Makassar, Eksepsi Online – (20/8) Kedatangan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan untuk memberikan Kuliah Umum pada kegiatan Penerimaan dan Pengembangan karakter Mahasiswa Baru (P2KMB) di hadapan Mahasiswa baru di Baruga Baharuddin Lopa, Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (FH UNHAS) pada Jumat (19/8) menuai penolakan dari beberapa elemen kemahasiswaan Unhas, aksi penolakan tersebut dilakukan dalam bentuk pembagian selebaran berupa rekam jejak tindakan buruk Luhut selama masa jabatannya selaku pejabat publik di era Joko Widodo. Diketahui aksi ini berlangsung di FH dan di sekitar pintu 1 Unhas.
Adapun kronologi dari kedua peristiwa tersebut terjadi dalam waktu yang cukup berdekatan. Pada pukul 14.13 WITA mahasiswa FH Unhas mulai berjalan menuju Baruga Baharuddin Lopa sambil menyalakan sirine, selang beberapa saat setelah sirine berbunyi aparat keamanan bersama polisi pun langsung merampas toa dan selebaran yang hendak dibagikan kepada Mahasiswa Baru yang sedang mengikuti kegiatan P2KMB. Akibatnya sempat terjadi tindakan agresi antara Mahasiswa Aksi dan pihak keamanan.
Di saat yang berdekatan, di Pintu Satu Unhas aksi pembagian selebaran yang dibarengi dengan orasi dari Mahasiswa dibubarkan dengan kedatangan pihak keamanan yang tiba tiba mengejar dan menangkap massa aksi. Terhitung ada 9 mahasiswa yang tertangkap, yang 4 diantaranya digiring ke ruangan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan.
Menurut pengakuan dari A, salah seorang peserta aksi yang tertangkap, ketika peserta sudah akan meninggalkan lokasi, pihak keamanan tiba tiba datang mengejar.
“Jadi waktu kita ini sudah mau tarik massa, ini kan kita sudah jalan kan menuju ke GOR (Gedung Olah Raga). Itu setelah pasang spanduk, nda sampai 1 menit tiba tiba ini keamanan langsung kejar kejar kita pakai motor. Otomatis kita langsung lari dan sialnya saya yang kena,” ujarnya kepada kru Eksepsi.
Namun menurutnya tidak ada tindak kekerasan yang dilakukan oleh pihak keamanan ketika dirinya digiring ke ruangan di Gedung Rektorat Unhas tersebut.
“Kalau kekerasan tidak adaji, kita cuma ditanya asal dari fakultas mana, itupun di dalam (gedung Rektorat) kita juga cuma ditanya tanya dan diberi nasihat-nasihat,” tambahnya. (bje)