Oleh: Nur Aflihyana Bugi, S.H.
Aku hanya menemukannya di pulau ini
Kokoh di tengah negeri
Menjadi pulau terbesar kesekian di dunia
Dan menemukannya pada tempat menarik untuk dibincangkan
…Hutan…
…
Dia yang pertama
Dia mulai menengok bersama terbenamnya mentari
Dia mulai melompat dalam gelapnya malam
Dia mungil sekali, menyisakan ekornya dalam genggamanku
Tapi kaki panjang itu membawanya terbang ke pohon-pohon
…
Dia begitu unik
Memangsa yang lain cukup dengan gigi
Memanjat ulung sesaat setelah lahir
…
Lihat mata besarnya itu, begitu besar dibanding otaknya sendiri
Tajam sekali mata itu dalam kegelapan
Sembari sibuk memutar total kepalanya
Suara unik terdengar dari kerabatnya yang memanggil
…
Lantas ia menghilang sebelum pagi
Begitu misterius untuk kuteruskan kisahnya
Sebab ia begitu peka
Ia mungkin membenci cahaya, manusia dan keunikannya
Sebab, itu mula sinar kepunahannya
Terpisah dari hutannya
Dan…
Menghantam kepala sendiri hingga mati
…
Monyet hantu dari Sulawesi
Lantas aku menyebutnya Tarsius
…
Dan ini ditempat menarik lainnya,
Dia….
Dia mulai muncul bersama terbenamnya mentari
Mulai merangkak ditengah malam
Dia besar sekali, tak ada darinya bisa kugenggam
Tapi ia masuk begitu dalam
Dan membawaku terbang bersama
…
Dia begitu hebat
Melumpuhkanku hanya dengan bibir
Membekapku sejak hadir
…
Lihat mata besarnya itu, semua duniaku terlihat disana
Membekukanku sebelum beraksi
Tajam sekali mata itu melihat suramku
Sembari sibuk memutar otak
Suaranya masih memenuhi pusat saraf
…
Lantas ia telah hilang sebelum pagi
Dan tak ada lagi yang bisa kutuliskan
Dia pergi dihanguskan cahaya
Dia mungkin membenciku kali ini
Membenci dirinya dan pertemuan ini
Aku telah salah menemukan letak hatinya
Kami berpisah
Dan…
Membunuh diri sendiri dengan rindu
…
Rupa paripurna dari mimpi
Lantas aku menyebutnya Pangeranku.