikan, bahwa pada awal perkuliahan sejak Februari 2020 harus dilaksanakan secara daring di rumah masing-masing untuk tetap menjaga kesehatan. Tetapi pada awal semester dua tahun 2020 akhirnya rektor mengeluarkan kebijakan untuk melaksanakan pembelajaran online secara full.
“Jadi rektor mulai mengeluarkan kebijakan untuk melaksanakan pembelajaran online secara full sehingga pada awal semester 2 tahun 2020 dan alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar tingkat partisipasi dosen mengajar pada saat itu masih tetap 90% tidak jauh berbeda pada saat kuliah luring,” ujar Restu saat di wawancarai langsung kamis (25/11)
Menurut Restu proses perkuliahan dengan metode blended learning atau bauran ini sudah menjadi tuntutan kemajuan dimana sekarang sudah masuk ke zaman revolusi industry 4.0 yang berkaitan dengan Internet of Things, Big Data, Artificial Intelligence, dan lain lain. Dalam hal ini Unhas juga merespon perkembangan tersebut secara bertahap. Sebenarnya pembelajaran online ini bukan hal yang baru bagi Unhas karena sejak 2004 Unhas telah mengembangkan LMS (Learning Management Sistem), tetapi pada waktu LMS bukan menjadi suatu kewajiban, tapi suatu bentuk pilihan yang bisa digunakan oleh dosen untuk melakukan proses pembelajaran di samping pembelajaran tatap muka yang dikonversi LMS yang lama dalam bentuk sekarang yaitu Sikola.
“Untuk sekarang ini secara substansi tidak ada perubahan selama diterapkannya perkuliahan dengan metode bleanded learning di UNHAS karena mata kuliah selalu mengacu kepada RPS (Rencana Pembelajaran Semester) di mana RPS itu telah mengatur semua pencapaian pembelajaran mata kuliah, materi, pengaturan tata waktunya serta metode yang digunakan. Hanya saja berbeda pada bagian metode, yang dulu belajar secara tatap muka dan masuk di kelas bertemu dengan dosen sekarang hanya bertemu di ruang Maya,” pungkas Restu.
Menurut Restu, saat ini proses perkuliahan tatap muka terbatas di Unhas berjalan dengan baik karena hal ini memang sudah dipersiapkan secara matang mulai dari persiapan hingga mekanisme di dalam Surat Keputusan Rektor Tahun 2021 NOMOR:6047/UN4.1/KEP/2021 tentang Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Semester Awal.
Ahsan Yunus S.H., M.H menyebutkan kendala utama dari perkuliahan daring seperti masalah jaringan, paket data hingga device.
“Kendala atau hambatan utamanya yaitu dari kendala jaringan yang tidak merata, namun tetap kita antisipasi dan dimaklumi jika mahasiswa mengikuti pembelajaran daring dan terkendala jaringan dan offcamera itu tidak bisa dipungkiri, karena kita juga pahami sebagai pengajar bahwa kondisi di setiap daerah itu berbeda-beda dan ketersediaan device mahasiswa itu berbeda-beda pula ada yang memakai hp dan ada juga yang memakai laptop, jadi itu tetap menjadi pertimbangan untuk memastikan bahwa kita semua bisa lancar untuk mengikuti perkuliahan.” jelas Ahsan.
Oleh karenanya, diperlukan berbagai penyesuaian dalam berbagai bidang. “Yang paling utama yaitu pertimbangan kesehatan, sehingga tidak ada pilihan lain kita harus menyesuaikan untuk memastikan perkuliahan tetap berjalan tetapi tidak mengurangi kondisi walaupun dilakukan pada saat pandemi, jadi yang harus menyesuaikan bukan hanya pendidikan tinggi termasuk penegakan hukum.” tambah Ahsan.
Menanggapi proses perkuliahan saat ini, salah seorang mahasiswa baru FH-UH, Nursabrina menyatakan sistem perkuliahan daring ataupun luring memiliki keuntungannya sendiri.
“Menurut saya perkuliahan luring atau daring sebenarnya masing-masing memiliki keuntungan sendiri. Kalau saya sendiri sebenarnya lebih memilih luring cuma yang menjadi kendala selama luring itu sendiri karena penilaian dari dosen itu yang mungkin masih menyesuaikan juga, tapi kalau dari segi mengantarkan ilmu itu sendiri kalau saya memilih lebih efektif itu ya luring” tutur mahasiswa yang akrab disapa Sabrina ini.
Terkait pelaksanaan mata kuliah yang dilaksanakan secara luring, kesiapan dari makasiswa dab para dosen menjadi pertimbangan.
“Yang menjadi pertimbangan sebelum kita coba terapkan pembelajaran hybrid ini ialah yang pertama kita harus mengetahui kesiapan mahasiswa, apakah mereka siap dengan segala konsekuensinya jika pembelajaran dilakukan secara luring, karena ini masih masa percobaan jadi ini berlaku bagi hanya yang mau, selain mahasiswa dosen pun diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapannya, apakah beliau siap untuk mengajar secara luring atau tidak, nah setelah di konfirmasi ternyata tidak semua dosen yang siap akan hal itu, maka dari itu hanya yang siap saja yang diberikan kesempatan oleh pimpinan fakultas untuk melangsungkan perkuliahan secara luring.” Jelas Ahsan.
Ahsan juga menanggapi kabar burung yang tersebar dikalangan mahasiswa-mahasiswi yaitu adanya perbedaan antara mahasiswa yang belajar secara luring dengan mahasiswa yang belajar secara daring. Namun, kabar burung tersebut dibantah oleh beliau secara tegas.
“Isu itu adalah hoax karena tidak satupun dosen yang mewajibkan mahasiswa untuk hadir secara luring, jadi itu kabar yang tidak benar, saya juga ingin menekankan disini dengan kondisi pembelajaran hybrid kita dituntut untuk adaptif menilai mahasiswa untuk tetap objektif. Pada intinya ialah atensi mahasiswa yang menjadi tolak ukur penilaian. Mau dia luring tapi pasif juga sama saja, dibanding daring tapi aktif, saya lebih memilih daring tapi aktif. Pada intinya ialah keaktifan mahasiswa yang menjadi tolak ukur penilaian.” Tegas Ahsan.
Selanjutnya perihal sistem pembelajaran luring di FH-UH, ternyata terdapat sistem penggabungan kelas pada pembelajaran luring ini yang mana membuat para mahasiswa-mahasiswi bingung dan kesulitan namun hal ini telah dipertimbangkan oleh pihak kampus.
“Itu adalah pilihan yang didasarkan pada kesiapan mahasiswa, seandainya mahasiswa yang siap yang 25 itu berada dalam satu kelas yang sama pasti akan disatukan tapi kondisi faktual tidak semua mahasiswa yang siap untuk hadir langsung sehingga hanya dibatasi dan kita tidak lagi mengacu pada pembagian kelas sesuai pertemuan daring tetapi berdasarkan kesiapan yang mengikuti luring jadi didalam kelas itu terdapat 2 kelas yang digabung untuk pembelajaran luring.” Jelas Ahsan.
Lebih lanjut, Restu mengatakan akan menggunakan metode bleanded learning di Unhas secara kontiniu. “Ke depan walaupun suasana ini sudah berubah jadi pandemi ke endemi sehingga pembelajaran blended ini sudah bisa diaplikasikan dan kita akan menggunakan secara kontiniu dan dengan keputusan rektor yang ada sehingga mahasiswa nanti serta dosen akan mengatur pembelajaran.” ujar WR 1 Unhas ini.
Sementara untuk sistemnya, ia membahas bahwa akan ada pembagian sesi secara bertahap. “Bisa saja nanti dalam satu kelas seperti itu akan dibagi sesi untuk masuk kuliah luring secara bertahap untuk semua siswa dan itu merupakan bentuk pembelajaran ke depan yang telah diatur bahwa sistem pembelajaran di Unhas itu adalah sistem pembauran antara pembelajaran secara online dan pembelajaran secara tatap muka kelas yang jumlahnya diatur oleh dosen” tutup Restu.
Disusun oleh:
Azmi Nur Isra
Nadila Putri M.Yakub
Aulia Khairunnisa