web analytics
header

Mahasiswa, Antara Dilema Iron Stock atau Laughing Stock

Sumber: Pinterest

Penulis: Muhammad Abi Dzaar Al Ghiffary
(Pengurus LPMH-UH Periode 2023-2024)

Preambul

Mahasiswa, sebagai kumpulan individu yang kemudian diromantisasi sebagai agen perubahan sosial dan intelektual, sering kali menjadi pusat perhatian dalam dinamika sosial-politik sebuah negara. Entah itu sebagai anak muda marah marah di tv atau kumpulan pemuda di jalanan memakai jas warna warni yang mereka sebut sebagai almamater. Entah pengaruh apa yang kemudian menjadikan pengkultusan terhadap mahasiswa dan gerakannya ini? Sedangkan nenek nenek mereka yang menjadi “pelopor” gerakan ini justru berada di dalam tirai kekuasaan.

Teringat cerita bapak yang meromantisasi masa kuliah mereka yang kebetulan bertepatan dengan political power suharto yang sudah rungkad. Beliau mengheroikkan pergerakan tersebut seakan-akan beliau dan teman-temannya lah yang kemudian menumbangkan kepemimpinan quasi-fasistik ini. Satu kata yang muncul di bait akhir dari dongeng tersebut, yakni “Iron Stock”. Istilah yang hampir tidak pernah absen di kebanyakan latihan kepemimpinan ormawa kontemporer.

Kemudian penulis bertanya-tanya, apa memang ini? Karena kalau bicara Iron Stock, di Madura dan di Minecraft sangat melimpah ruahnya (stok besi). Kemudian penulis coba buka google dan chatgpt, oh ternyata kurang lebih seperti ini :

“Iron stock” adalah istilah yang mungkin merujuk kepada saham atau stok yang terkait dengan industri besi atau baja. Ini bisa merujuk kepada saham dari perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam produksi, distribusi, atau pemanfaatan produk-produk besi atau baja. Sebagai contoh, perusahaan-perusahaan seperti produsen baja, produsen alat berat, atau perusahaan konstruksi besar dapat termasuk dalam kategori ini.

“Iron stock” juga bisa merujuk kepada stok atau inventaris besi yang dimiliki oleh suatu perusahaan, misalnya, dalam industri manufaktur atau konstruksi. Stok besi ini bisa mencakup berbagai jenis bahan besi, mulai dari balok, batangan, hingga plat besi yang digunakan untuk berbagai keperluan konstruksi atau manufaktur.

Namun, penting untuk diingat bahwa interpretasi tepat dari “iron stock” akan tergantung pada konteksnya, apakah dalam konteks pasar keuangan atau dalam konteks penggunaan material dalam industri.

Di mana nyambungnya anjir? ChatGPT sotta.

oh kemudian penulis coba koreksi dan cari kembali :

Iron stock ialah mahasiswa diharapkan mampu menjadi manusia-manusia tangguh, cakap, inovatif, serta memiliki akhlak mulia. Mahasiswa sebagai iron stock artinya mahasiswa calon pemimpin bangsa di masa depan dapat menggantikan gen- erasi sebelumnya dan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan (Najirah, 2021)

mungkin kurang lebih begitu, dari definisi tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa iron stock ini tidak lepas dari menciptakan calon-calon tangan bes- eh maksud penulis menciptakan calon pemimpin bangsa nantinya (boomer sama millenial hati-hati bosku otw diganti kalian ini). Okelah secara konsep, doktrin stok besi yang coba ditanamkan kedalam kita semenjak kepala botak dan diteriaki kanda kating hingga 2-3 tahun kemudian kita menjadi penindas baru itu sendiri pun secara ideal merupakan hal yang sangat indah untuk berdiri sebagai konsep.

Namun nyatanya bagaimana?

Dari pengamatan penulis, calon-calon stok besi ini dari zaman reformasi hingga zaman reformasi dikorupsi kebanyakan justru menjadi tangan besi, tidak lagi peduli dan juga gengsi, mereka justru menjadi produk daur ulang dari sampah-sampah generasi. Buktinya bisa dilihat, aktivis-aktivis 98 itu semua kemana? Coba cek timses perubahan, gemoy dan uban. Mereka semua ada di sana. Memenangkan kontestasi merebut kursi demi bisa beli mercy. Apa juga yang mau diharapkan sekarang? Pola kaderisasi yang selalu mengglorifikasi nyatanya tidak lagi memiliki relevansi. Program Kementerian yang memproduksi mahasiswa ilmu hukum untuk menjadi pandai besi. Pihak kampus yang mengintimidasi dan mengeliminasi organisasi mahasiswa yang dianggap subversi. Mahasiswa yang tersisa tidak terorganisir dan jalan sendiri-sendiri, mereka yang terorganisir justru berada dalam jurang demoralisasi. Pergi aksi, ditertawai. O kasi…

Penulis dapat menyimpulkan bahwa Mahasiswa masa kini dilema, ingin menjadi Iron Stock tapi keadaan memaksa mereka untuk menjadi Laughing Stock. Yang jadi Iron Stock justru otw menjadi Iron Fist. Sessajki bos.

Tidak perlu Plato, Rosseau maupun Socrates untuk menjadi manusia yang sadar akan penindasan. Hidup Rakyat!

*Opini ini tidak mewakili pandangan redaksi Eksepsi

Related posts:

Manis Gula Tebu yang Tidak Menyejahterakan

Oleh: Aunistri Rahima MR (Pengurus LPMH Periode 2022-2023) Lagi-lagi perampasan lahan milik warga kembalidirasakan warga polongbangkeng. Lahan yang seharusnyabisa menghidupi mereka kini harus dipindahtangankan denganpaksa dari genggaman. Tak ada iming-iming yang sepadan, sekali pun itu kesejahteraan, selain dikembalikannya lahanyang direbut. Mewujudkan kesejahteraan dengan merenggutsumber kehidupan, mendirikan pabrik-pabrik gula yang hasilmanisnya sama sekali tidak dirasakan warga polongbangkeng, itu kah yang disebut kesejahteraan? ​Menjadi mimpi buruk bagi para petani penggarap polongbangkeng saat sawah yang telah dikelola dan dirawatdengan susah payah hingga mendekati masa panen, dirusaktanpa belas kasih dan tanpa memikirkan dengan cara apa lagipara petani memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kesejahteraanyang diharapkan hanya berwujud kesulitan dan penderitaan. ​Skema kerjasama yang sempat dijalin pun sama sekalitidak menghasilkan buah manis, petani yang dipekerjakanhanya menerima serangkaian intimidasi dan kekerasan hinggapengrusakan kebun dan lahan sawah siap panen, itu kahbentuk sejahtera yang dijanjikan? ​Kini setelah bertahun-tahun merasakan dampak pahitpabrik gula PT. PN XIV Takalar, tentu saja, dan memangsudah seharusnya mereka menolak, jika lagi-lagi lahan yang tinggal sepijak untuk hidup itu, dirusak secara sewenang-wenang sebagai tanda bahwa mereka sekali lagi inginmerampas dan menjadikannya lahan tambahan untukmendirikan pabrik gula. ​Sudah sewajarnya warga polongbangkeng tidak lagihanya tinggal diam melihat lahan mereka diporak-porandakan. Sudah sewajarnya meraka meminta ganti rugiatas tanaman yang dirusak, serta meminta pengembalian lahanyang telah dirampas sejak lama. Dan dalam hal ini, Kementerian BUMN, Gubernur Sulawesi Selatan, maupunBupati Takalar harus ikut turun tangan mengambil tindakansebagai bentuk dorongan penyelesaian konflik antara wargapolongbangkeng dan