web analytics
header

Imbau Berpenampilan Rapi, Rektor Unhas Singgung Mahasiswa Gondrong pada Pelepasan Peserta KKN-109

Sumber: Biro Komunikasi Unhas
Sumber: Biro Komunikasi Unhas
Sumber: Biro Komunikasi Unhas

Makassar, Eksepsi – (28/12) Ada yang menarik dalam kegiatan Pelepasan Peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Hasanuddin (Unhas)  gelombang 109 yang diadakan dua hari lalu (26/12). Dalam kegiatan yang berlangsung di Gedung Baruga Andi Pettarani ini, Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc atau yang akrab disapa Prof JJ selaku Rektor Unhas dalam sambutannya mengimbau bahwa mahasiswa Unhas haruslah tampil yang terbaik di hadapan masyarakat.

“Berbuatlah yang terbaik, mulai dari mana bersikap, bagaimana berpenampilan, bagaimana membuat semua orang setiap waktu masyarakat yang dihadapi itu terkesan, pikirkan kira-kira apa yang mereka pikirkan tentang diri anda, maka perbaikilah penampilan,” tuturnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, Prof JJ sempat menyinggung perihal mahasiswa dengan rambut gondrong. Ia berharap agar mahasiswa mencerminkan mahasiswa Unhas yang baik.

“Bagi yang rambutnya masih gondrong-gondrong, tolong kali ini saatnya kita berada di masyarakat. mohon maaf, harus kita tampil yang kira-kira dianggap oleh masyarakat kita itu yg terbaik. Jangan sampai di sana ‘eh masa mahasiswa unhas begini?’ Ah itu tidak boleh,” lanjutnya.

Menanggapi hal tersebut, salah satu peserta KKN berinisial MY mengungkapkan bahwa ia menyayangkan hal tersebut dilontarkan oleh seorang pejabat publik. Ia pun tidak sependapat dengan apa yang disampaikan oleh Prof JJ.

“Saya pribadi sebagai salah satu peserta KKN cukup menyayangkan pernyataan tersebut keluar dari Rektor Universitas Hasanuddin. Seolah-olah ciri fisik (berupa rambut gondrong) itu memang menentukan kualitas moral, etika dan kepatutan seseorang,” tulisnya saat diwawancarai melalui WhatsApp (27/12).

Kemudian terkait ada atau tidaknya larangan berambut gondrong, MY mengungkapkan tidak ada intruksi dari Dosen Pendamping (DPK) KKN kepada mahasiswa agar merapikan rambut.

“DPK saya pribadi tidak pernah menyinggung hal tersebut. Di pertemuan pertama dengan DPK, sama sekali tidak ada larangan terkait panjang-pendeknya rambut.”

Ia berharap agar hal seperti ini tidak terulang lagi, karena baginya ciri fisik seseorang tidak  dapat dijadikan tolak ukur bagaimana kepatutan, kualitas moralitas, dan etika seseorang.

“Semoga hal-hal seperti ciri biologis dan/atau fisik seseorang tidak lagi dianggap sebagai tolak ukur kepatutan, kualitas moralitas dan etika seseorang, karena saya pikir hal tersebut tidak punya keterkaitan apapun. Apalagi ketika pernyataan tersebut disampaikan oleh pejabat publik sekelas rektor universitas Hasanuddin,” tutupnya saat diwawancari oleh pihak Eksepsi. (kal)

Related posts: