Oleh:
Dinul Akram
( Kord. Departemen Perguruan Tinggi Kepemudaan dan Kemahasiswaan HmI Kom. Hukum Unhas Cabang Maktim Periode 2018/2019 )
“Dengan lelucon, kita bisa sejenak melupakan kesulitan hidup.
Dengan humor, pikiran kita jadi sehat.” – Gus Dur
Filsafat merupakan metode bernalar yang hadir dalam manusia dengan bergulat terhadap masalah – masalah dasar manusia. Kemudian mempertanyakan sesuatu secara kritis, seperti ketika mempertanyakan identitas terhadap objeknya seperti kopi dan airnya. Sudah bisa terbayang bagaimana rumitnya hanya ingin meminum segelas kopi lalu di pertanyakan secara kritis memisahkan obyek air dan kopi dalam satu gelas.
Filsafat tidak mungkin tersampaikan begitu saja tanpa sebuah media yang menjadi jembatan untuk mengantarkan pengetahuan. Media adalah wadah penyebaran informasi biasanya berupa koran, majalah, iklan, berita – berita di internet serta gosip – gosip di blog pribadi maupun jaringan sosial. Melihat media bekerja sebagai wadah yang sangat sensitif dalam menyebarkan informasi ataupun berita, baik dalam bentuk digital, maupun non-digital. Ini sangat mempengaruhi pola komunikasi manusia sebagai subjek yang menerima sebuah informasi ataupun berita yang beredar dalam ranah sosial.
Humoris merupakan salah satu solusi pola komunikasi yang harus dibangun dalam era milenial. Humoris adalah orang yang mempunyai rasa humor atau jenaka, lucu dan menggelikan hati dalam berkomunikasi. Pola humor sangat ampuh dalam menghadapi segala sesuatu misalnya, seperti mahasiswa/i ngehek kampus yang memakai sunblock sebelum berparade keliling kampus dengan segala tuntutannya yang aneh dan cukup menghibur.
Diskursus wacana yang terlalu serius apalagi dibarengi dengan media penyampaian yang sangat tegang dapat berakhir dengan baku hantam antar sesama kader. Maka dari itu diperlukan media yang dapat menyampaikan diskursus wacana yang berat dengan mudah dan ringan. Salah satunya adalah dengan menggunakan humor.
Bayangkan kerennya berfilfasat dalam media komunikasi dengan gaya humoris. Perpaduan kritis dan humor melalui media komunikasi diikuti pola komunikasi yang penuh humor dan kadang satir. Tapi, bagaimana cara berfilsafat dalam gaya humoris itu ? Jadi langkah awal dalam berfilsafat dengan gaya humoris agar tidak terkesan serius dan kaku ini dengan cara membiasakan menyampaikan dengan kosakata sehari-hari, bukan dengan menggunakan kata sulit seperti rekonstruksi, stigma, alienasi, dsb demi terlihat intelek. Selain itu, berusaha memberikan analogi sesederhana mungkin yang dapat dimengerti oleh masyarakat awam.
Namun sebelum itu, kalian harus membiasakan diri kalian tidak minim kosa kata, perbanyak lah kosa kata kalian, sebab selemah – lemahnya iman dalam membaca adalah untuk menambah kosa kata. Sebelum saya mengkahiri tulisan ini kenapa penting menggunakan media komunikasi yang humor dalam berfilsafat ? sebab akhir ini maraknya orang berfilsafat bukan untuk memahamkan orang lain tapi hanya ingin terlihat keren dihadapan teman – temannya terlebih lagi di hadapan perempuan. Jadi berfilsafat secara humoris hanya ditekankan pada penyampaiannya terhadap lawan komunikasinya sebagai makhluk sosial agar dapat memahami sesuatu mencapai pemahaman yang utuh dengan menggunakan bahasa sehari – hari.
Akhir kata, marilah lebih humoris demi menyelamatkan organisasi dari kajian serta wacana yang dapat membuat kepala menjadi botak.