Oleh: Saldy
(Pengurus LPMH-UH Periode 2019-2020)
Kamis, 26 Maret 2020 jarum jam menunjukkan pukul 03:30 Wita.
“Bangun nak, bangun”
“Iya ma, kenapa?”
“Bangun cepat, ini makan telur dulu”
“Untuk apa makan telur subuh-subuh begini?”
“Makan saja, obat Corona”
“Ha? Siapa yang bilang?”
“Anak Bayi di kampung”
…
Semoga kalian bukan salah satu dari yang merasakan peristiwa serupa. Karena kemarin malam, Kamis (26/3) Saya dibangunkan Ibu untuk memakan sebutir telur yang baru saja direbus di pagi-pagi buta dengan alasan dapat menyembuhkan seseorang dari virus corona. Ibu menerima pesan yang diteruskan ke grup keluarga dan ditindaklanjuti dengan aksi memakan telur bersama-sama pada dini hari oleh semua orang yang ada di grup keluarga.
Wabah Coronavirus disease 19 (Covid-19) telah menyalakan alarm pandemi untuk seluruh negara terjangkit. Sampai terakhir tulisan ini ditulis, telah tercatat 416.686 kasus diseluruh dunia dan 893 kasus terkonfirmasi di indonesia. Sampai sekarang pemerintah Indonesia belum ada informasi lebih lanjut terkait lockdown, Presiden RI Joko Widodo menjelaskan bahwa setiap Negara memiliki karakter, budaya, kedisiplinan, dan keputusan berbeda. Indonesia masih berada pada tahapan physical distancing. Physical distancing kurang lebih memiliki maksud yang sama dengan social distancing, pada intinya kita dihimbau untuk menjaga jarak dengan orang lain. Meskipun demikian, ada beberapa daerah yang lebih kukuh untuk melakukan lockdown lebih cepat seperti Solo, Bali, Tegal, Papua, dan Maluku. Hal ini bisa terjadi selama sebelum menetapkan lockdown ada koordinasi lebih dulu bersama pusat. Terkhusus pada Sulawesi Selatan sendiri telah terkonfirmasi sebanyak 27 kasus dengan jumlah tertinggi yang terjadi berada di Makassar. Akibatnya, banyak desas-desus terkait Makassar yang sedang dalam pertimbangan untuk penetapan lockdown parsial atau bahkan secara penuh pada 31 Maret 2020. Melihat hal tersebut, langkah lebih lanjut diambil Pemerintah Kota untuk menstabilkan kembali kesimpangsiuran. Melalui Humas Pemerintah Kota Makassar, Pemerintah Kota menyampaikan pada awak media bahwa hal tersebut adalah tidak benar – ternyata hoax, jadi jangan disebar lagi bung.
Hoax vs Everybody
Seiring dengan mengganasnya covid-19 mengakibatkan hampir seluruh aktivitas dianjurkan untuk dilakukan dari rumah; bekerja, kuliah, sekolah, belanja, bahkan rapat pertemuan seluruhnya dilakukan via daring. Dengan akses sosial yang dibatasi, tentunya rasa haus akan informasi diluar sana semakin meningkat. Orang-orang berlomba mencari data terbaru dan terviral untuk segera disampaikan – via daring tentunya – lewat sosial media.
Informasi yang bertebaran di jagat dunia maya mengakibatkan begitu banyak perspektif terbangun secara berbeda-beda tergantung dari rujukannya. Beda pandangan yang merujuk pada Tirto, beda juga yang merujuk pada Detik. Beda pandangan yang merujuk pada Facebook, beda juga yang merujuk pada Whatsapp Group. Kemudian ditengah informasi yang bertebaran itu, yang menjadi masalah ialah terkait bagaimana memilah informasi yang akurat dan tidak akurat. Terkadang masyarakat secara khusus di Indonesia belum dapat melihat benang pembatas antara berita yang benar dan berita hoax. Sebenarnya pemerintah sudah mengambil langkah untuk mencegah beredarnya informasi-informasi hoax mulai penindakan dari instansi terkecil – polisi – sampai yang terbesar – BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara). Data sejak Agustus 2018 sampai April 2019 Kominfo menyentuh pada angka 1.731 untuk jumlah berita hoax yang teridentifikasi dan tervalidasi.
Seperti tak kenal zaman dan tak lekang oleh waktu, hoax terus bertebaran tumbuh subur dimana-mana bahkan saat dunia sedang berada dibawah pandemi covid-19. Tidak tanggung-tanggung update terakhir (12/3) dari Kominfo tercatat ada 196 hoax dan disinformasi terkait perkembangan virus corona di Indonesia. Salah satu yang paling dekat dan paling sering didengar mungkin seputar mengkonsumsi bawang putih yang mampu melindungi dari virus corona, Atau terkait bayi yang baru lahir dan menyarankan mengkonsumsi telur di pagi-pagi buta sebagai penawar dari virus corona. Data dan sumbernya bahkan tidak jelas, namun tetap saja berhasil dikirimkan berantai-rantai ke platform-platform media sosial. Bukan menyalahkan masyarakat, tapi memang kita perlu mengedukasi diri terkait penyebaran berita hoax, apalagi sedang masa genting seperti sekarang ini. Meskipun pada akhirnya oknum-oknum terkait berhasil diamankan, namun layaknya nasi yang telah menjadi bubur; keributan, kecemasan, dan kerugiannya pun sudah terlanjur terjadi – beruntung jika yang dirugikan masih sempat membaca berita klarifikasi yang valid dari pemerintah atau media-media terpercaya lainnya.
Persiapan #dirumahaja Melawan Hoax
Menangkal berita hoax bukan lagi tugas pemerintah semata-mata, mencegah beredarnya berita hoax sudah menjadi tugas bersama demi menghindari kekeliruan dalam bermasyarakat. Dengan hal tersebut maka sebelum terjun menjadi pembasmi hoax – asik – kita perlu mengerti bagaimana memeriksa informasi yang benar dan yang bukan. Langkah awal bisa kita mulai dengan memperhatikan judul berita, terkadang judul berita hoax memberikan kesan sangat harus dibaca. Selain itu untuk informasi yang beredar via sosmed terkadang tidak menyertakan judul, lalu bagaimana memastikan kebenarannya? Kita bisa membandingkannya dengan informasi di internet, memastikan informasi dengan mengecek media satu ke media lain menjadikan pandangan luas menyikapi suatu informasi, ditambah lagi kita bisa memiliki pertimbangan sebelum menelan mentah-mentah informasi yang beredar.
Selanjutnya yang perlu diperhatikan dalam memilah informasi ialah foto. Terkadang dalam beberapa berita hoax yang beredar dengan foto, ternyata menyertakan foto yang benar-benar ada, asli, dan sangat kondisional namun mengambil foto dari peristiwa yang berbeda. Selama covid-19 melanda Cina, pernah sekali, hoax sensasional berbau agama membesarkan kepala sobat gurun di seluruh dunia. Pasalnya foto dan isi berita tersebut sangat kondisional, dan ketika ditelusuri di internet memang benar-benar ada, fotonya menggambarkan warga Cina yang berebut Al-Qur’an sedangkan isi beritanya menjelaskan bahwa warga Cina melakukannya karena sadar masyarakat Uighur yang mayoritas Islam tidak tertular virus mematikan tersebut. Namun setelah diperiksa dan diklarifikasi oleh berbagai media, ternyata video tersebut merupakan video siswa sekolahan yang menerima Alkitab sebagai bentuk hadiah natal mereka – sangat menyentuh bukan.
Setelah memeriksa judul dan foto, lalu membandingkannya dengan berita yang lain, seharusnya kita telah memiliki pandangan terkait mana yang benar dan yang tidak. Kemudian selanjutnya adalah… Membagikannya. Membagikan informasi yang valid tentunya akan sangat membantu bagi yang membutuhkan, siapapun itu – selama melalui internet siapa saja bisa mengaksesnya dan siapa saja bisa terbantu. “tapi di grup keluarga Saya masih banyak yang sebar hoax” – tenang bung, i know what you feel, dan kalian tidak sendirian. Menjadi orang yang mengerti bagaimana memastikan kebenaran informasi dan melek dengan berita hoax bukan perkara mudah, apalagi kalau yang menyebar informasi hoax adalah keluarga dan orang terdekat, memerlukan pendekatan lebih untuk memberi teguran atau meyakinkan mereka. Bisa dimulai dengan memberikan penjelasan terkait kirimannya, lalu mengirimkan informasi yang lebih terpercaya, kemudian membagikan berita validasi dan klarifikasi dari informasi terkait yang menyatakan itu adalah hoax dan tidak benar. Dengan begitu kita telah membantu mengedukasi orang-orang sekitar kita untuk menyikapi suatu informasi dengan bijak. Selain itu, pemerintah juga telah mewadahi nitizen-nitizen budiman yang ingin mengajukan aduan-aduan terkait informasi palsu dan tidak benar melalui surel aduankonten@mail.kominfo.go.id atau melalui laman internet turnbackhoax.id yang disediakan Masyarakat Indonesia Anti Hoax. Terkhusus lagi pada kasus ini, pada kasus covid-19, untuk memantau informasi dan perkembangan covid-19 di Tanah Air pemerintah telah meluncurkan situs resmi yang bisa diakses melalui internet di covid19.go.id
Menyebarkan hoax terkait virus corona dapat menimbulkan kecemasan dan kerugian bagi masyarakat. Saatnya stop sebarkan hoax dan mulai bijak dalam bermedsos. Selagi orang-orang berjuang melawan wabah, jangan kita ganggu dengan menyebar informasi palsu. Untuk sekarang musuh kita adalah corona, kita berikan doa yang terbaik untuk saudara-saudara kita di luar sana yang sedang berjuang melawan virus di tubuhnya, kita doakan bersama kesehatan dan keselamatan pekerja medis yang berjuang di garis depan, kita doakan juga teman-teman wartawan yang berusaha memperoleh informasi seakurat mungkin ditengah wabah covid-19, kita doakan dan dukung dengan tetap sehat dan menjalankan aktivitas #dirumahaja.