Penulis: Jellian (Pengurus LPMH-UH Periode 2023-2024)
Kopi yang baru kau seduh tadi melukis matanya,
Begitu legam dan tajam
Binar miliknya serasi dengan kilau lampu yang memantul di permukaan minuman itu, menggelitik perasaanmu dengan cara aneh
Semerbaknya menguar,
Menahanmu untuk duduk berlama-lama disana,
Mendengar celotehnya yang siap memenuhi kepalamu di kemudian hari; di pagi-pagi buta dan malam-malam bisu
Dia selaras dengan minuman pekat itu
Jarang kau jumpai dia bertegur sapa dengan terang matahari, barangkali gelap sudah menjadi teman dekatnya,
Atau bahkan kekasih yang setia menjemputnya tiap hitam mulai bergantung di bawah kaki langit
Namun kopi seduhanmu terlalu pahit untuk menjelma dirinya,
Terlalu sendu untuk senyum yang kerap terpahat di wajah itu
Pun begitu kontras dengan setiap lelucon yang dilontarkan
Kopi yang mulai dingin di hadapan membuatmu bertanya-tanya,
“Apa mungkin dua sendok gula, akan cukup?”