Makassar, Eksepsi Online – Sejumlah Badan Eksekutif Mahasiswa Unhas yang tergabung dalam Aliansi Unhas Bersatu melakukan aksi damai bertempat di depan gedung rektorat, Selasa (8/12). Mahasiswa dalam aksinya mengecam tindakan represif yang dilakukan pihak rektorat. Tindakan represif ditunjukkan dengan adanya aparat Polisi dan TNI Senin (7/12) malam lalu di setiap fakultas, untuk mengosongkan kampus dari kegiatan mahasiswa di malam hari.
Penyisiran oleh Polisi dan TNI kemarin malam disebabkan adanya pembakaran motor sehari sebelumnya di salah satu fakultas di Unhas. Adanya pelanggaran dan gangguan keamanan tersebut memicu masuknya pihak keamanan dan diberlakukannya jam malam. Seperti yang diutarakan Abd. Rasyid Jalil selaku Wakil Rektor III (WR III), “Kampus kita paling jarang dimasuki pihak keamanan. Tapi dua malam lalu, ada motor dibakar,” kata pria yang akrab disapa Pak Cido tersebut saat menanggapi tuntutan aksi dari para mahasiswa.
Terkait dengan polisi yang memasuki kampus, Ahmar Al Hasanati yang menjadi Jenderal Lapangan aksi menuturkan, “Pada saat itu, saya ada di tempat, dan melihat polisi datang. Pas masuk, selesai mi masalah. Dia (Polisi, red.) tidak datang mengamankan, hanya datang saja. Bukan polisi yang lakukan pengosongan sekret, cuma Bapak WR III dan Satpam yang saya dapat kemarin,” ungkapnya saat ditemui seusai aksi.
Namun, ia mengakui ada laporan yang masuk bahwa pada Senin malam, ada polisi yang masuk mengosongkan lembaga. Mahasiswa dari Fakultas Teknik tersebut, menganggap wajar polisi masuk kampus apabila ada tindak pidana, akan tetapi ia tidak sepakat jika tujuannya hanya untuk mengosongkan sekretariat lembaga mahasiswa. “Kalau sekedar masuk mengamankan mahasiswa dan menyuruh mahasiswa keluar, mengosongkan sekret, saya tidak sepakat, kan sudah ada petugas keamanan kampus,” tuturnya.
Selain tindakan represif rektorat, aksi juga mengecam pelarangan melakukan aktivitas malam oleh pihak kampus. Ahmar berharap kepada WR III agar tidak menekan mahasiswa. “Berikan kelonggaran kepada mahasiswa untuk berorganisasi, tidak usah menekan mahasiswa.” Lebih lanjut ia menuturkan akan ada aksi selanjutnya apabila ada pemberlakuan jam malam. “Oh ada, mahasiswa tidak bisa dibatasi, karena jam bekerja mahasiswa di organisasi di malam hari,” ujarnya.
Mengenai mekanisme apabila menginap di kampus, kata Ahmar, akan langsung meminta izin kepada Wakil Dekan III (WD III). “Dari teknik sendiri, kami akan pakai sistem mekanisme yang resmi. Kami minta izin ke WD III dan WD III koordinasikan kepada WR III bahwa akan menginap di kampus karena ada kegiatan,” tutur mahasiswa angkatan 2012 tersebut. (Ish)