Makassar, Eksepsi Online – (05/09) Pada Jumat siang, 29 Agustus 2025, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sulawesi Selatan bersama sejumlah organisasi dan komunitas menggelar Mengalir Fest “Jejak Perlindungan Laut dan Keadilan Air”. Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini dimulai di Pusat Dakwah Pimpinan Muhammadiyah Sulsel, kemudian berlanjut di Taman Pintu Satu Universitas Hasanuddin, hingga Kampung Pesisir Tallo Makassar.
Festival ini menghadirkan ruang perjumpaan antara warga, komunitas, peneliti, seniman, dan aktivis lingkungan yang terdiri dari HIMA PPKn FIS-H UNM, HIMATEP FIP UNM, HUMAN FISIP UH, Green Youth Celebes, dan PC IMM Makassar. Tujuannya untuk menghubungkan gerakan perlindungan laut dengan perjuangan hak atas air bersih, melalui diskusi publik, workshop eco-printing, mural, seni pertunjukan, rembuk warga, dan parade.
Hari Pertama, Jumat (29/8), festival dibuka di Pusat Dakwah Muhammadiyah Sulsel dengan diskusi publik bertema “Air sebagai Hak Dasar, Bukan Komoditi” dan peluncuran website kolaboratif PantauAir.com sebagai kanal advokasi tata kelola air di Sulawesi Selatan.
Hari Kedua, Sabtu (30/8), digelar di Taman Pintu Satu Universitas Hasanuddin. Tim kerja Mengalir Festmengajak anak muda bersama perempuan pejuang air bersih Tallo untuk terlibat dalam aksi mural, workshop, dan panggung seni. Puluhan pengunjung hadir menyuarakan keresahan atas tata kelola sumber daya air yang masih buruk di Sulawesi Selatan, khususnya di Kota Makassar.
Taufiiqurrahman Yunus dari Green Youth Celebes mengatakan, festival ini tidak hanya membicarakan isu air dan laut, tetapi juga mengemasnya secara kreatif.
“Yah tujuannya untuk mendekatkan isu-isu lingkungan ke anak-anak muda. Karena anak-anak muda sekarang juga punya cara tersendiri untuk menyerap, memproses, dan mengolah suatu isu, seperti perlindungan laut dan keadilan air yang disuarakan dalam kegiatan Mengalir Fest ini,” ujarnya.
Hari Ketiga, Minggu (31/8), ditutup dengan rembuk warga di Galangan Kapal, Kelurahan Kaluku Bodoa, Kecamatan Tallo. WALHI Sulsel bersama komunitas dan jaringan mendengarkan langsung keluhan masyarakat terkait krisis air bersih yang telah berlangsung lebih dari dua dekade.
Wana, salah satu perempuan pejuang air bersih Tallo, menyampaikan terima kasih kepada peserta yang hadir.
“Terimakasih sudah mau datang ke tempat kami. Harapannya, semoga adek-adek semua bisa membantu kami para ibu-ibu disini untuk menyuarakan ke publik dan mendesak pemerintah agar segera mengalirkan air ke tempat kami. Sekali lagi terimakasih dan semoga kita dipertemukan kembali,” ungkapnya.
Melalui rangkaian kegiatan tersebut, Mengalir Fest menegaskan pentingnya gerakan kolektif dalam memperjuangkan hak masyarakat atas air bersih dan menjaga kelestarian laut. WALHI Sulsel berharap suara yang lahir dari festival ini dapat menjadi desakan nyata kepada pemerintah untuk segera mengambil langkah konkret dalam mengatasi krisis air dan kerusakan lingkungan di Sulawesi Selatan. (Www)