Kreatif. Salah pemain teater tampak begitu atraktif dalam Panrung Lompo 3 beberapa waktu yang lalu.
Aku mendengar anak sungai merintih bagai seorang janda yang menangis meratapi kematian anaknya.
Dan aku kemudian bertanya,
"Mengapa engkau menangis, sungaiku yang jernih?”
Dan sungai itu menjawab,
“Sebab aku dipaksa mengalir ke kota tempat manusia merendahkan dan mensia-siakan diriku.
Dan menjadikanku minuman-minuman keras, dan mereka memperalatkanku bagai pembersih sampah, meracuni kemurnianku, dan mengubah sifat-sifatku yang baik menjadi sifat-sifat buruk."
Lelaki berkaos putih itu membacakan puisi Aku dan Alam karya Kahlil Gibran tersebut dengan perlahan. Kritikan bagi manusia yang sering merusak alam itu bukan merupakan satu-satunya puisi yang dibacakan. ia juga saling berbalas puisi dengan empat rekan lainnya. Ada yang membawakan puisi Ayat-Ayat Alam karya Ahmadun Yosi Herfanda, Sajak Sebotol Air karya W. S. Rendra, dan tiga puisi karya Sapardi Djoko Darmono, Yang Fana Adalah Waktu, Tuan, dan Atas Kemerdekaan.
Pagelaran Panrung Lompo yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Bengkel Seni Dewi Keadilan Fakultas Hukum Unhas (UKM BSDK FH-UH) kembali digelar. Memasuki tahun ketiga dalam penyelenggaraan acara tersebut, BSDK mengusung tema “TENA RUANNA (Tentang Alam dan Ruang Nyata)”. Kegiatan tahunan BSDK ini sama seperti sebelumnya, diadakan di Baruga A. P. Pettarani Unhas, Rabu siang (14/5).
Tarian kontemporer, Kurre Sumanga’, juga turut ditampilkan siang itu. Tarian yang dibawakan oleh enam orang perempuan berpakaian adat Toraja berwarna merah ini, mengisahkan rasa syukur masyarakat atas karunia Tuhan berupa kekayaan alam yang indah. Maka dari itu, mereka berharap agar karunia tersebut dapat dijaga oleh masyarakat.
Panrung Lompo kali ini sebelumnya juga dibuka dengan Tari Paduppa. Tarian yang merupakan ucapan selamat datang kepada para hadirin itu dipertunjukkan oleh 5 orang perempuan dengan diiringi musik tradisional.
Pengusungan tema tentang alam tersebut diutarakan oleh Aulia Pertiwi, Ketua Umum UKM BSDK FH-UH, sebagai bentuk kritik mereka terhadap masyarakat yang sering mencemarkan lingkungan. “Melalui pertunjukkan ini, kami ingin mengkritik masyarakat yang sering mencemarkan lingkungan,” ungkap Aulia pada sambutannya.
Selain tarian tradisional, tarian kontemporer, dan teaterikal puisi, acara ini juga dimeriahkan dengan penampilan teater, vocal group, lyrical dance, dan perkusi. “”Saya sangat bersyukur acara ini bisa sukses sampai selesai,” ucap A. Mega Hutami Adiningsih, koordinator acara Panrung Lompo III. (Dim)