web analytics
header

Luka

Sumber: Pinterest

Oleh: Lusi

“Apa itu cinta?” tanyaku pada layar.

Jawabannya terdengar manis: kasih sayang, keterikatan, kebahagiaan.
Lucu, karena cinta yang kulihat justru berbeda.

Katanya, cinta bisa menyatukan dua orang yang berbeda.
Katanya, cinta bisa membangun keluarga.
Katanya, cinta bisa menciptakan rumah yang hangat.

Nyatanya?
Cinta kulihat hanyalah alasan untuk saling menyakiti.
Alasan untuk berteriak, sampai tembok pun hafal setiap kata makian.
Alasan untuk melupakan bahwa ada anak yang hanya ingin tidur tanpa ketakutan.

Mereka sibuk dengan ego masing-masing, sementara aku dan adik-adikku jadi korban diam.
Lucu.

Rumah yang seharusnya menjadi tempat pulang malah berubah jadi penjara dengan jeritan di setiap pintunya.

Dan aku… aku akhirnya berhasil keluar.
Aku berdiri di luar pagar itu, menghirup udara bebas.
Tapi kebebasan ini pahit, karena aku meninggalkan adik-adikku di dalam sana—terjebak dalam kebisingan yang dulu juga menusuk telingaku setiap malam.

Persetan dengan cinta.

Karena cinta yang kutahu bukan lagi cerita tentang pelukan, melainkan luka.
Bukan lagi tentang janji, melainkan jerat.
Dan kalau benar ini yang disebut cinta… maka aku menangis—bukan untuk diriku lagi, tapi untuk mereka yang masih tertinggal di rumah yang tak pernah benar-benar jadi rumah.

Related posts:

To the Sea

Oleh: Tamara Di tepian pagi, embun menetes pelan ke permukaan air, sementara laut menampakkan lukisan biru samar di ufuk. Gelombang

Rasa yang Tak Bernama

Oleh: Tamara Syabani Ahmad Ada masa ketika hening tak berarti apa-apa selain jeda. Kau dan aku hanya dua nama yang

Penghitung Pengunjung Responsif

Total Pengunjung

...

Kunjungan Unik Hari Ini