Makassar, Eksepsi Online – (07/10) Rangkaian kegiatan Pembinaan Mahasiswa Hukum Tahap Satu Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (PMH-I FH-UH) 2025 memicu beragam reaksi dari para peserta. Kegiatan tersebut berlangsung pada Sabtu hingga Minggu (04-05/10). Mekanisme pemilihan kepala suku menjadi sorotan utama. Alih-alih melalui pemungutan suara, panitia menunjuk langsung peserta yang dianggap berkapasitas.
“Kepala Suku dan Ibu Suku ditunjuk, bukan pilih sendiri,” ungkap Napoleon (nama disamarkan), salah seorang peserta PMH-I.
Menanggapi isu tersebut, Ketua Panitia PMH-I, Ahmad Daffa Afilla, menjelaskan bahwa sistem tunjuk diterapkan karena dinilai lebih efektif dan dapat mencegah munculnya konflik di antara peserta.
“Tidak ada voting. Saya melihat siapa yang kapabel, siapa yang berani, dia yang saya tunjuk. Kalau banyak calon, besar potensi terjadinya konflik. Siapa yang bisa menentukan indikator kapabelnya ini orang? Pasti saya sendiri selaku ketua panitia,” jelasnya.
Selain persoalan pemilihan mencuat, perhatian peserta juga tertuju pada aspek teknis kegiatan, khususnya konsumsi. Beberapa peserta menilai bahwa fasilitas makan yang mereka terima tidak sebanding dengan jumlah dana yang dikumpulkan.
Stroberi (nama disamarkan) menyatakan keluhan terhadap konsumsi yang didapatkannya.
“Untuk harga segitu, makanannya tidak worth it. Ada yang dapat ayam tapi hanya isi tulang, nasinya sedikit, bahkan tidak ada snack. Kami bingung uangnya dipakai untuk apa?”
Menjawab hal itu, Daffa menuturkan bahwa dana tersebut tidak sepenuhnya digunakan untuk konsumsi peserta melainkan juga mencakup kebutuhan lain kegiatan.
“Dana itu digunakan juga untuk konsumsi pemateri, pendamping, serta pembuatan pin. Porsinya memang standar lima belas ribu per orang, persoalan porsi itu di luar prediksi kami,” katanya.
Meski begitu, isu mengenai transparansi penggunaan dana tetap menjadi sorotan. Lagi-lagi, beberapa peserta mengaku tidak memperoleh penjelasan yang jelas sejak awal terkait pembagian alokasi dana kegiatan.
Menanggapi kritik tersebut, Daffa menegaskan bahwa panitia tetap berkomitmen menjaga transparansi dan keterbukaan selama kegiatan.
“Kami selalu terbuka soal dana. Mungkin saja ada peserta yang tidak mendengar saat penjelasan karena sedang bercerita. Tapi tidak ada yang kami tutupi,” pungkasnya. (Xxl)