Oleh : Muhammad Badai Anugrah
Ketua Pondok Integritas (Organisasi Anti Korupsi)
‘’Harus ada Perlawanan, entah dengan cara apa, dan jangan sampai kita ditundukkan olehnya.” Albert Camus.
Bergerak dan bersatu, menuju Indonesia baru, singkirkanlah semua musuh-musuh. Begitulah penggalan syair lagu “revolusi sampai mati”. Lagu ini menggema di hampir seluruh arena demonstrasi yang bermuara pada turunnya Jenderal Purnawirawan Soeharto dari kursi kepresidenan yang telah didudukinya selama kurang lebih dari 32 tahun.
Hampir sebulan demonstrasi mahasiswa berlangsung di Jakarta. Pendukungnya bukannya menyusut, melainkan terus meningkat. Gelombang demonstrasi itu pun merambah hingga ke kota-kota besar hampir di seluruh Indonesia. Hanya satu tuntutan mereka kala itu ‘’Soeharto harus turun!’’ Spanduk-spanduk bertemakan ‘’Turunkan Soeharto’’ menghiasi iring-iringan para demonstran.
Pada 21 Mei 1998, sekitar Pukul 10.00 WIB, Soeharto menyatakan mundur diri dari tampuk tertinngi pemerintahan di Indonesia. Gelombang demonstrasi yang berbuntut kejatuhan Soeharto itu adalah puncak dari seluruh perlawanan masyarakat melawan keditktatoran yang berlangsung hingga tiga dekade. Tidak dapat dipungkiri, sejak rezim orde baru berkuasa di 1966, berbagai macam penderitaan masyarakat muncul di berbagai pelosok negeri. Mahasiswa pada waktu itu tidak bisa dibedakan dari masyrakat. Ia adalah bagian dari masyarakat. Permasalahan masyarakat adalah permasalahan bagi mahasiswa juga. Namun kuasa orde baru mendistribusikan wacana mengenai mahasiswa sebagai agen pengubah. Mahasiswa dicitrakan berada pada luar sistem.
Mahasiswa dituntut untuk menaati sistem dalam pendidikan sebagai ideologycal state apparatus ala althusser, mahasiswa adalah iron stock agar mematuhi kebutuhan kapital akan sumber daya manusia yang taat terhadap sistem.
Ketika gerakan mahasiswa telah termistifikasi oleh jargon-jargon usang peninggalan rezim orde baru selama bertahun-tahun maka reformasi 1998 menunjukkan dengan jelas sekali bahwa gerakan mahasiswa makin terasing dari basis materialnya yaitu mahasiswa. Gerakan mahasiswa yang keberadaannya lahir dari kesadaran intelektualitas mahasiswa atas kondisi realitas di sekelilingnya.
Urusan perut dan sistem akademis yang tiap hari mencekik kehidupan setiap mahasiswa di kampus.seperti sebuah kewajaran jika mahasiswa kemuadian menjadi sebuah kemewahan yang asing dan tak terjangkau
Dalam fantasinya, mahasiswa sebagai struktur sosial baru. Mereka lebih suverior dari masyarakat sekelilingnya dan bisa menetukan apa yang seharusnya dilakukan masyarakat. Mereka merasa dirinya mengubah masyarakat tersebut sesuai idealisme yang mereka sukai. Bukan berarti massa mahasiswa menjadi tidak peduli dengan segala isu yang dibawa oleh gerakan mahasiswa. Namun setiap isu yang mereka bawa tidak menyentuh kondisi aktual yang setiap hari mereka alami. Realita sebenarnya pun akan turut mengubah kehidupan mereka.
Mahasiswa harus berjuang dari kritis dalam sistem kapitalisme yang saat ini direpresentasikan oleh kampus. Sekali lagi tak akan lepas dari urusan ekonomi dan politik.apalagi masalah biaya kuliah dan biaya hidup yang semakin tak adil, tuntutan akademik yang semakin tidak masuk akal sementara kualitas infrasuktur rendah,
Mahasiswa saat ini harus hadir sebagai alat untuk memperjuangkan kemenangan secara politik dan ekonomi melawan rezim kampus yang menghamba kepada berbagai kepentingan. Salah satunya adalah kepentingan akumulasi modal. Sarjana-sarjana macam apakah yang kalian idamkan? Tentu sarjana yang waktu mahasiswa tak pernah protes, tak pernah bicara kondisi sosial, politik, ekonomi di kampusnya.sarjana yang pada waktu mahasiswanya, mereka alergi bicara soal ketimpangan-ketimpangan sosial dan penderitaan rakyat yang tergusur. Sarjana yang pada mahasiswanya menganggap dirinya hebat dengan lulus secepatnya, lalu mimpi jadi orang kaya dan menirukan gaya hidup yang ditularkan para pejabat.
Jika kita ingin memahami suatu kedaan, kita harus menanyakan suatu pertanyaan mendasar yaitu apakah pendidikan yang membentuk dunia kita, memberikan kebebasan kita atau justru membuat kita menjadi budak? Rapatkan barisan, kepalkan tangan, perjuangan belum selesai. Berjuang bersama rakyat selalu terhormat.
Karena kita tak akan mundur walau matahari dan hujan, menyinari dan membasahi tubuh kita. Kita tak akan mundur walau tameng dan pukulan menghantam tubuh kita. Kita tak akan mundur walaupun senjata api dan panser ada dihadapan kita, dan kita tak akan mundur walaupun gas air mata dan peluru tajam mengenai tubuh kita. Tapi kita akan mundur jika perubahan telah terjadi.