Makassar, Eksepsi Online – Indonesia saat ini menghadapi tantangan di era globalisasi. Proses globalisasi yang terjadi telah menggerogoti Pancasila melalui teknologi dan gaya hidup sehingga memengaruhi dinamika kehidupan masyarakat Indonesia. “Pengaruh tersebut seperti, penjajahan melalui media sosial, interaksi face to face berkurang, sifat individual yang tinggi, serta budaya gotong royong yang terabaikan,” ungkap Staf Ahli Pangdam XIV Hasanuddin Bidang Ekonomi Andi Suyuti saat menjadi pembicara di Seminar Nasional Gebyar Konstitusi IV di Auditorium Prof. Amiruddin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (FK-UH), Jumat (25/8).
Selain Andi Suyuti, kegiatan yang dihadiri ratusan mahasiswa Unhas ini juga menghadirkan Staf Ahli Bidang Pembangunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Pemprov Sulsel) Abdul Haris Abbas, hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MK RI) Prof. Aswanto dan akademisi Fakultas Hukum Unhas Prof. Marwati Riza.
Dalam pemaparannya, Abdul Haris Abbas mengatakan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang majemuk terdiri dari berbagai suku etinis dan budaya rawan akan konflik baik dari dalam negeri maupun luar negeri. “Adanya proses liberalisasi yang telah masuk ke negara kita ini, dan banyak nilai yang tidak sesuai lagi dengan nilai dari Pancasila,” ungkapnya.
Meski banyak tantangan yang dihadapi di era globalisasi saat ini, Pancasila, kata Prof Aswanto harus tetap menjadi pemersatu bangsa Indonesia karena merupakan produk asli bangsa Indonesia. Lahirnya Pancasila tidak mudah, di mana harus mampu mencakupi seluruh aspek dalam kehidupan masyarakat serta memiliki nilai yang kuat.
“Yang terpenting adalah bagaimana Pancasila itu dapat mengayomi seluruh masyarakat majemuk, dan dapat mengakomodasi keinginan bangsa,” jelasnya. (Alk)