Makassar, Eksepsi Online– Kongres Keluarga Mahasiswa (Kema) FH-UH telah digelar sejak Kamis (18/2) bertempat di aula Harifin A. Tumpa FH-UH. Dalam kongres pertama itu telah disepakati sepuluh agenda. Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FH-UH Muh. Nur Fajrin menuturkan, “Ada sepuluh agenda yang kami sepakati dalam kongres yang tadi berlangsung, yaitu pembahasan agenda kongres, pembahasan tata tertib, pemilihan presidium tetap, pemberian lembaran pertanggungjawaban, melantik presiden BEM, melantik wakil presiden BEM, melantik anggota DPM terpilih, pembahasan rekomendasi kongres, pembahasan konstitusi, dan penutup,” jelasnya. Pelaksanaan kongres diupayakan berlangsung semaksimal mungkin, “Kita mengupayakan kongres berlangsung semaksimal mungkin, dan berkomunikasi dengan birokrat agar kegiatan didukung dari sarana, prasarana dan sebagainya,” ujar Ketua DPM itu.
Delapan Belas Hari Kerja Kongres
Kongres rencananya diselenggarakan selama depalan belas hari kerja, sejak 18 Februari hingga 14 Maret 2016. Hal itu, kata Fajrin, berdasarkan diskusi di tingkat lembaga BEM, DPM dan MKM. “Setelah kami berdiskusi di tingkat lembaga BEM, MKM, DPM, kita mempertimbangkan batasan waktu kongres hingga 14 Maret 2016 dengan perhitungan delapan belas hari kerja,” jelasnya.
Adanya pemilu di awal Maret nanti, memungkinkan penundaan sementara kongres, seperti yang diutarakan Fajrin, “Waktu kongres dibagi lagi dengan adanya pemilu di awal Maret, kongres mungkin diskors untuk pelaksanaan pemilu. Tidak mungkin pemilu jalan kemudian kongres juga berjalan, jadi efektifnya kongres bisa berjalan 13 hari kerja, 18 Februari sampai 14 Maret nanti.” Rencana delapan belas hari kerja, berdasarkan penuturannya, untuk menghindari keadaan seperti tahun lalu, dimana kongres berlangsung hampir dua bulan.
Tidak Kuorum, Kongres Diskorsing Sementara
Hal serupa dengan kongres tahun lalu yaitu peserta kongres Kema FH-UH tidak kuorum. Hari pertama, kongres sempat diskorsing 2×30 menit dikarenakan tidak memenuhi persyaratan ½ tambah 1 anggota kema. Kongres akhirnya dilanjutkan dengan syarat menghadirkan perwakilan dari DPM, MKM, BEM, UKM dan Kema FH-UH.
Semangat berlembaga Kema FH-UH, menurut Fajrin mulai berkurang, ia mengutarakan, “Semangat berlembaga kawan-kawan kema secara umum mulai kurang, seperti kita lihat tadi, dari ratusan kema yang hadir, berdasarkan absen yang diisi cuma sekitar enam puluh.”
Dia kemudian mengharapkan, kongres menjadi wadah musyawarah tertinggi dalam menyelesaikan persoalan terkait lembaga kemahasiswaan. “Asas yang kita pakai adalah asas kekeluargaan, tentu saja kongres bisa hadir memberi ruang atau wadah seluruh kema untuk bermusyawarah menyelesaikan segala permasalahan,” ucap mahasiswa angkatan 2012 itu.(Arf, Slm)