Oleh : Sefanya Maikhel Perdana Tosingke
Peserta Magang LPMH–UH 2022
Penerbangan luar angkasa selalu menjadi menarik untuk diperbincangkan. Dengan seluruh misteri yang tersembunyi di luar angkasa sana, manusia tidak pernah bosan untuk mencari tahu dan menyelidiki semua hal itu. Tidak terbatas untuk manusia siapa saja melakukan penyelidikan atau bahkan misi-misi penerbangan ke luar angkasa. Hal itu sudah menjadi lumrah untuk semua manusia, tergantung dari keahlian, kemampuan, kesempatan, tekad dan kerja keras. Terlepas dari keberhasilan Neil Amsrtrong dan timnya menjejaki diri di bulan, masih banyak pencapaian lain yang sebenarnya lebih berharga dari itu.
Sementara saat berbicara mengenai feminisme, kata ini muncul sbg pergerakan karena adanya ketimpangan hak antara perempuan dan laki-laki yang sangat terasa di abad 18 ke belang. Marry Woollstonecraft menulis sebuah buku berjudul “A Vindication of The Rights of Woman” yang menganggap bahwa permasalahan perempuan karena tirani dalam rumah tangga yang membuat perempuan bergantung pada laki-laki. Pemikiran dalam buku itulah yang menjadi landasan feminisme modern dalam mewujudkan kesetaraan hak dan emansipasi kaum perempuan.
Berkaitan dengan konsep feminisme yang memperjuangkan persamaan hak antara perempuan dan laki-laki, dalam penerbangan luar angkasa, hal itu telah cukup nyata. Bahkan ini telah lama dimulai dengan terbangnya Valentina Tereshkova, wanita asal Rusia pada 16 Juni 1963 dalam suatu misi penerbangan luar angkasa ganda menggunakan Vostok 6. Ini adalah suatu pencapaian yang luar biasa, mengingat pada saat itu di Rusia memang sedang gencar-gencarnya memperjuangkan hak-hak perempuan sebagai manusia yang sederajat dengan laki-laki. Perjuangan itu telah dimulai sejak tahun 1850 dengan terbentuknya “tiga serangkai” yaitu Maria Trubnikova, Nadezhda Stasova, dan Anna Filosofova yang secara giat memperjuangkan hak-hak pendidikan untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan dan terbebas dari stigma buruk.
Perlawanan itu menentang paham-paham kuno dan tidak adil yang membatasi peran perempuan hanyalah untuk tunduk kepada suaminya. Penulis Rusia ternama, Leo Tolstoy, yang juga seorang humanis bahkan meyakini bahwa tujuan hidup seorang perempuan adalah mengabdikan diri pada suami dan anak-anaknya. Akibat paham-paham tidak adil inilah, sejak dimulai pada tahun 1850 mereka terus memperjuangkan pendidikan, pembukaan lapangan kerja dan pelatihan untuk perempuan demi terciptanya keadilan antara perempuan dan laki-laki.
Gerakan feminisme ini tentunya tidak semulus yang dibayangkan. Gerakan feminisme di Inggris bahkan baru mendapat jawaban dengan memberikan hak pilih pada perempuan di tahun 1918 setelah Inggris terkuras dalam Perang Dunia I. Gerakan feminisme di tempat lain juga mendapat hambatan karena stigma dan paham yang ditanamkan tentang perempuan selalu menjadi manusia kedua setelah laki-laki. Namun, seiring perkembangan zaman dan komitmen gerakan tersebut, perjuangan feminisme kian mendapat titik terangnya.
Valentine Tereshkova adalah salah satu tokoh yang ikut andil dalam perjuangan tersebut. Dari karier yang ia telah lalui, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara kemampuan perempuan dan laki-laki. Ini seharusnya dapat memotivasi perempuan-perempuan di luar sana yang selalu merasa overthingking dan tidak percaya diri dalam memulai sesuatu. Juga sudah harus dibiasakan untuk semua kalangan, bahwa derajat, kemampuan, potensi antara perempuan dan laki-laki tidaklah saling menggungguli, tetapi saling melengkapi. Bahkan setelah keberhasilan Valentina menjadi astronot perempuan pertama yang terbang ke luar angkasa, dia dianggap sebagai pahlawan. Valentina melanjutkan kariernya dalam politik dan pernah memimpin Kongres Perempuan di Rusia.
Kecintaan Valentina terhadap dunia astronot dapat dilihat saat ulang tahunnya yang ke-70 tahun. Valentina bergurau, jika dia punya cukup uang, dia ingin menikmati untuk terbang ke Mars. Panjang umur untuk hal-hal baik bagi kesetaraan di semua tempat, termasuk dalam hati kita, teruslah mengudara Valentina berikut-berikutnya dan jelajahi semeseta.