Oleh: Athifah Putri Fidar
Di atas bus yang berguncang lembut,
kita berdiri bersebelahan,
namun dengan debaran jantung yang tak seiram
seperti dua ritme yang berjalan sendiri-sendiri,
mencoba menemukan harmoni
di tengah hiruk pikuk kota.
Langit mendung menjadi kanvas kelabu,
menggantung pertanyaan yang tak terucapkan:
apakah kebersamaan kita sungguh berarti,
atau sekadar kebetulan
dalam alur perjalanan ini?