web analytics
header

Hina Pecundang

Oleh: Afandi Haris Raharjo
Di tengah keheningan panorama kota surga,
Dia hanya menangis dan menahan rasa sakit yang seolah telah lama terasa.
Tolonglah bawa aku keluar dari neraka ini
Aku hilang dan tak tampak
Muncul bak kuda pincang yang pilu
Mencoba berlari dengan sisa nafas yang ada
Tetes-tetes darah mengiringi setiap jengkal tapakan kakinya
Sungguh sebuah keanehan
Seperti nampak walaupun sebenarnya tidak ada
Jangan, jangan bunuh aku!
Aku ingin hidup lebih lama, Tuhan
Sepertinya seoarang hina yang berbicara
Gelap, tak tahu ke mana ia sebenarnya
Takut akan sosok yang mengintainya
Aku salah, aku khilaf, aku tobat, aku ingin hidup
Hahaha, ternyata dia, seorang hina ulung
Hanya bias berlari dari tumpukan dosa yang setia menemaninya
jangan lari, jangan…! Aku tidak akan menyakitimu di sini…
Aku hanya meminta apa yang kau perbuat
Mulai tercermin dari aura rintihannya
Taubatlah selagi engkau bisa

Related posts:

DESEMBER KESEKIAN

Oleh: Nur Fadliansyah Abubakar & A. Wafia Azzahra Makin perih namun teriris Semakin diam semakin sakit Lelah batin Ingin mati

Pemangsa Peradaban

Penulis: Verlyn Thesman (Pengurus LPMH-UH Periode 2023/2024) Mau seperti apakah kaumku? Nyaman sudah tak pernah kami alami Tertutup tak tertutup

Temu

Penulis: Wriftsah Qalbiah (Pengurus LPMH-UH Periode 2023/2024) Semilir rindu menaungi langkahku, Membawaku pada ruang sepi yang menanti sebuah temu. Bayangmu