web analytics
header

Aku dan Sayapku

Sumber: Pinterest

Oleh: Anggya Nurayuni

(Peserta Ko-Kurikuler Jurnalistik 2023)

Di suatu pagi yang cerah, di atas rindangnya pepohonan hutan, seekor Merpati cantik dengan bulu putih bersih, bak sutra yang dirangkai dengan indahnya. Sang Merpati dengan anggun, tengah mengibas-ngibaskan sayapnya. “Wah, pagi ini sangat cerah, aku tak boleh melewatkan pagi yang indah ini.” Sang Merpati kemudian terbang mengelilingi hutan, ribuan pohon tinggi membuat suasana hutan menjadi sangat asri. Sang Merpati menyapa setiap hewan yang ia temui, dengan girang.

Merpati menyapa “Hai Bangau, hai Katak, oh hai Angsa!”

“Hai Merpati ku yang cantik, senangnya pagi ku disapa oleh mu,” senyum ramah menghiasi wajah sang Angsa.

Sang Angsa dengan girang menyambut lambaian sang Merpati, sang Angsa juga dengan lihai mengibaskan sayapnya yang indah.

Semua hewan tampak girang, hewan unggas dengan ramah ikut mengibaskan sayap mereka, sehingga hutan nampak seperti diselimuti selimut berbulu. Merpati dan Angsa berbincang dengan sangat asik. Saat suasana semakin seru bahkan hewan lain pun ikut mendengar perbincangan mereka, tanpa disadari sang Ikan ikut berbincang dengan mereka.

“Bukankah begitu menyenangkan bisa terbang bebas, Merpati?” tanya ikan sombong.

Merpati terkejut dan menoleh kearah suara tersebut. “Oh hai Ikan, kau membuatku terkejut. Tentu saja, menjadi seekor Merpati adalah hal yang paling menyenangkan.”

Merpati menjawab dengan penuh kegirangan dan keyakinan. “Oh ya? Tapi, apa gunanya sayap seindah itu, jika tak bisa berenang sepertiku,” ucap Ikan congkak. Dengan angkuhnya, sang Ikan berlalu pergi meninggalkan sang Merpati.

“Hei, siapa bilang aku tak bisa berenang, lihat ini,” ucap Merpati bergebu-gebu. Tanpa ragu, sang Merpati melompat ke sungai.

Byurrr… Sang Merpati tak tahu jika sungai tersebut sangat dalam, akhirnya sang Merpati hanya bisa mengibas-ngibaskan sayapnya untuk meminta tolong.

“Tolong aku, aku tenggelam,” ucap Merpati kewalahan.

Sang Ikan lalu dengan gesit menarik ekor sang Merpati ke daratan.

“Kau mungkin bisa berenang, tapi tak bisa bernafas di dalam air sepertiku, hahaha,” ucap Ikan cekikikan.

Setelah mengeringkan diri, sang Merpati lanjut terbang mengelilingi hutan. Setelah hampir 30 menit terbang, kini sang Merpati berhenti di depan goa besar yang gelap. Ternyata di gerbang goa, sang Merpati bertemu dengan Ular.

Merpati dengan ramah menyapa. “Hai Ular, sedang apa kau di sini?” ucap Merpati seringai.

“Justru aku yang harusnya bertanya, sedang apa seekor Merpati berada di dalam goa, bukankah tempatmu hanya di dahan saja?” ucap ular congkak.

Sang Merpati kembali tersinggung, mendengar perkataan sang Ular. “Siapa bilang tempatku hanya di dahan saja, lihatlah, aku akan masuk dan terbang di sana!” balas Merpati dengan kemarahan dan keangkuhannya.

Tanpa ragu dan berfikir panjang, sang Merpati masuk ke dalam goa yang sangat gelap tersebut, dan tanpa sang Merpati ketahui, ia ternyata tak bisa melihat dalam keadaan gelap. Merpati terbang kalang kabut, dan menabrak dinding-dinding goa. Karena terbentur ribuan kali, sang Merpati lalu terjatuh dan pingsan di sana.

Dengan tertawa, sang Ular lalu membawa Merpati keluar dari goa. “Sudah kukatakan, tempatmu hanya di dahan saja, pulanglah, hahaha,” ucap Ular cekikikan.

Merpati lalu kembali terbang dengan perasaan yang sangat sedih, dengan terpatah-patah. Sang Merpati mencoba untuk berdiri dan terbang kembali, namun kini dengan kondisi sayapnya yang cacat sebelah akibat terjatuh dan terbentur di goa.

“Ah sakit sekali, huft, tak apa, setidaknya aku masih bisa terbang.” ucap Merpati menyemangati diri. Merpati tidak tau diri dia hanya bisa sombong dengan kelebihannya.

Merpati lalu terbang kembali ke rumahnya. Sesampainya di sana, Merpati bertemu dengan seekor Elang dengan sayap lebar dan wajah yang gagah tegap.

“Oh hai Elang! Sedang apa kau di sini?” sapa Merpati kegirangan.

Sang Elang hanya menoleh dan tak menjawab pertanyaan sang Merpati. Tapi dengan ramah, Merpati tetap menyapa sang Elang.

“Elang, maukah kau mengajakku untuk terbang bersamamu? Kita sama-sama seekor burung, bukan begitu?” sapa Merpati ulang.

Sang Elang lalu tertawa dan berkata “Iya, kita memang seekor burung, tapi habitat kita berbeda. Kau yakin ingin ikut terbang bersamaku?” ucap Elang tak yakin.

Dengan kegirangan dan penuh ambisi, sang Merpati lalu menjawab “Tentu! Bawa aku terbang bersamamu!” jawab Merpati berbinar-binar dan penuh semangat.

Karena mendengar sang Merpati begitu girang, sang Elang hanya bisa pasrah dan menuruti kemauan sang Merpati. Tanpa ragu, Merpati mulai mengikut kemanapun sang Elang akan pergi, mereka terbang dengan sangat bebas. Awalnya mereka hanya mengitari sekitar hutan saja, lalu sang Elang perlahan terbang lebih tinggi, mereka terbang melampaui hutan. Sang Merpati mulai kewalahan mengejar Elang. Hingga akhirnya, angin kencang menabrak sang Merpati hingga membuatnya tersungkur ke tanah. Merpati terluka, kedua sayapnya patah. Bahkan berjalan pun sudah tak bisa.

“Sayap dan kakiku!”

“Kau tak apa? sudah kukatakan, ini bukan habitatmu, mari sini ku antar kau pulang,” tawar Elang ramah.

Sang Elang lalu membawa Merpati terbang ke rumahnya.

“Aduh, maaf jika aku merepotkanmu, mungkin aku terlalu congkak dalam hal ini. Semoga aku tidak lagi melakukan hal yang sama-sama seperti kalian semua, sungguh aku hanya ingin bisa segalanya, aku ingin bisa berenang seperti Ikan, aku ingin bisa melihat dalam keadaan gelap layaknya sang Ular, dan aku juga ingin bisa terbang tinggi sepertimu,” jawab Merpati sedih.

Elang menatap sang Merpati lalu berkata “Kau memiliki bulu yang indah, bisa hidup di darat dan terbang kemana-mana, kau tidak di takuti oleh kawanan hewan lainnya, bukankah kau telah memiliki segalanya? Mengapa masih menginginkan punya orang lain?” jawab Elang bijak.

Merpati nampak tertunduk menyesal.

“Hewan lain juga ingin sepertimu, tapi kau tak tahu kan? Lihatlah kondisimu, kamu harus lebih memperhatikan dirimu sendiri dan harus tetap bersyukur karena sesungguhnya kamulah yang memiliki segalanya dan jangan lah kamu selalu menginginkan untuk menjadi orang lain. Beginilah akibatnya jika kau mengejar sesuatu yang bukan porsimu, kau akan kewalahan dan hampir mati. Rawat saja apa yang telah ada pada dirimu, syukuri dan hargai, karena sesungguhnya, pencipta lebih tau kemampuan dan kekuatan hambanya, jadi berterima kasih lah Merpati.” Ucap Elang bijak.

Merpati menatap Elang dengan penuh rasa malu, dan mulai menyadari dirinya bahwa dengan perlakuan dia, Merpati sangat amat merasa keterpurukan.

“Betul apa yang kau katakan, tak seharusnya aku mengikuti diri orang lain, padahal apa yang ada pada diriku adalah hal yang disemogakan orang lain. Kuharap aku bisa lebih mensyukuri atas apa yang telah dititipkan padaku. Terima kasih banyak Elang, berkatmu aku jadi lebih bisa menyayangi diriku sendiri. Sekarang terbanglah kau dengan bebas, dan jangan sampai terluka sepertiku, sahabatku.”

“Tentu, kau juga yah, jika suatu saat kau ingin ku bawa terbang, panggil saja lah aku. Aku siap meluncur ke tempatmu,” jawab Elang berbinar-binar.

Related posts:

DESEMBER KESEKIAN

Oleh: Nur Fadliansyah Abubakar & A. Wafia Azzahra Makin perih namun teriris Semakin diam semakin sakit Lelah batin Ingin mati

Pemangsa Peradaban

Penulis: Verlyn Thesman (Pengurus LPMH-UH Periode 2023/2024) Mau seperti apakah kaumku? Nyaman sudah tak pernah kami alami Tertutup tak tertutup

Temu

Penulis: Wriftsah Qalbiah (Pengurus LPMH-UH Periode 2023/2024) Semilir rindu menaungi langkahku, Membawaku pada ruang sepi yang menanti sebuah temu. Bayangmu