web analytics
header

Kompetisi Menangis

Sumber: Dokumentasi Pribadi

oleh: Elma

(Pengurus LPMH Periode 2022-2023)

Aku terluka, tanganku tergores

tapi karena orang di sebelahku lebih parah, lebih terluka, lebih segala-galanya

maka aku dilarang merasa sakit.

Aku kalah, namaku di urutan keempat

sedang mereka hanya memanggil hingga tiga,

aku berakhir tanpa podium dan medali

Tapi karena orang di sebelahku di urutan terakhir, tak punya kesempatan menang, lebih kalah sekalah-kalahnya

maka aku dilarang menunjukkan kecewa di depannya

Selalu saja, orang-orang seperti kita dilarang menangis.

Tapi Rabu malam itu 

aku ingin menangis sejadi-jadinya

untuk semua luka, untuk semua kalah

Aku izin jadi yang paling terluka

Aku izin jadi pengais perhatian dan pujian

Aku izin jadi yang paling haus kemenangan

Diizinkan atau tidak,

persetan dengan larangan.

Aku ingin egois

Akhirnya rabu malam itu 

sebagaimana bulan kembali menjamah langitmu, air mata kembali pula menjenguk pipiku

Tubuhku kembali merah merona, bukan karena tersipu malu.

Bahkan mereka bilang aku suka tak tahu malu.

Ini karena kaluh, sampai si merah kembali mewarnai tubuh.

Untuk pertama kalinya,

pada rabu malam itu

aku merasa luka ku sembuh

Kali ini aku tidak kalah

aku menang..

aku menang..

aku menang..

menang menangis

Related posts:

Suara Hati Pusara

Oleh: Fadlin Yunus Halimah dengan muka menunduk, duduk di hamparan tanah seluas 800 meter persegi. Dengan mata sembab ia memegang

DESEMBER KESEKIAN

Oleh: Nur Fadliansyah Abubakar & A. Wafia Azzahra Makin perih namun teriris Semakin diam semakin sakit Lelah batin Ingin mati

Pemangsa Peradaban

Penulis: Verlyn Thesman (Pengurus LPMH-UH Periode 2023/2024) Mau seperti apakah kaumku? Nyaman sudah tak pernah kami alami Tertutup tak tertutup