web analytics
header

Pendidikan Kemanusiaan Refleksi Orientasi Pendidikan Modern di Hardiknas

Sumber: Wawa's Story WordPress.com

Sumber: Wawa's Story WordPress.com
Sumber: Wawa’s Story WordPress.com

Hasbi Assidiq

(Reporter LPMH-UH periode 2016-2017)

Pendidikan apa ?

Pendidikan sebagai  instrumen kemanusiaan harus mampu melakukan pembebasan terhadap manusia. Pembebasan ini dimaknai sebagai seorang manusia dikatakan bebas apabila dia tidak lagi menjadi budak bagi  manusia  yang lain dan tidak ada lagi manusia yang menghamba kepada manusia yang lain, inilah pembebasan ketika manusia bebas untuk mengembangkan setiap potensi yang mereka miliki sesuai dengan kecenderungan yang mereka miliki sejak lahir yang dipengaruhi oleh kondisi keluarga yang beragam. Hal inilah yang memengaruhi seorang manusia dalam kecenderungan yang dalam  pandangan Ali Syariati membagi berbagi  kecenderungan intelektual, seperti kecenderungan filsafati, politik, ekonomi, sosial, sastra yang ada pada manusia.

Manusia Apa?

Manusia dalam istilah filsafat dikenal sebagai mikrokosmos, yang merupakan alam semesta yang kecil yang di dalam dirinya terdapat jutaan, milyaran bahkan dimungkinkan untuk memiliki pemahaman  yang tak terbatas dalam mengenal alam semesta, manusia memiliki potensi yang tidak terbatas dalam memahami alam semesta ini karena sampai saat ini manusialah yang menjadi otoritas penafsir alam semesata ini, di dalam menjaga keberlangsungan kehidupan di alam semesta. Manusia dimungkinkan untuk melakukan hal tersebut.

Paradigma mekanistik yang hadir pada era renaissance di Eropa yang dipelopori oleh Isaac Newton dan Rene Descartes dengan pandangan cogito ergo sum atau aku ada maka aku berpikir, yang kemudian membagi internal manusia dalam res cogitans yakni kemampuan bepikir dan res extensa yakni kemampuan perluasan materinya, yang kemudian memberikan pengaruh terhadap  Newton dengan pandangan mekanistiknya bahwa manusia itu tak ubahnya seperti mesin yang berjalan, melihat alam semesta ini seperti mesin raksasa yang tak memiliki makna. Pandangan mekanistik inilah yang memengaruhi dunia pendidikan kita yang menganggap bahwa proses pendidikan itu hanyalah proses transfer ilmu dari guru kepada muridnya, yang murid hanya dijadikan sebagai tape recorder yang merekam setiap apa yang dikatakan oleh gurunya dan menganggap itulah kebenaran.

Merupakan upaya dehumanisasi terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang dimiliki oleh seorang manusia yang seorang manusia tidak hanya memiliki pemahaman mekanis yang sempit, seperti  sebuah cermin yang memantulkan bayangan yang sama dengan  obyeknya atau bersifat simetris. Pendidikan itu jauh lebih dari itu, dia bisa memantulkan bayangan yang memiliki potensi yang jauh lebih besar dari hal tersebut atau bahkan jauh lebih kecil dari obyeknya yang telah mengalami perubahan-perubahan pada obyek tersebut atau bersifat asimetris.

Setiap hari selalu saja ada permasalahan yang dialami oleh umat manusia, ini membuktikan bahwa manusia bukanlah sebuah mesin yang tak bermakna yang hadir begitu saja tanpa tujuan, melainkan pemahaman dari manusia dimungkinkan untuk bersifat asimetris dalam menafsirkan realitas ini sehingga menjadi hal yang wajar ketika selalu saja hadir masalah baru dalam kehidupan bermasyarakatnya.

Integrasi Ilmu

Pendidikan harus hadir untuk mengatasi persoalan tersebut, pendidikan harus hadir di tengah masyarakat untuk mengatasi permasalahannya, mendengarkan apa yang mereka alami untuk lebih merasakan lalu kemudian memberikan solusi praktis dalam hal tersebut. Setiap cabang ilmu pengetahuan harus bersama–sama hadir untuk menyelesaikan masalah tersebut. Ilmu sosiologi harus hadir kemudian  untuk mampu mengidentifikasi permasalahan sosial dan mampu memberikan solusi akan hal tersebut, ilmu hukum harus hadir untuk kemudian manjaga ketertiban daalam masyarakat agar tidak ada seorang pun individu yang merampas hak individu yang lain, ahli hukum harus menjamin terjadinya hal tersebut.

Ilmu kedokteran dan kesehatan harus hadir di tengah masyarakat untuk mengidentifikasi virus-virus yang mengakibatkan penyakit dalam masyarakat agar kemudian mampu memberikan masyarakat di sekitarnya menjadi sehat. Ahli kesehatan dan kedokteran harus hadir untuk mengatasi hal tersebut.

Integrasi dari setiap cabang ilmu harus hadir untuk menjamin terwujudnya tujuan dari ilmu tersebut yang berujung pada filsafat kemanusiaaan untuk mewujudkan terwujudnya kesejahteraan sosial dalam masyarakat di mana tidak ada lagi yang kita dengar yang mati karena kelaparan atau tindak pidana kriminal lain yang hadir, karena tidak terintegrasinya struktur sosial dalam masyarakat, karena untuk apa ilmu itu hadir jika tak bermanfaat untuk manusia dan lingkungannya secara umum.

Cermin Realitas

Melihat Universitas Hasanuddin sekarang ini sebagai salah satu universitas terkemuka di kawasan Indonesia Timur, Unhas harus hadir untuk membangun dari akar rumput untuk menyelesaikan permasalahan sosial dalam masyarakat tersebut. Unhas harus menjadi pusat peradaban yang memberikan pemikiran-pemikiran kreatif dari mahasiswa, di mana tidak terjadi lagi kesenjangan sosial yang terjadi di kawasan sekitaran Unhas.

Namun nyatanya, miris ketika kita melihat kawasan di sekitar Unhas ini kita masih bisa melihat anak kecil yang berjualan makanan untuk menghidupi keluarganya di sekitaran kampus ini. Tidak jarang juga kita melihat pengais sampah yang lewat di sekitar kita dengan memakai pakaian compang-camping yang terlihat lusuh. Ini berbanding terbalik dengan gaya hidup para civitas akademika di Unhas sendiri yang berpakaian jas ala eropa dengan makan di tempat yang dimiliki oleh orang eropa. Mereka tanpa sadar menjadi juru bicara eropa untuk tetap mengagungkan eropa yang telah menjajah bangsa ini secara perekonomian ideologi, dan kebudayaan, masyarakat kita hadir menjadi manusia kita menjadi manusia yang tuna manusia yang kehilangan unsur kemanusiaannya dengan peduli terhadap hal tersebut.

Pendidikan berbudaya adalah hal yang sangat mungkin untuk dilakukan, timur yang penuh dengan kebudayaan yang arif dan bijaksana terhadap manusia dan lingkungannya, seperti paradigma yin dan yang dalam menjaga kestabilan ekosistem, menggali nilai-nilai kearifan lokal yang ada dalam masyarakat Indonesia, seperti sikap ramah terhadap orang lain, serta dengan hukum bahwa ketika kita mengambil pohon di alam  kita harus mengganti pohon tersebut sesuai dengan yang kita ambil atau kalau bisa lebih, seperti yang hadir di masyarakat kajang. Kebudayaan inilah yang harus ditekankan dalam pendidikan kita bukan hegemoni pendidikan sebagian barat secara umum yang menjadikan pengetahuan yang kita dapatkan adalah untuk kekuasaan, peradigma imperialis, pendidikan  untuk memperbudak yang lain.

Karena pendidikan merupakan tanda kemanusiaaan akan tanggung jawab kita terhadap manusia lain dan lingkungan yang membuat kita menjadi manusia sesungguhnya. Pendidikan harus hadir untuk menyadarkan identitas kemanusiaannya untuk peduli terhadap sesamanya dan kemudian  kembali merefleksi nilai dari suatu pendidikan yang bukan lagi sekedar angka-angka ataupun huruf-huruf yang menyusutkan nilai kemanusiaan kita dan kemudian menjadikan kita mesin bagi para penguasa abad ini.

Related posts: