web analytics
header

Interaksi

Sumber: Pinterest
Sumber: Pinterest
Sumber: Pinterest

Oleh: Nadila Putri M. Yakub

Pengurus LPMH-UH Periode 2022-2023

“Eh, kak Wisnu suka apa lagi ya selain suka kucing?” tanya Nasya seraya memperhatikan Wisnu yang sedang memberi makan kucing liar di taman dekat air mancur.

“Gak tau, tanya sendiri ke orangnya.” jawab Delia.

“Gak ah, malu.” 

“Gitu aja terus!”

Nasya Meira. Seorang mahasiswi hukum semester 3 di salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta. Semenjak hari pertama kuliah dia telah  jatuh hati kepada kakak tingkat di fakultasnya. Namanya Wisnu Julian. Sepengetahuan Nasya, Wisnu suka kucing dan suka bermain game. Wisnu juga salah satu mahasiswa yang berprestasi dan banyak digemari oleh mahasiswi lainnya. Tidak jarang pula, Nasya mendapati Wisnu membaca buku di perpustakaan seorang diri. Sosok Wisnu yang pendiam dan sulit untuk didekati membuat Nasya tidak berani berinteraksi langsung. Menurutnya, memperhatikan Wisnu dari jauh sudah cukup.

“Seenggaknya kenalan sama dia.” saran Delia 

“Gak mau, Del. Gue udah cukup kalau kayak gini.” Nasya melirik sekilas, sebelum kembali memperhatikan Wisnu yang saat ini mencuci tangannya setelah memberi makan kucing liar tadi.

“Terserah lo!” Delia mengangkat bahunya kemudian meninggalkan Nasya menuju lantai tiga di mana kelas mereka berada.

Nasya menyusul Delia seraya berkata, “Del kok ditinggal sih!”

——

Saat ini pukul empat sore, Nasya berada di perpustakaan seorang diri untuk mencari buku yang ingin ia pinjam. Setelah berkeliling mencari letak buku tersebut, Nasya menemukannya. Di rak paling atas buku itu berada. Dengan susah payah berjinjit, Nasya tidak berhasil juga. Sampai  tiba-tiba ada tangan lain yang mengambilkan buku tersebut. Kemudian menyodorkannya di depan muka Nasya. 

“Nih bukunya.” Suara itu. Suara yang jarang sekali Nasya dengar tapi sangat mudah ia ingat. Suara itu milik Wisnu!

Nasya membalikkan tubuhnya. Ia mematung. Hingga detik  keempat ia tersadar. Tanpa menunggu lama ia mengambil buku tersebut kemudian meninggalkan Wisnu dan menuju meja penjaga perpustakaan. Setelah menyelesaikan prosedur peminjaman, Nasya bergegas meninggalkan perpustakaan.

Sesampainya di parkiran Nasya menenangkan dirinya. Ingin rasanya ia teriak karena untuk pertama kalinya ia bisa berinteraksi dengan Wisnu. Ia tidak akan melupakan kejadian di hari ini. Nasya amat senang, ia tidak dapat menahan kegembiraannya terlihat dari garis bibirnya yang melengkung ke atas tanpa henti. Sampai ia lupa bahwa belum mengucapkan terima kasih kepada Wisnu.

——

Beberapa hari kemudian setelah kejadian tersebut Nasya   tidak ingin memperhatikan Wisnu lagi. Bukan karena ia  sudah tidak menyukai Wisnu, akan tetapi demi kewarasan dirinya. Menurutnya, semenjak kejadian di perpustakaan, rasa kagumnya terhadap Wisnu berkali lipat! Wisnu telah mengambil seluruh hati Nasya tanpa sisa. 

“Sya, tumben beberapa hari ini gue liat lo ngehindar kalau ada kak Wisnu lewat?” tanya Delia keheranan.

“Gak kok, perasaan lo aja kali,” Nasya mengelak. “Eh gue mau ke perpus ngembaliin buku sekalian mau ngerjain tugas yang tadi dikasih, mau bareng gak?” lanjut Nasya mengalihkan pembicaraan.

Delia menolak ajakan Nasya, “Gak bisa Sya, gue ada janji sama Fathir hehe.” 

“Yaudah kalau gitu gue duluan ya. Inget kerja tugas, jangan ngebucin mulu!” ucap Nasya kemudian menuju perpustakan seorang diri.

Nasya yang telah sampai di perpustakaan, melihat situasi dan mencari tempat yang masih kosong. Hari ini perpustakaan penuh tidak seperti biasanya. Di sudut ruangan, ia melihat hanya tersisa dua kursi yang kosong. Setelah duduk, ia mengeluarkan laptopdan mengerjakan tugasnya. Fokus dalam mengerjakan tugas, ia tidak menyadari ada yang  baru saja duduk di sampingnya. Tanpa menghiraukan orang tersebut, ia tetap melanjutkan kegiatannya. Terlihat dari ekor matanya orang tersebut membaca buku dengan tenang.

“Permisi, kamu punya charger handphone? Boleh saya pinjam?” tanya tiba-tiba seseorang di sebelah Nasya. 

“Eh…” Dalam sepersekian detik lagi dan lagi Nasya mematung sejenak, ia masih mencerna apa yang terjadi. Ternyata yang di samping dirinya adalah Wisnu! Setelah memahami situasi yang terjadi, Nasya pun menjawab dengan suara yang amat pelan dan bergetar, “I-iya kak ada, silakan.” ucapnya seraya menyodorkan charger-nya.

Wisnu kemudian mengambil charger tersebut di tangan Nasya dan mengucapkan terima kasih sedangkan Nasya gugup setengah mati di tempatnya, ia tidak menyangka bahwa bisa berdekatan lagi dengan Wisnu. 

“Tunggu… kamu yang waktu itu saya bantu ambilkan buku kan?” ucap Wisnu secara tak terduga.

Ternyata Wisnu mengingat kejadian beberapa hari yang lalu tersebut dan bisa jadi mengenali wajah Nasya! Dengan menundukkan kepalanya Nasya menjawab, “Iya kak itu saya, makasih kak atas bantuannya dan maaf waktu itu saya langsung pergi.”

Wisnu tersenyum kecil dan berkata, “Gak papa.” 

Terjadi keheningan setelah itu. Nasya tidak tahu lagi ingin berkata apa, apalagi melihat senyum Wisnu dalam jarak dekat walaupun senyuman kecil tapi mampu membuat hatinya tidak karuan. Ia mengamati diam-diam apa yang Wisnu kerjakan. 

Wisnu menyodorkan charger Nasya yang tadi ia pinjam kemudian berkata, “Terima kasih…” ucapnya menggantung. “Nama kamu siapa?” lanjutnya.

“Nasya kak! Nasya Meira.” ucap Nasya secepat kilat dan sedikit berteriak sehingga mengundang tatapan orang-orang yang berada di sana. “Eh maaf kak.” ujarnya seraya menutup mulutnya. 

Wisnu lagi dan lagi tersenyum kecil dan berkata, “Okey… terima kasih Meira.”

Mendengar nama belakangnya disebut Meira berkata, “Eh…?” ujarnya dengar raut wajah kebingungan.

“Kalau saya panggil kamu Meira, boleh kan?” tanya Wisnu dengan masih tersenyum kecil.

“Iya boleh kak.” jawab Nasya dengan tersenyum lebar. 

Akhirnya waktu di mana Wisnu mengenali Nasya tiba juga. Ia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Ia tidak menyangka bisa berinteraksi dengan Wisnu yang selama ini ia kagumi dengan cara yang tidak ia duga. 

 

Related posts:

Dialog Temaram dalam Jemala

Oleh: Naufal Fakhirsha Aksah (Mahasiswa Fakultas Hukum Unhas) Bagaimana kabarmu? Kabar saya baik, Tuan.  Bagaimana sejak hari itu? Sungguh, saya

Bukan Cerita Kami

Oleh: Akhyar Hamdi & Nur Aflihyana Bugi Bagaimana kau di kota itu, Puan? Kudengar sedang masuk musim basahTidak kah ingin

Dansa di Laut Makassar

Oleh: Elmayanti (Anggota LPMH-UH) .. [Prolog] Aku senang di laut. Aku senang sebab suara-suara di kepala ku tak sendiri, ada