Tak tahu mau menyebutmu apa?
Awalnya kau datang sebagai tanda hubung (-), ingin menjadikan kita satu suku kata yang utuh meski dipisahkan baris.
Ambisi yang sangat besar merasukimu,
Kau berfikiran untuk menjadi susunan kalimat yang indah.
Dengan menjadi tanda pisah (_), kau telah menetapkan semuanya, kita harus berakhir di kota yang Kau sebut kalimat penutup,
Kau lupa bahwa kita telah berjalan bersama dari kata pengantar,
Karena kau bukan titik (.), maka jangan pernah memaksa ku untuk berhenti mengikutimumu,
Terkadang aku berhenti sejenak karena kau sebut dirimu tanda koma (,),
Kau juga bukan tanda seru (!), maka tidak sepantasnya kau menyuruhku memalingkan pandanganku darimu,
Apalagi kau juga bukan tanda tanya (?), jadi jangan pernah tanyakan kenapa aku bisa sampai sejauh ini ?
Kecuali kalau kau adalah tanda petik (” “), maka silahkan sampaikan semuanya,
Dan jika benar kau hanya ingin hadir sebagai tulisan,
Maaf saja, aku harus selalu menemani mu sampai di akhir.
Kau lupa ya?
Jika tanpaku tak ada yang tertarik dengan mu,
Takkan ada yang siap membacamu, apalagi sampai menyelami dalamnya maknamu,
Keniscayaan bahwa kita harus selalu bersama,
Meskipun menyatu denganmu tidak semudah meletakkan tanda baca sesuai tempatnya,
Jika setuju denganku, mari kita buat paragraf baru.
*Oleh Abdul Wahab (Pemenang Malam Puisi Eksepsi Line, 28 Mei 2016)
Ikuti perkembangan kami di Media eksepsi lainnya
– Fb ; Lpmh Unhas
– Twitter : @LPMH_UH
– Line : @gob7706n