web analytics
header

Penyakit Akut, Pelaksanaan Kongres KEMA Kembali Terkendala Masalah Kuorum

Sumber: Ilustrasi Eksepsi
Sumber: Ilustrasi Eksepsi
Sumber: Ilustrasi Eksepsi

Makassar, Eksepsi Online – (29/12) Pelaksanaan Kongres Keluarga Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (KEMA FH-UH) yang telah berjalan sejak tanggal 2 Desember 2022 sudah sampai pada tahap Meminta dan Menetapkan Laporan Pertanggungjawaban Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FH-UH hingga saat berita ini dibuat. Namun, pelaksanaan masih terhambat karena masalah lama, kuorum yang tidak terpenuhi.

“…dalam beberapa hari/bulan/minggu belakangan saya tidak melihat antusias KEMA dalam memperoleh pengetahuan…, sehingga saya simpulkan bahwa di dalam KEMA tidak ada yang ingin mendengarkan kajian seperti yang kita rancang,” jelas P. Bagas Putra, Menteri Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa (PSDM).

Sumber: Dokumentasi Eksepsi
Sumber: Dokumentasi Eksepsi

Pernyataan Bagas yang disampaikan saat melakukan pemaparan Laporan Pertanggungjawaban Kementerian PSDM tersebut sekiranya menggambarkan keadaan KEMA FH-UH saat ini.

Menyoal permasalahan kuorum Kongres KEMA FH-UH, tidak terlepas dari pembahasan kurangnya kesadaran dan kontribusi dari KEMA itu sendiri untuk menghadiri dan aktif berpartisipasi pada kongres. Melihat permasalahan tersebut, salah satu Mahasiswa FH-UH, Coki (nama disamarkan) berpendapat bahwa dia tidak tertarik untuk berpartisipasi pada politik kampus.

Meskipun ia mengiyakan bahwa pada kongres tidak sepenuhnya membahas tentang apa yang ia sebut sebagai politik kampus, tetapi juga salah satunya membahas tentang evaluasi dan regenerasi kepengurusan Lembaga Tinggi di FH-UH, namun ia tetap berkelakar, “Bagi saya tidak tertarik, lebih menarik politik negara wakanda yang kontroversial,” jelas Coki.

Menyambung pernyataannya, ia sepakat bahwa permasalahan kadang berasal dari diri pribadi KEMA itu sendiri, tetapi Coki berpendapat bahwa aktivitas mengajak KEMA untuk hadir di kongres hanya sampai pada tahap menghubungi lewat daring saja.

“Ketika bertemu dengan teman-teman KEMA yang aktif berorganisasi kampus justru ajakan untuk menghadiri kongres tidak disampaikan secara langsung, jadi saya menganggap bahwa kongres, terkait dengan kuorumnya akan berjalan lancar-lancar saja tanpa saya,” terang Coki.

Masalah lain menurut Coki yang menurutnya menjadi alasan untuk tidak menghadiri kongres adalah masalah pelaksanaan kongres yang menyita waktu lama.

“Apalagi mendengarkan keluhan dari teman-teman yang ikut, bahwa kongres ini berjalan dengan memakan waktu yang sangat lama, maka saya berpikir sekian kali untuk mengikutinya,” keluh Coki.

Menutup wawancaranya dengan tim Eksepsi, Coki menyampaikan harapannya kepada seluruh pihak yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kongres.

“Mungkin cobalah dirangkul sebaik mungkin mahasiswa yang kupu-kupu seperti saya supaya lebih leluasa juga untuk menghadiri kongres, karena ajakanya hanya sebatas memenuhi kuorum tapi tidak dengan ajakan yang betul-betul ajakan substansial,” harap Coki.

Di sisi lain, kekecewaan justru disampaikan oleh Bagas, ia menyampaikan dalam pemaparannya bahwa kesadaran KEMA untuk berpartisipasi pada eksistensi organisasi kemahasiswaan hingga pelaksanaan kongres saat ini masih sangat kurang. Bahkan pada pelaksanaan Program Kerja Kementerian PSDM BEM FH-UH, terdapat beberapa program kerja yang tidak terlaksana dikarenakan antusias dari KEMA yang sangat kurang.

“Empat program kerja yang kami usungkan dan hanya satu yang kami jalankan, sebetulnya merupakan sebuah jalan berat yang kami ambil untuk memutuskannya, dengan prinsip sekunder kami yaitu menolak mengerjakan program kerja yang outputnya sekedar menggugurkan program kerja,” tegas Bagas.

Bahkan kekecewaan tersebut juga disampaikan melalui pernyataannya yang menjurus kepada Unit Kegiatan Mahasiswa yang melaksanakan Musyawarah Besar di saat kegiatan kongres tengah berjalan, padahal menurutnya, kongres adalah forum tertinggi bagi KEMA FH-UH. (aim)

 

Related posts: