Makassar, Eksepsi Online – (2/9) Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (BEM FKM UNHAS) mengadakan debat terbuka yang berlangsung di ruang K-104 FKM Unhas pada pukul 15.00-16.50 WITA.
Acara yang di moderatori oleh Jennifer Irene Amorita Hadiono selaku Staff BEM FKM Unhas mengundang dua tokoh yaitu Fitri Ardina selaku Presiden BEM FKM Unhas Priode 2021/2022 dan Imam Mobilingo selaku Ketua BEM UNHAS untuk melangsungkan sebuah debat dengan mosi “Orientasi Lembaga Kemahasiswaan sebagai Wadah Gerak Kolektif; Progresif atau Regresif?”.
Hal ini dipelopori oleh statement Imam yang pada Jum’at (16/8) lalu diberi ruang oleh Kampus untuk berbicara dihadapan seluruh Mahasiswa Baru Angkatan 2022 selaku Presiden BEM Unhas pada acara Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) tingkat Universitas.
Di acara tersebut Imam sempat menyebutkan terkait beberapa organ yang pernah bergabung di BEM Unhas memilih untuk menarik diri serta beberapa organ lainnya memilih untuk tidak bergabung dan ia pun menyebutkan bahwa mundur dari sebuah perjuangan adalah penghianatan.
Debat terbuka ini diadakan untuk memperjelas apa makna dari “perjuangan dan pengklaiman menjadi penghianat” seperti yang disampaikan oleh Imam pada kegiatan yang berlangsung di Baruga A. P. Pettarani Unhas Tersebut.
Namun hingga acara selesai bangku yang disediakan untuk Mahasiswa Fakultas Kedokteran itu tidak nampak terisi oleh siapapun. Tidak diketahui alasan jelas ketidakhadirannya, pihak BEM FKM pun menyebutnya sebagai bentuk ketidakkonsistenan Imam atas penerimaan undangan yang telah diberikan kepadanya oleh pihak BEM FKM.
“Kami juga sebenarnya tidak paham kenapa yang bersangkutan tidak hadir tapi yang jelas saudara Imam menyatakan bahwa BEM FKM tidak konsisten atas undangan yang diberikan. Konsisten dalam hal debat publik dan diskusi publik,” Jelas Fitri Ardina.
Perempuan yang merupakan Presiden BEM FKM itu juga menyatakan bahwa ia tidak paham dengan alasan ketidakhadiran Ketua BEM Unhas tersebut yang dinilainya kurang masuk akal.
Beberapa hal yang BEM FKM Unhas simpulkan dengan ketidakhadiran Imam Mobilingo pada debat terbuka tersebut, yaitu:
- Imam Mobilingo tidak siap menerima tantangan dan undangan debat publik yang diberikan oleh BEM FKM Unhas dengan bersembunyi dibalik alasan yang tidak masuk akal;
- Imam mobilingo dianggap tidak memahami esensi dari undangan terbuka yang dilontarkan oleh BEM FKM Unhas;
- Imam dianggap telah berkhianat terhadap perkataan “bersedia” yang sebelumnya sempat dikatakan.
Oleh karena itu BEM FKM menyatakan bahwa Imam tidak mampu membuktikan dan bertanggung jawab kepada publik atas pernyataan yang dilontarkan pada kegiatan P2KMB lalu. Pihaknya menegaskan bahwa Imam Mobilingo adalah penghianat yang sesungguhnya.
Diketahui bahwa sebelumnya BEM FKM telah membuat press release untuk menantang Imam menghadiri Debat ini yang kemudian disetujui Imam melalui pesan instagram. Dari situlah kemudian pihak BEM FKM mengirim surat secara resmi terkait kegiatan Debat tersebut. (hvn)