Oleh: Sri Kandi Ananda Budhida
Aku duduk terdiam di atas ranjang, diselimuti oleh pelukan sunyi dari sandaran jiwa yang setia menemani. Tiap tetes air mata yang jatuh membawa kembali gema masa lalu, kenangan kala cinta kita masih utuh dan menyala. Dulu, aku yakin cinta itu memilihku agar berbahagia, namun kini kenyataan menggulung harapan, melukis pahit yang tak terelakkan.
Tanganku menggenggam ponsel, menatap foto-foto manis kita, kala dunia terasa berputar hanya untuk kita, selip senyum yang pernah membuat segala terasa sempurna. Kini aku menelan getirnya perpisahan, cinta yang kita rajut harus berakhir dengan derai kata maaf dan seribu tanya “mengapa harus begini?”
Dalam sunyi yang mencengkeram, aku meratapi bukan semata kehilangan sosok yang pernah begitu kucinta, tetapi juga kehilangan diriku, senyum yang dulu mengembang kini terasa asing dan rapuh. Namun di balik ratapan ini, masih berkelip harapan kecil bahwa mungkin suatu saat hangat cintamu akan kembali menyapa jiwaku yang beku.