Oleh: Ainil Ma'sura (Anggota Divisi Kaderisasi LPMH-UH)
Euforia Hari Kebangkitan Nasional masih terasa. Jajak pendapat di berbagai media menjadi salah satu efeknya. Kritik sebagai wujud kebangkitan atas penindasan tentu dinanti, terutama dari aktivis sosial yang peduli nasib bangsa dan rakyat. Tanggal 20 Mei adalah hari besar, kebangkitan bagi aktivis-aktivis sosial lewat slogan “tunduk tertindas atau bangkit melawan”.
Bukan rahasia lagi terkait rencana aksi besar-besaran mahasiswa pada 20 Mei 2015 dengan tujuan menggulingkan rezim Jokowi. Namun kejutan tak terduga harus diterima ketika Presiden BEM Universitas Indonesia Andi Aulia Rahman menyampaikan pembatalan aksi unjuk rasa besar-besaran itu. “Ada apa?” Saya pun sempat berpikir mengapa sampai demikian. Padahal di sebuah forum diskusi yang saya hadiri, seorang pemimpin redaksi salah satu media cetak juga mengakui adanya rencana aksi besar-besaran tersebut. “Ini Hari Kebangkitan Nasional, lalu kenapa kalian bungkam?”
Sangat miris ketika saya membuka website merahputih.com. Tampak judul berita: Dijamu Makan Malam, Aktivis BEM Batal Demo Jokowi. Aktivis mahasiswa sebagai tumpuan harapan yang senantiasa berteriak dengan lantang dan mengaku-ngaku sebagai agent of change, nyatanya tidak bertaring di balik pintu istana. Isu suap di balik diam itu pun menyeruak dan menyebabkan reaksi bermacam-macam. Cap “melacur di istana” tak pelak dilekatkan pada sejumlah aktivis mahasiswa yang “mesra” berpose dengan Presiden Jokowi yang katanya akan dituntut turun karena mengkhianati rakyat Indonesia. Namun kabar suap ini pada akhirnya ditepis pada aksi tanggal 21 Mei 2015. Untuk itu, saya sendiri memandang bahwa mahasiswa cenderung low respon. Kebanyakan berpikir tapi aksi seringkali terlambat. “Hati-hati ditunggangi elit!”
Mari kita lihat lirik lagu Di Balik Pintu Istana milik grup band Saint Loco berikut ini. Paling tidak jadi bahan refleksi para aktivis asongan ke depan. Terutama bagi mereka yang berani berteriak lantang di jalan, tapi bungkam di balik istana. Sikap itu bukanlah cerminan jiwa kesatria. Generasi muda (mahasiswa) adalah tonggak harapan bangsa, harapan rakyat. Siapa yang akan mengkritik jika bukan mahasiswa. Jangan menghargai idealisme dengan harga yang sangat murah. Jangan mencoba menjual diri dan idealisme. Jangan menghancurkan harapan rakyat dengan sentilan kemewahan di balik pintu istana.
Di balik pintu istana terlukis kisah-kisah manusia
Kami adalah generasi reformasi
Terlahir dalam kekacauan demokrasi
Di balik pintu istana ada seribu tanda tanya
Kami adalah juru kunci masa depan
Suara hati dari sebuah pengaharapan
Haruskah kita semua terserak berserah?
Untuk orang-orang yang lebih senang berdialog atau seminar dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional, tidak masalah. Setiap orang punya cara yang berbeda. Hanya saja saya ingin mengatakan bahwa kadang kita terlalu nyaman duduk bersantai di ruang berkursi empuk dengan air conditioner yang menyejukkan. Lupa bahwa kekuatan perubahan masih harus ditopang dengan aksi-aksi jalanan.
Salam Anti Pembungkaman!
Salam Demokrasi!
Salam Perubahan!
Salam Kebangkitan Nasional!