web analytics
header

Lentera yang Redup di Tanah Api

Sumber: Pinterest

Oleh : Mei Salwa Asahara

Dulu, negeri ini dinyalakan oleh cahaya,

Api yang membakar dalam dada mereka yang percaya,

Bahwa hukum adalah pagar, bukan belenggu.

Bahwa kekuasaan adalah amanah, bukan hak mutlak.

Tapi lihatlah kini,

Nyala itu meredup dalam kepungan bayang,

Mereka menyusun takdir di ruang-ruang gelap,

Menulisnya dengan pena yang bergetar.

Api itu bukan lagi cahaya,

Melainkan bara yang menyelinap di balik seragam,

Membakar dalam diam, menghanguskan dalam aturan,

Mereka menyebutnya hukum,

Padahal ia tak lebih dari rantai,

Yang membelenggu mereka yang tak bersuara.

Seragam semakin luas jejaknya,

Bukan hanya di barak, bukan hanya di medan tempur,

Perlahan tapi pasti,

Tembok pemisah itu semakin tipis.

Dan sekarang kita berdiri di tepi jurang yang sama,

Melihat tangan besi perlahan mengenggam lebih erat,

Melihat hukum semakin tunduk pada kepentingan,

Melihat suara-suara lantang diredam dengan elegan.

Lalu, ke manakah lentera yang pernah dijanjikan?

Di sudut mana nyala itu kini bersembunyi?

Jika hukum menjelma api yang melahap jalan,

Haruskah kita pasrah menjadi arang di negeri yang kelelahan?

Related posts:

MAAF, KAMI LUPA HARUS DIAM

Oleh : Mei Salwa Asahara Ia lahir dari rahim sunyi, yang lelah melahirkan kata “maaf” kepada dunia untuk segala bentuk

Tangan Besi Perengut Rezeki

Oleh: Muhammad Supardi Di balik meja kekuasaan kau duduk dengan angkuh,Dengan tangan-tangan besimu, tinta hitam kau gores mencoret harapan.Ketukan palumu