Oleh : Hasbi Assidiq
(Wakil Koordinator Divisi Litbang dan Advokasi Media LPMH-UH Periode 2017-2018)
Demokrasi hari ini kembali dirongrong oleh ulah segelintir kelompok masyarakat yang takut akan dibongkarnya kesepakatan jahat yang mereka lakukan di masa lalu, hingga mereka melakukan upaya-upaya untuk menutupi hal tersebut, berlindung di balik jubah agama dan memanfaatkan ketidaktahuan secara jelas oleh masyarakat kemudian memperhadap-hadapkan salah satu konsep sosial masyarakat (komunis) dengan agama, yang kemudian melanjutkan budaya pemikiran mandek yang malas berfikir di masa lalu yang dibawa sampai hari ini.
Demokrasi menjadi hal yang sangat berharga di era sekarang ini dikarenakan oleh demokrasi yang bermakna kedaulatan rakyat itu menjadi landasan utama, kemudian menjadikan supremasi hukum sebagai pilar utama dari demokrasi untuk menjamin terpenuhinya hak kolektif sebagai wujud dari keberadaan hak individu yang dimiliki sehingga tiap individu dalam masyarakat merasa aman terhadap setiap kegiatan yang mereka lakukan tanpa hadir ketakutan yang setiap saat bisa mengintai oleh individu yang lebih mendominasi secara fisik dalam hal tersebut.
Bisa dibayangkan jika demokrasi tidak hadir, maka yang akan hadir adalah kesewenang-wenangan otoritarian oleh kuasa tak terbatas yang menjanjikan kesejahteraan semu, mendikte masyarakat yang tak tahu arah, menyusup ke masyarakat dengan politik penjajah, “Devide et Impera” politik pecah belah yang sampai pada hari ini masih membuat riak-riak konflik di masyarakat. Kekuasaan yang dimiliki oleh seorang individu atau beberapa orang yang berkompromi dengan hal tersebut kemudian mengontrol masyarakat, maka masyarkat pun mengalami disintegrasi sosial dengan kelompok masyarakat yang lain, namun kondisi ini tak akan lama di era sekarang ini.
Tak ada lagi tirani
Tak ada tempat bagi tirani di zaman sekarang, di tengah perkembangan teknologi yang semakin pesat maka masyarakat global akan semakin belajar dari kesalahan yang terjadi, runtuhnya soviet membuktikan bahwa pemerintahan dengan kekerasan tak akan berlangsung lama, yang masyarakat mengecam setiap tindakan yang tidak pro terhadap kemanusiaan, paradigma filantropi semakin harus disebarluaskan di seluruh penjuru dunia, memandang bahwa seluruh manusia harus dicintai karena kita sama, kita manusia yang menginginkan kebebasan dan tiada satupun bangsa atau masyarakat yang menginginkan ketertindasan,
Teori Machiavelli tentang pemerintahan yang baik adalah yang dikarenakan oleh ketakutan, tak lagi bisa diterapkan saat ini, dikarenakan ketakutan yang hadir dalam masyarakat semakin terjawab dengan perkembangan teknologi yang terjadi, asumsi dasar yang dibawa adalah manusia itu pada umumnya tidak tahu berterima kasih, munafik, tamak, takut akan bahaya[1], namun asumsi ini hadir jika seorang manusia tersebut masih berkutat dalam sistem yang membodohi, maka dalam keadaan bodoh manusia terkadang berfikir individualis untuk berfikir dirinya semata, namun jika sistem yang hadir di masyarakat adalah sistem yang mencerdaskan, budaya intelektual tumbuh subur di kalangan mahasiswa dan akademisi hingga memberikan implikasi yang nyata terhadap masyarakat maka teori ini harus dibuang jauh-jauh karena sudah using dan tak lagi realistis untuk diterapkan, karena masyarakat yang menyadari dirinya dikekang, terintimidasi oleh tirani akan bangkit memberontak pemerintah tersebut dikarenakan oleh harapan tentang kebebasan yang mewujudkan kesejahteraan yang mereka impikan.
Semangat universal masyarakat dunia
Di tengah kondisi masyarakat yang terbuka atas budaya global, terjadinya dialog peradaban yang terjadi antara peradaban di masyarakat dunia, memungkinkan terwujudnya kesepekatan bersama untuk menilai demokrasi sebagai nilai universal manusia yang harus dijaga bersama oleh setiap orang yang menghendaki kebebasan kolektif, setiap orang dalam masyarakt ini bisa menjadi pengawas pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya pro ke rakyat kah atau sebaliknya maka, yang sebaliknya akan ditinggalkan sendiri oleh pendukungnya karena tidak lagi realistis dengan perkembangan zaman yang terjadi.
Tragedi pembantaian umat manusia sudah mengajarkan kita betapa hinanya dan nistanya peristiwa pembantaian demi melahirkan sebuah negara, maka negara yang lahir dari pembantaian tersebut dan tak mau mengubah paradigma bernegaranya pada kekerasan sebagai alat melegitimasi pemerintahannya akan punah, otoritarian dari soviet akhirnya tumbang dan bertekuk lutut pada kedaulatan rakyat yang menginginkan kebebasan.
Segala bentuk kezaliman akan segera berakhir, masyarakat semakin cerdas menentukan sikapnya, hanya kebodohanlah yang akan mengakibatkan kita jatuh pada lubang yang sama, namun itu tidak akan terjadi jika para intelektual bersatu untuk memikirkan hal yang sama bahwa kebebasan itulah sebagai nilai universal yang kita perjuangkan bersama-sama, persatuan kaum intelektual untuk turun langsung ke masyarakat memberikan penyadaran tanpa unsur paksaan akan semakin mempercepat tujuan yang kita inginkan bersama.]
Tak ada selain lawan
Tindakan segelintir orang yang mengatasnamakan kelompok tertentu kemudian mengintimidasi suatu forum diskusi untuk pengungkapan kebenaran suatu tragedi kemanusiaan, bahkan sampai melakukan pembubaran bagi mereka yang mau berdiskusi, serta mengepung bagi mereka yang telah berada di dalam gedung, tak bisa diterima secara akal sehat di masa keterbukaan informasi saat ini, tindakan ini merupakan upaya untuk mematikan demokrasi yang telah kita rawat setelah jatuhnya rezim otoritarian orde baru, tidak ada toleransi terhadap mereka yang membubarkan forum intelektual demi kepentingan kelompoknya, maka salah satu upaya yang bisa kita lakukan saat ini adalah berada di depan menjaga demokrasi kita, melawan pemikiran keras mereka yang melakukan tindakan represif dengan pemikiran kebajikan yang bijaksana untuk menyadarkan masyarakat, biarkan masyarakat menentukan sikapnya sendiri, masyarakat yang cerdas akan menentukan sikap menjaga kebebasannya dengan menjaga demokrasi dengan mengecam segala bentuk upaya pemaksaan suatu kelompok terhadap kelompok lain.
Menyatukan persepsi terhadap apa yang dipahami sebagai lawan, adalah mereka yang berupaya melakukan tindakaan pemaksaan terhadap kelompok lain yang mencederai nilai-nilai kebebasan demokrasi yang harus kita jaga bersama sebagai tanggung jawab intelektual yang kita emban bersama sebagai mahasiswa, maka segala bentuk upaya pembungkaman pemikiran tersebut harus kita lawan, melawan juga dengan pemikiran mencerdaskan masyarakat, biarkan masyarakat menemukan sendiri karena kebenaran tidaklah membutuhkan pembuktian dari selainnya, karena ia akan membuktikan dirinya sendiri !!!
“Di hadapan Tuhan kita hanya bisa diam, namun di hadapan dunia kita tidak bisa diam.” (Muhammad Al-Fayyadl)
Bersatulah seluruh intelektual !!!