Oleh: Muhammad Fauzan MB
Ketika modernisme menulis tentang distopia
dan postmodernisme membantainya dengan relativisme
aku masih mencari kata yang pas
untuk menyebut caramu tersenyum tanpa alasan
Mereka sibuk mendekonstruksi makna
menghitung derajat makna dalam semiotika
tapi kau cukup dengan sepasang mata
yang tak menjelaskan apapun, namun meruntuhkan segalanya
Dunia berdebat tentang realitas
tentang simulakra, tentang tubuh yang ditarik kekuasaan
sementara kau
menjatuhkan sehelai senyum
yang membuat waktu berjalan mundur dengan rela
Aku mencoba mengurainya dalam aksara
menyusun diksi yang pernah dipakai para penyair gila
namun tak ada majas
yang mampu menampung absurditas manis
dari caramu menatap dengan santai
seolah revolusi tak begitu penting
Semua orang berlomba mengubah dunia
tapi senyummu hanya diam
lalu diam itu mengubahku
lebih dari revolusi, lebih dari puisi
Dan mungkin
kalau seluruh narasi besar sudah gugur
Jika semua kata telah kehilangan maknanya
yang akan tersisa di ujung sejarah
adalah caramu
tersenyum
tanpa alasan.