Makassar, Eksepsi Online – (10/11) Disaat gencar-gencarnya pembangunan fasilitas yang ada di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (FH-UH) seperti taman keadilan FH, air mancur, gedung baru, tampak hal yang tidak tersorot dari pihak fakultas yaitu kondisi toilet. Diketahui saat ini terdapat tujuh toilet yang tersebar di berbagai sudut FH-UH yang masing-masing meliputi toilet pria dan wanita. Toilet tersebut terbagi atas empat toilet di lantai satu dan tiga lainnya ditemui di lantai dua.
Jika menelisik lebih pada kondisi tujuh toilet tersebut, toilet yang terdapat disamping tangga baruga Dr. Baharuddin Lopa, S.H. terlihat sangat berbanding jauh dibanding toilet yang lainnya.
Walaupun memiliki fasilitas yang lebih banyak dibanding toilet lainnya, namun jika dilihat dari kondisi secara keseluruhan toilet tersebut jauh dari kata baik dibanding toilet lainnya. Dilihat dari jamban yang sudah tidak memiliki penutup dan pembuangan air yang sering tidak disiram, tidak tersedianya tisu, sabun, dan kotor.
Hal ini sangat disayangkan, mengingat toilet ini menjadi alternatif terdekat dari ruang pertemuan terbesar tersebut maupun Sekertariat Lembaga Kemahasiswaan. Hal ini menjadikannya sebagai toilet yang paling sering diakses.
Prof. Dr. Iin Kartika Shakarina, S.H., M.A. selaku Wakil Dekan Bidang Perencanaan, Sumber Daya, dan Alumni FH-UH mengatakan bahwa kebersihan dari toilet tersebut sebenarnya dari kesadaran masing-masing walaupun ada petugas yang sering membersihkan.
“Sebenarnya petugas itu setiap waktu dibersihkan, saya juga sudah periksa waktu itu, tapikan tentu tidak mungkin setiap ada orang yang masuk dia (petugas) masuk juga membersihkan,” kata Prof. Iin, sapaan akrabnya. Ia juga menambahkan bahwa tidak ada petugas yang khusus untuk menjaga toilet.
Mantan Ketua Departemen Hukum Internasional itu mengambil contoh salah satu toilet yang berada di lantai 2 dimana toilet ini dikhususkan untuk dosen dan petugas, ia pernah mengambil kunci toilet tersebut dan mendapati keadaannya bersih namun ada beberapa hambatan ketika dibatasi penggunaanya maka toilet tersebut dibuka kembali.
“Ketika toilet tersebut dibuka, walaupun sudah tertulis (toilet hanya untuk dosen dan petugas) ternyata mahasiswa juga ikut masuk dan menggunakannya,” jelas Wakil Dekan tersebut.
Ketika ia sedang mengontrol toilet yang terletak di depan ruang dekanat tersebut, dan mendapati sisi yang kotor, basah, ataupun bau pesing, Ia selalu bertanya kepada petugas dan petugas tersebut menjawab “Bu tadi mahasiswa banyak sekali yang masuk dan belum sempat dibersihkan,” Ujar Prof Iin.
Terakhir, Prof. Iin juga menyampaikan persoalan kebersihan toilet bukan karena tidak dibersihkan melainkan mahasiswa tidak bisa menjaga fasilitas.
Kondisi toilet yang kurang bagus juga disayangkan oleh mahasiswa, salah satunya Muh. Fiqhi Zulkifli yang merupakan mahasiswa FH-UH melihat beberapa fasilitas yang sudah dibangun lingkup fakultas cukup bagus, namun hal yang kecil seperti toilet kurang diperhatikan.
“Untuk Fakultas Hukum bisa dibilang fasilitas yang memadai tapi bisa dilihat untuk WC masih buruk dengan fasilitasnya,” ujar Fiqhi.
Ia juga mengeluhkan beberapa fasilitas didalamnya beberapa ada yang rusak, air juga terkadang tidak mengalir yang mengakibatkan ketika selesai buang air tidak dibersihkan. Fiqhi yang saat ini sementara menjalani semester 7 ini menyarankan kepada pihak fakultas yang untuk lebih memperhatikan toilet dan memperbaikinya.
Tak hanya Fiqhi, Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FH-UH Muhammad Sultan merasa kecewa kepada pihak fakultas, jika dilihat dari kondisi toilet yang berlokasi disebelah Baruga Baharuddin Lopa ketika air tidak mengalir, tidak adanya tisu, sabun, merupakan masalah teknik yang mudah untuk diselesaikan namun kurang diperhatikan.
“Persoalan kondisi toilet yang buruk merupakan persoalan yang sangat gampang ditaktisi, karena sampai sekarang belum diperbaiki menjadi suatu kekecewaan yang sebenernya sangat sederhana sekali untuk diperbaiki,” ujar Sultan.
Menyambung perkataan tadi, Sultan mengatakan jika kondisi toilet yang baik untuk digunakan sah-sah saja untuk dibuka, namun ketika kondisi tidak layak atau ada permasalahan didalam toilet tesebut, maka toilet tersebut harus dibatasi untuk mengaksesnya.
“Sangat disayangkan toilet yang di sebelah baruga, karena ini yang paling dekat diakses oleh mahasiswa yang ada di sekertariat lembaga kemahasiswaan, ” ungkapnya kecewa.
Sultan yang merupakan Angkatan 2018 berharap agar lebih mempertimbangkan pembangunan yang lebih urgent terkhususnya toilet,
“Seharusnya pembangunan-pembangunan seperti itu diperhatikan terlebih dahulu, jangan sampai kita memperlihatkan wajah fakultas hukum seperti taman fakultas yang indah, lapangan olahraga, spot foto, tapi ternyata hal-hal yang sederhana bisa dibilang sangat urgent kurang diperhatikan,” harap Presiden BEM tersebut. (fff)